Anda di halaman 1dari 4

A.

LATAR BELAKANG
Anak sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya mengalami
hospitalisasi sehingga akan menyebabkan seorang anak mengalami stress.
Hospitalisaisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak,
pengalaman masa lalu tentang penyakit, perawatan di rumah sakit, support
system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermain.
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan
anak secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan
untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Fungsi utama pada bermain adalah merangsang perkembangan
sensoris

motoris,

perkembangan

intelektual,

perkembangan

social,

perkembangan kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral


dan bermain sebagai terapi. Bermain juga berfungsi untuk menciptakan
dan

meningkatkan kreativitas anak. Melalui bermain untuk menjadi kreatif,

anak mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari
kreatifitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang lain.
Drop Box merupakan permaianan yang akan membantu bayi
mengembangkan mata / koordinasi tangan dan melatih rotasi pergelangan
tangan. Tujuan dari terapi bermain Drop Box yang dilakukan di rumah sakit
ini adalah memberi kesenangan dan kepuasan bayi sehingga bayi dapat
mengeksplorasi perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya melalui
permainan ini. Terapi bermain ini di desain agar bayi dapat melakukan terapi

bermain tanpa melakukan banyak aktifitas fisik sehingga dapat meminimalkan


kelelahan yang terjadi pada bayi dengan bronkopneumonia.
B.

TUJUAN
1.

Khusus
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan Kegiatan ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus pada bayi usia 10 bulan
dengan bronkopneumonia.

2.

Umum
a) Untuk memberikan rekreasi kepada bayi dengan bronkopneumonia.
b) Untuk membantu mengembangkan fokus penglihatan pada bayi
dengan bronkopneumonia.
c) Untuk membantu mengembangkan koordinasi tangan pada bayi
dengan bronkopneumonia.
d) Untuk membantu mengembangkan rotasi pergelangan tangan pada
bayi dengan bronkopneumonia.

C. LANDASAN TEORI
Menurut Elizabeth B. Hurlock pada tahun 1978 Masa bayi (2 minggu
sampai 2 tahun), bayi tidak berdaya dan sangat tergantung pada lingkungan dan
kemudian (karena perkembangan) anak mulai berusaha menjadi lebih independen.
Bayi pada usia 10 bulan mengumpulkan informasi melalui sensori dengan
memanipulasi objek dan menunjukkan motor tertentu. Dengan demikian selama
tahun pertama anak-anak senang mengeksplorasi diri serta lingkungannya,
menstimulasi sensorimotor, bermain secara soliter dan paralel serta meniru.
Salah satu penyakit yang sering diderita oleh anak-anak adalah
bronkopneumonia. Menurut Smeltzer & Suzanne C pada tahun 2002
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Sedangkan
menurut Ngastiyah pada tahun 2005 Bronkopneumonia adalah peradangan paru
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus,
dan benda asing. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya

pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang


terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. Selain itu
menurut Deongoes pada tahun 1999 orang yang menderita penyakit ini
aktifitasnya harus dibatasi agar tidak menambah parah terhadap keadaan
intoleransi aktifitas yang diderita.
Dampak dari penyakit tersebut anak akan menjalani rehabilitasi di rumah
sakit, salah satu dampaknya anak akan mengalami hospitalisasi. Hospitalisasi
menurut Supartini pada tahun 2004 merupakan suatu proses karena alasan
berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit
tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak.
Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum
pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan
kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya
menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi
stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin
meningkat. Maka dari itu salah satu penanganan dari dampak hospitalisasi dengan
menerapkan terapi anak bagi klien yang dirawat.
Menurut Supartini pada tahun 2004 terapi bermain adalah media
komunikasi antara anak dengan orang lain. termasuk dengan perawat atau petugas
kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan anak melalui ekspresi
non verbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi
yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok. Selain itu terapi
bermain merupakan terapi untuk menyeimbangkan mental anak dan untuk
mengobati anak yang sedang dalam perawatan.
Dari permasalahan diatas kami menawarkan terapi drop box games yang
dikembangkan oleh Miller, L. G. dan Gibbs , M. J. Pada tahun 2002 untuk
mengatasi hospitalisasi pada klien dengan permasalahan bronkopneumonia.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu bayi mengembangkan fokus penglihatan
dan koordinasi tangan serta melatih rotasi pergelangan. Bahan yang dibutuhkan 3

Buah mainan bangun ruang berbagai warna ( bola, kubus, piramida), Kotak
Sepatu bekas, Cutter, dan Ketas warna (sesuai warna mainan bangun ruang).
Prosedur dari permainan ini adalah gambar pola satu sisi bangun ruang pada tutup
kotak sepatu . selanjutnya gunakan cutter untuk melubangi pola yang sudah
digambar (lubangi lebih besar dari gambar). Lalu berikan bayi salah satu dari
mainan bangun ruang tersebut. Ajari bayi untuk memasukkan mainan kedalam
lubang dengan bentuk yang sesuai (pegang tangan bayi dan arahkan ke lubang
yang benar). Langkah kelima dampingi bayi untuk melanjutkan permainan dengan
memasukkan mainan yang lain kedalam lubang yang berbeda dengan cara yang
sama. Setelah mainan habis, ajari bayi untuk membuka kotak dan mengeluarkan
mainan yang ada di dalamnya. Saat bayi mencoba untuk memasukkan maian
kedalam lubang kembali, sebutkan warna dan bentuk maian sesuai denga
lubangnya.
Daftar pustaka :
Miller, L. G. dan Gibbs , M. J. (2002 ) . Membuat mainan untuk bayi dan balita :
Menggunakan barang-barang biasa untuk bermain yang luar biasa .
Beltsville , MD : Gryphon House.
Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak: Jakarta: Penerbit Erlangga.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
Waluyo(dkk), EGC: Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai