ABSTRACT
The changing curriculum into competence-based is a new challenge to
medical education experts. Clinical competence can be assessed by many
methods including Mini CEX and DOPS (Direct Observation Procedural skills).
Both methods have been applied in all medical institutions in Indonesia to
assessed clinical skills for medical students and medical residents. Every
assessment method must have five psychometric aspects, including validity,
reliability, educational impacts, acceptability, and feasibility. Those aspects are
called sound assessment. This is a literature study concerning the five
psychometric aspects of Mini CEX and DOPS.
Key
word:
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
perkembangan
kurikulum
pendidikan
kedokteran,
221
beberapa aspek yang dinilai bagus, tapi aspek lainnya tidak. Misalnya suatu
metode mempunyai validitas dan realibilitas tinggi, akan tetapi sulit diterima oleh
khalayak yang akan melaksanakan metode tersebut.
MINI CEX
Mini-CEX (mini clinical evaluation exercise) merupakan salah satu jenis
assessment yang digunakan untuk mengukur kompetensi klinis mahasiswa
pendidikan profesi dokter atau pendidikan spesialis saat rotasi klinik di rumah
sakit. Selain menilai ketrampilan klinis mahasiswa, metode ini juga disertai
pemberian feedback oleh penguji di akhir sesi.
Mini-CEX merupakan modifikasi dari traditional bedside oral examination pada
awalnya, yang dalam perkembangannya mengalami banyak tantangan sehingga
berubah menjadi CEX pada awal tahun 1990an. Beberapa penelitian tahun 1980
sampai 1990an menunjukkan bahwa hasil CEX belum bisa digeneralisasi karena
hanya mengobservasi mahasiswa pada satu kasus yang tidak dapat mewakilkan
keanekaragaman kasus yang harus dikuasai. Sehingga diciptakanlah mini-CEX
sebagai jawaban dari permasalahan CEX.
Penilaian mini-CEX dengan cara penguji menyaksikan mahasiswa
mempraktekkan pemeriksaan ke pasien secara langsung. Kemudian penguji
memberikan nilai sesuai dengan ceklis yang terstruktur. Interaksi mahasiswa dan
pasien berlangsung sekitar 15 menit. Penguji adalah seorang dokter yang ahli
sesuai dengan kasus si pasien. Pasien yang digunakan telah diberitahu
sebelumnya bahwa akan berpartisipasi dalam sesi mini-CEX. Seting mini-CEX
bisa pada bangsal, poliklinik, puskesmas, ruang gawat darurat, dan pada pasien
ambulatori. Mini-CEX dilaksanakan setiap akhir rotasi suatu bagian. Dikatakan
oleh Norcini, untuk mencapai kompetensi, setiap mahasiswa paling tidak
melaksanakan mini-CEX sebanyak 6 kali dalam 1 tahun dengan berbagai macam
kasus dan penguji yang berbeda.
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
profesionalisme,
keputusan
klinis,
222
superior. Nilai 4 merupakan nilai batas rendah yang harus didapatkan mahasiswa
jika ingin lulus.
Setelah penguji memberikan nilai kepada mahasiswa, penguji juga harus
memberikan feedback tentang prosedur yang dilakukan mahasiswa, apakah
sudah cukup bagus atau masih memerlukan perbaikan. Feedback tersebut
dirasakan banyak manfaatnya oleh mahasiswa. Feedback yang diberikan segera
setelah pelaksanaan mini-CEX membuat mahasiswa bisa langsung mengetahui
ketrampilan mana yang kurang dan yang mana yang sudah cukup, sehingga
masih bisa memperbaikinya selama proses rotasi klinik berlangsung.
DOPS (DIRECT OBSERVATION PROCEDURAL SKILLS)
DOPS merupakan suatu metode assessment yang dirancang khusus
untuk menilai ketrampilan prosedural, seperti pungsi lumbal, memasang infus,
memasang pipa nasogastrik, intubasi endotrakeal, endoskopi, dan ketrampilan
lainnya. DOPS pertama kali dilakukan di Inggris untuk menilai ketrampilan
prosedural mahasiswa pendidikan dokter spesialis. Yang kemudian berkembang
dan dapat dipakai untuk menilai mahasiswa pendidikan profesi dokter juga untuk
beberapa ketrampilan prosedural tertentu.
Pelaksanaan DOPS dilakukan di rumah sakit, bisa pada berbagai macam seting
yang memerlukan prosedur tertentu. Mahasiswa akan dinilai oleh seorang asesor
sesuai dengan format penilaian. Penilaian DOPS menggunakan 6 skala rating.
Skala 1-2 di bawah kompetensi yang diinginkan, skala 3 borderline, skala 4
sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, skala 5-6 di atas kompetensi yang
diinginkan. Mahasiswa sebelumnya telah diberi daftar prosedur klinis yang harus
dilakukan. Asesor mengobservasi mahasiswa dalam jangka waktu sesuai
dengan prosedur yang akan dilakukan, biasanya berlangsung sekitar 15 menit.
Asesor memberi nilai bersamaan dengan observasi. Setelah prosedur selesai
dilakukan, asesor memberikan feedback kepada mahasiswa atas tindakan yang
telah dilakukan. Feedback diberikan dalam waktu 5 menit, atau sekita 20-30%
waktu dari prosedur yang dilaksanakan untuk beberapa prosedur tertentu.
Terdapat 11 karakterisktik yang dapat dinilai oleh DOPS, yaitu:
1. Demonstrasi pemahaman indikasi, relevansi, dan prosedur teknik
2. Pengambilan Informed consent
3. Demonstrasi persiapan sebelum melakukan prosedur
4. Pemilihan cara pembiusan yang tepat
223
5. Kemampuan teknis
6. Teknik aseptik
7. Konsultasi pada saat yang tepat
8. Manajemen setelah prosedur
9. Ketrampilan komunikasi
10. Profesionalisme
11. Keseluruhan penampilan
VALIDITAS
Terdapat lima tipe validitas yang perlu diuji untuk setiap metode
assessment, yaitu:
1. Content validity
Menunjukkan bahwa tes tersebut menilai area konten yang diajarkan.
2. Concurrent validity
Menunjukkan bahwa tes tersebut ditujukan untuk menilai sekelompok orang
yang sesuai
3. Predictive validity
Menunjukkan bahwa tes tersebut dapat memprediksi performans yang akan
datang
4. Construct validity
Menunjukkan
konstruktivitas
perubahan
perilaku
seseorang
sebagai
224
ketrampilan prosedur. Selain mengevaluasi face validity DOPS, penelitian ini juga
mengevaluasi validitas mini CEX dan MSF. 13
RELIABILITAS
Durning et al. mengukur reliabilitas internal consistency dengan
menghitung koefisi alfa Cronbach dari 162 mini CEX yang dilakukan oleh tujuh
mahasiswa selama satu bulan, yang hasinya adalah 0.90. mengukur koefisien G
dari 8 kasus yaitu sebesar 0.88.
Menurut Wilkinson et al., metode DOPS menjadi reliabel bila seorang
mahasiswa diobservasi oleh minimal tiga asesor untuk minimal dua ketampilan
prosedur.15
EDUCATIONAL IMPACT (EFEK PEMBALAJARAN)
Mahasiswa telah diberi penjelasan bagaimana pelaksanaan dan penilaian
sebelum mini-CEX berlangsung. Keadaan yang mengharuskan mahasiswa
diobservasi secara langsung ketrampilan komunikasi dan klinis pada pasien
sungguhan memberikan efek positif ke mahasiswa. Mereka menjadi lebih
bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan latihan ketrampilan tersebut. Hal ini
meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Inilah mengapa penilaian dengan
cara
mini-CEX
mahasiswa.
dapat
menjadi
media
pembelajaran
yang
baik
untuk
2,3,4,5
225
FEASIBILITY (KELAYAKAN)
Mini CEX dapat digunakan sebagai metode dalam menilai kompetensi
klinis pada clerkship baik secara sumatif atau formatif. Mini CEX telah dipakai
sebagai metode assessment secara luas. Metode ini layak digunakan karena
waktunya yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.
