Anda di halaman 1dari 7

BAB V

ANALISIS
5.1 Analisis Percobaan
Percobaan heat exchanger bertujuan untuk mengetahui kerja dari Double Pipe
Heat Exchanger dengan menghitung koefisien perpindahan kalor, efisiensi dan
membandingkan nilai tersebut pada aliran searah dan berlawanan arah.
Mekanisme perpindahan kalor pada alat ini terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type) karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua
fluida tidak bercampur. Fluida dingin (air) mengalir melalui pipa anulus,
sedangkan fluida panas (steam) mengalir pada pipa kecil. Hal ini dilakukan karena
steam memiliki tekanan yang lebih tinggi, sehingga penempatannya diletakkan
pada pusat tabung dengan tujuan agar alat tidak cepat rusak akibat tekanan tinggi.
Selain itu, steam pada percobaan ini berlaku sebagai fluida pemanas. Penempatan
steam pada bagian dalam adalah upaya agar kalor yang dimiliki sepenuhnya
diterima oleh air. Jika steam dialirkan pada pipa anulus, maka sebagian kalor akan
terbuang ke lingkungan karena adanya perpindahan kalor secara konveksi alami
yang disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur udara antara steam dengan
lingkungan. Selain itu, konveksi ini disebabkan oleh adanya udara yang mengalir
di sekitar pipa anulus. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya efektivitas dari
perpindahan kalor antar fluida.
Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedangkan
proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida
bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah. Alasan penggunaan
steam dan air sebagai fluida yang mudah ditemukan data sifatnya dalam literatur,
produk keluaran, tidak mencemari lingkungan, serta lebih ekonomis dibandingkan
fluida lain.
Praktikan melakukan variasi bukaan valve yang kemudian akan mempengaruhi
laju alir massa yang melewati bidang batas perpindahan panas. Secara teori,
semakin besar bukaan valve akan menyebabkan laju alir massa semakin besar
sehingga akan menambah efektivitas perpindahan panas yang terjadi. Efektivitas
ini dapat terlihat dari perbedaan fluida keluaran yang tidak berbeda jauh,

sedangkan variasi aliran dilakukan untuk mengetahui pengaruh kedua aliran


tersebut terhadap perpindahan kalor yang terjadi.
5.2 Analisis Perhitungan
Dari data yang didapatkan dalam percobaan dengan variasi bukaan valve,
dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

Menentukkan suhu rata-rata masukan (input) dan keluaran (output) untuk


air dan steam.
T avg ,water =

T c 1+ T c 2
2

T avg ,steam =

T h 1 +T h 2
2

Persamaan tesebut menghasilkan temperatur rata-rata untuk air dan steam


dengan cara merata-ratakannya.

Menghitung nilai LMTD (Log Mean Temperatur Difference)


Untuk menentukkan nilai LMTD menggunakan persamaan berikut :
LMTD=

( T h 1T c 2) ( T h 2T c1 )
ln [ ( T h 1T c2 ) / ( T h 2T c 1) ]

1. Menghitung koefisien perpindahan kalor konveksi bagian dalam (hi)


untuk steam
a. Pertama mencari bilangan reynold untuk aliran steam
=

4 Q
(D i )

Sama hal nya pada perhitungan bilangan reynold pada aliran air,
pada aliran steam juga ditentukkan bilangan reynold sehingga bisa
dilihat perilaku alirannya.
b. Memasukkan bilangan reynold pada rumus hi

De
hi=1.86 Pr
L

1
3

k
D H ,i

Persamaan di atas digunakan untuk menentukkan nilai koefisien


perpindahan panas konveksi.
2. Menentukkan Koefisien perpindahan kalor konveksi bagian luar (h0)
untuk saturated vapor.
a. Pertama dengan mencari bilangan reynold untuk aliran air
=

4 Q
Dh
Bilangan reynold merupakan bilangan tak berdimensi yang
menggambarkan perilaku aliran fluida, biasanya menentukkan
jenis aliran yakni laminar atau turbulen. Bilangan ini digunakan
dalam perhitungan berikutnya.
b. Menggunakan bilangan reynold pada rumus h0
ho =0.023 R e0.8 Pr 0.3

k
D H ,o

Persamaan di atas untuk menghitung koefisien perpindahan kalor


konveks bagian luar dengan mengasumsikan air telah jenuh.

Menetukkan koefiesien perpindahan kalor konveksi pada keadaan bersih


(Uc)
U C=

1
1 Ai ln ( r o /r i ) A i 1
+
+
hi
2 KL
A o ho

Nilai

digunakan untuk menghitung Fouling factor.

Menghitung koefisien perpindahan kalor konveksi pada keadaan kotor (Ud)


U d=

Nilai

UC

W C p ( T h 1T h 2) + W
q
=
A LMTD
A i LMTD

Ud

digunakan untuk menghitung Fouling factor.

Fouling factor (Rd)


1
1
Rd =
U d Uc

Persamaan tersebut menggambarkan kondisi ke kekotoran pada sistem HE


(pada pipa) dimana kedua fluida mengalir.

Efektivitas heat exchanger


Tfluida min T uapmasukT uapkeluar
=
=
Tmaks
T uapmasuk T airmasuk

Efisiensi heat exchanger dihitung menggunakan kalor yang dilepas oleh


steam dibagi dengan kalor yang diterima oleh air. Metode perhitungan
lebih tepat bila dibandingkan dengan hanya perbandingan temperatur.

5.3 Analisis Hasil Perhitungan


5.3.1 Analisis Hasil Perhitungan Aliran Searah
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Aliran Searah
Buka
an
Valve

1/5

Fluid

Tavg

LMT

(0C)

Air
Stea
m
Air

2/5

Stea
m
Air

3/5

Stea
m
Air

4/5

Stea
m
Air

Stea
m

41
79

ho
(W/m

hi
2

C)

(W/m
C)

20

Uc

Ud

(W/m

(W/m

C)

20

C)

20

Rd
(m2
C/W

Efektivi
tas

28.0

4051.

295.

283.

9.03

0.10

71

94

46

27.7

6185.

306.

297.

10.1

0.09

02

39

58

28.6

5688.

313.

303.

10.5

0.09

08

94

56

54

28.8

5828.

251.

245.

5.39

0.18

41

84

26

28.6

5661.

264.

256.

6.17

0.15

84

05

64

0.5

Efisie
nsi
(%)
38.32
2

41.
34
78.

0.51

26.57
1

84
41.
17
78.

0.5

31.98

67
40.
5
78.

0.49

15.50
1

5
40.
5
78

0.48

19.19
7

Dari data yang terdapat pada tabel 5.1, temperatur rata-rata dari air dan steam
cenderung menurun. Untuk temperatur rata-rata air terbesar terdapat pada bukaan
2/5 dan temperatur rata-rata steam terbesar terdapat pada bukaan 1/5. Temperatur
air yang cenderung menurun seiring dengan bertambah besarnya bukaan valve

menunjukkan bahwa panas yang ditampung air semakin sedikit akibat laju alir
yang semakin besar sehingga lama waktu kontak semakin sedikit. Semakin
menurunnya

temperatur

steam

seiring

dengan

besarnya

bukaan

valve

menunjukkan perpindahan panas yang semakin besar seiring dengan bertambah


besarnya laju alir fluida, sehingga semakin banyak kalor yang berpindah.
Nilai LMTD cenderung semakin besar seiring dengan bertambahnya laju alir
fluida. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laju alir, semakin banyak pula
kalor yang dipindahkan. Koefisien perpindahan kalor konveksi bagian luar (h 0)
cenderung semakin besar sebanding dengan besarnya bukaan valve. Sementara,
Koefisien perpindahan kalor konveksi bagian dalam (hi) cenderung semakin kecil
seiring besarnya bukaan valve. Hal ini menunjukkan bahwa nilai h 0 lebih sensitif
dibandingkan hi, terhadap besarnya debit air yang diindikasikan oleh bukaan
valve. Nilai Ud jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai Uc menunjukkan
bahwa perpindahan panas semakin tidak efektif dikarenakan adanya pengotoran
pada heat exchanger. Untuk nilai Rd, semakin besar laju alir, maka semakin besar
nilai Rd, sehingga, semakin besar laju alir, semakin menurun pula kemampuan
heat exchanger untuk menukar panas. Dari data efisiensi, didapatkan semakin
besar laju alir, besarnya efisiensi semakin menurun, sehingga sesuai dengan
bertambahnya nilai Rd.
5.3.2 Analisis Perhitungan Aliran Berlawanan.
Bukaa
n
Valve
1/5