Bagaimanapun juga masih terdapat kekurangan mini CEX yaitu kesulitan dengan
keragaman kasus pasien yang harus dipenuhi, seperti masalah yang dihadapi
oleh De lima et al. dalam pelaksanaan mini CEX pada residen bagian kardiologi.
Wiles et al. mengemukan bahwa penggunaan DOPS sebagai metode
assessment layak digunakan pada mahasiswa di bagian neurologi. Meskipun
DOPS memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama dan biaya lebih banyak
daripada mini CEX, akan tetapi peran DOPS sebagai metode penilai ketrampilan
prosedural tidak dapat tergantikan.
KESIMPULAN
Ketrampilan klinis merupakan faktor yang sangat penting dalam
performans seorang dokter. Mini CEX dan DOPS merupakan dua metode yang
sama-sama menilai ketrampilan klinis. Keduanya terjadi di seting rumah sakit dan
menggunakan pasien sungguhan. Mini CEX lebih menilai ketrampilanketrampilan yang hampir setiap saat harus dilakukan oleh seorang dokter apabila
berhubungan dengan pasien. Sedangkan DOPS hanya menilai pada tindakan
atau prosedur yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan. Kedua metode
tersebut penting dibutuhkan dalam mendidik mahasiswa pendidikan profesi baik
profesi dokter maupun spesialis. Baik mini CEX atau DOPS meningkatkan
226
Hays R. Teaching and learning in clinical setting. Radcliffe Publishing Ltd. 2006:
130-2.
Wragg A, et al. Assessing the performance of specialist registrars. Clinical
Medicine. 2003. 2(3); 131-4
Norcini JJ, Blank LL, Duffy FD, Fortna GS. The mini-CEX: a method for
assessing clinical skills. Ann Intern Med. 2003; 138: 476-481.
Davis MH, Ponnamperuma GG, Wall D. Workplace-based assessment. In: Dent
JA. & Harden RM. Eds. A practical guide for medical teacher. Churchill
Livingstone. 2009: 318-324.
McAleer S. Choosing assessment instrument. In: Dent JA. & Harden RM. Eds.
A practical guide for medical teacher. Churchill Livingstone. 2009: 318324.
Holmboe ES, et al. Construct validity of the miniclinical evaluation exercise
(MiniCEX). Academic Medicine. 2003; 78(8): 826-30.
Kogan JR, Bellini LM, Shea JA. Feasibility, Reliability, and Validity of the MiniClinical Evaluation Exercise (mCEX) in a Medicine Core Clerkship.
Academic Medicine. 2003; 78(10): S33-5.
Durning SJ, Cation LJ, Markert RJ, Pangaro LN. Assessing the reliability and
validity of the miniclinical evaluation exercise for internal medicine
residency training. Academic Medicine. 2002; 77(9): 900-4.
227
Nair BR, et al. The mini clinical evaluation exercise (mini-CEX) for assessing
clinical performance of international medical graduates. Medical
Education. 2008; 189(3): 159-61.
Wilkinson JR, et al. Implementing workplace-based assessment across the
medical specialties in the United Kingdom. Medical Education 2008; 42:
36473.
De lima AA, et al. Validity, reliability, feasibility and satisfaction of the mini-clinical
evaluation exercise (Mini-CEX) for cardiology residency training. Medical
Teacher. 2007; 29: 78590.
Wiles CM, et al. Clinical skills evaluation of trainees in a neurology department.
Clinical Medicine. 2007;7:3659.
Rushton A. Formative assessment: a key to deep learning? Medical Teacher.
2005; 27(6): 50913.
228