Fluid

( C)

Air

45

Stea

38

Stea

66.8

3
33.1

Stea
m
Air

4/5
1

69

Air

Air
3/5

m
2/5

Tavg

7
64.1

LMT
D

ho
(W/m
0

hi
2

C)

(W/m

Uc
2

(W/m

C)

Ud
2

C)

(W/m

Rd
2

C)

16.6

1781.9

297.0

270.9

16.59

20.2

2719.7

292.1

274.7

13.09

21.3

3995.7

295.5

282.9

12.91

5137.6

298.5

288.2

(m2
0

C/W)

Efektivit

Efisien

as

si (%)
105.78

0.057

0.95

0.073

0.93

78.954

0.074

0.93

72.789

13.44

0.071

0.93

55.986

0.073

0.93

65.175

7
32.6

Stea

7
63.3

m
Air

3
30.3

22.2

5653.4

300.2

290.7

13.04

21.2

Stea
m

63

Dari data yang terdapat pada tabel 5.1, temperatur rata-rata dari air dan steam
menurun. Untuk temperatur rata-rata air dan temperatur rata-rata steam terbesar
terdapat pada bukaan 1/5. Temperatur air yang menurun seiring dengan bertambah
besarnya bukaan valve menunjukkan bahwa panas yang ditampung air semakin
sedikit akibat laju alir yang semakin besar sehingga lama waktu kontak semakin
sedikit. Semakin menurunnya temperatur steam seiring dengan besarnya bukaan
valve menunjukkan perpindahan panas yang semakin besar seiring dengan
bertambah besarnya laju alir fluida, sehingga semakin banyak kalor yang
berpindah.
Nilai LMTD cenderung semakin besar seiring dengan bertambahnya laju alir
fluida. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laju alir, semakin banyak pula
kalor yang dipindahkan. Koefisien perpindahan kalor konveksi bagian luar (h 0)
dan koefisien perpindahan kalor konveksi bagian dalam (hi) cenderung semakin
besar seiring besarnya bukaan valve. Hal ini menunjukkan semakin besar laju alir,
maka perpindahan panas konvektifnya akan semakin mudah. Nilai Ud jauh lebih
kecil dibandingkan dengan nilai Uc menunjukkan bahwa perpindahan panas
semakin tidak efektif dikarenakan adanya pengotoran pada heat exchanger. Untuk
nilai Rd, semakin besar laju alir, maka semakin besar nilai Rd, sehingga, semakin
besar laju alir, semakin menurun pula kemampuan heat exchanger untuk menukar
panas. Dari data efisiensi, didapatkan semakin besar laju alir, besarnya efisiensi
semakin menurun, sehingga sesuai dengan bertambahnya nilai Rd.
Dibandingkan dengan aliran searah, aliran berlawanan memiliki efisiensi yang
lebih besar untuk semua laju alir yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan jumlah aliran
5.4 Analisis Kesalahan
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum yang
menyebabkan kesalahan data dan kecenderungan yang terjadi adalah adanya
kesalahan paralaks ketika melihat atau mengukur suhu dan volume air. Kesalahan
paralaks pada saat menghitung debit air dan kondensat dapat terjadi yang

disebabkan oleh ketidaktepatan dalam perhitungan waktu dan pengukuran volume


air/steam. Pada saat mengukur suhu kondensat menggunakan termometer,
kesalahan dapat terjadi karena pengukuran yang tidak dilakukan secara langsung
melainkan menunggu beberapa saat karena penggunaan thermometer yang
bergantian sehingga memungkinkan terjadi transfer panas ke udara. Kemudian,
kesalahan pengamatan suhu yang terukur pada pengukur suhu yang terdapat pada
HE dapat terjadi karena suhu diamati ketika belum mencapai kondisi stabil
sehingga masih mungkin untuk berubah.

Anda mungkin juga menyukai