Anda di halaman 1dari 5

Deviden Policy

By
Bernad M.S.
1. Pendahuluan
Kebijakan deviden merujuk pada pilihan perusahaan untuk membayar
pemegang saham dengan tunai dan berapa banyak serta berapa sering.
Akhir-akhir ini, kebijakan deviden semakin banyak memasukan variable di
dalam seperti apakah deviden harus dibagikan secara tunai kepada investor
lewat share repurchase atau melalui deviden regular dan bagaimana untuk
menyeimbangkan arus kas antara individu dengan pajak tinggi dengan
investor institusi tanpa pajak yang semakin dominan di pasar modal.
Dari sini ingin dijawab dua pertanyaan utama yaitu apakah deviden penting
dan bila penting factor apa yang paling mempengaruhi pembayaran deviden
secara optimal yang bisa memaksimalkan nilai perusahaan dan
meminimalkan biaya modal.
2. Pola kebijakan deviden
a. Pola Nasional :
Perusahaan yang berpusat di negara berkembang biasanya memiliki
DPR rendah, dan perusahaan yang berpusat di negara industry seperti
perusahaan inggris, amerika utara, eropa barat dan jepang memiliki DPR
yang tinggi. Negara yang lebih bergantung pada pembiayaan melalui pasar
modal seperti Inggris, Kanada dan amerika memiliki DPR lebih tinggi
dibandingkan negara yang masih mengandalkan pembiayaan intermediasi
seperti jerman, jepang, dan korea selatan.
b. Pola Industri :
Setiap industry memiliki nilai rata-rata DPR dan factor yang
mempengaruhi DPR pada tiap industry adalah industrial growth rate,
kebutuhan investasi modal, profitabilitas, variabilitas pendapatan, dan
karakteristik asset.
c. Pola berdasarkan ukuran perusahaan dan intensitas asset dalam
satu industry

Perusahaan besar membagikan deviden lebih besar dari perusahaan


kecil dan perusahaan dengan asset yang kaya (tangible asset)
memberikan DPR yang lebih tinggi.
d. Pola bahwa hampir semua perusahaan menjaga DPR konstan untuk
periode yang lama
e. Pola bahwa pasar modal akan bereaksi secara positif terhadap
pembagian deviden awal dan peningkatan deviden dan bereaksi
negative terhadap penurunan atau peniadaan deviden.
f. Perubahan deviden secara jelas membawa informasi mengenai
ekspektasi management terhadap pendapatan saat ini dan masa akan
dating.
g. Pajak secara jelas mempengaruhi DPR namun pajak
menyebabkan perusahaan untuk tidak membagikan deviden.
h. Tanpa melalui penelitian lebih jauh, tidak jelas
pembayaran deviden mempengaruhi rate of return saham.

tidak

pengaruh

i. Perubahaan pada biaya transaksi atau efisiensi pada pasar modal


tidak berdampak terhadapa pembayaran deviden.
j. Kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap pembayaran deviden
Perusahaan keluarga biasanya lebih jarang membayar deviden
dibandingkan dengan perusahaan yang sudah lebih independen.
3. Teori yang menjelaskan Pola-pola deviden
a. Agency cost model of deviden : Pembayaran deviden meningkat akibat
dari usaha untuk mengatasi permasalahan agensi yang timbul ketika
kepemilikan dan control perusahaan tidak berada di satu pihak. Masalah
keagenan ini semakin parah pada perusahaan yang besar dan berkembang
lambat yang menghasilkan free cash flow yang besar dimana para manager
lebih cenderung menghabiskan cash flow ini dalam bentuk investasi
dibandingkan dibagikan pada pemegang saham.
b. Deviden signaling model : Deviden diperlukan untuk membawa pesan
positif dari manager yang memiliki informasi lebih kepada investor pad
apasar modal akibat adanya asimetris informasi. Hanya perusahaan yang
terbaik yang bisa membayar deviden dan susah ditiru oleh perusahaan lain

yang lebih kecil untuk menyampaikan pesan bahwa perusahaan akan


menjadi lebih baik ke depan.
4. Kebijakan deviden paada pasar modal tanpa gesekan
Merupakan model deviden MM yang mengasumsikan dunia yang sempurna
dengan beberapa asumsi yaitu asumsi 1-4 market sempurna, asumsi 5-6
prilaku rasional, asumsi 7-9 kepastian yang sempurna seperti di bawah :
a. Tidak ada buyer dan seller yang cukup besar untuk mempengaruhi
pasar
b. semua trader memiliki akses yang sama dan tanpa biaya terhadap
informasi yang sama
c. tidak ada biaya transaksi
d. tidak ada perbedaan pajak antara pajak deviden dan pajak capital
gain
e. investor memilih kekayaan yang lebih
f. Investor tidak perduli mengenai asal kekayaan dari deviden atau
capital gain
g. semua investor memiliki kepastian terhadap program investasi di
masa mendatang dan keuntungan semua perusahaan di masa
mendatang
h. karena kepastian ini, semua perusahaan hanya menerbitkan saham
umum.
Tujuan dari model ini dalah untuk menunjukan efek dari kebijakan deviden
pada dunia yang ideal dan memeriksa bagaimana hasilnya berubah terhadap
realita yang ada.
Nilai dari saham perusahaan akan sama dengan PV dari aliran deviden yang
dibayarkan perusahaan di masa depan hingga waktu tertentu.
4. Efek dari ketidaksempurnaan pasar
a. Pajak personal
Dengan adanya pajak pendapatan maka investor akan memilih
pendapatan melalui capital gain dibandingkan melalui dividen.

Di Amerika pendapatan atas stock repurchase oleh emiten dengan


premium tertentu diasumsikan sebagai pendapatan capital gain bukan pajak
penghasilan umum seperti deviden namun perusahaan tidak dapat
menggantikan kebijakan deviden dengan stock repurchase karena kegiatan
ini diawasi oleh IRS dan dapat menimbulkan denda yang sangat besar bagi
penghindar pajak.
b. Biaya transaksi
Jika menual belikan saham dalam jumlah kecil lebih mahal maka
investor akan cenderung memilih pengembalian berupa deviden namun
kenyataan nya kebijakan deviden justru lebih besar di amerika, inggris dan
kanada dimana pada tiga negara tersebut biaya sangat kecil dan efisien
sehingga biaya transaksi tidak relevan.
c. Teori residual dari pembayaran deviden
teori ini menggambarkan bahwa pembagian deviden adalah berasal
dari sisa kas setelah perusahaan membiayai semua investasi dengan NPV
positif. Hal ini relevan dengan kenyataan bahwa perusahaan yang sedang
berkembang seringkali tidak membayarkan deviden dibandingkan
perusahaan yang sama ketika sudah memasuki fasa mature dan
pertumbuhan melambat.
d. Deviden sebagai transmisi informasi
Manager selalu dianggap mengetahui kondisi perusahaan lebih baik daripada
investor berdasarkan teori asimetris informasi sehingga pembagian deviden
membawa informasi positif dari manajemen kepada investor yang bisa
terpercaya dan susah ditiru. Ketika perusahaan mulai membayar deviden
berarti managemen inginmenyampaikan bahwa mereka percaya diri bahwa
perusahaan cukup untung untuk mendanai investasi dan membagikan
keuntungan.
Demikian pula dengan kebijakan menaikan deviden dimana managemen
yakin bahwa profit akan tetap cukup tinggi untuk menyokong nilai
pembayaran yang baru dan juga bahwa managemen yakin kenaikan yang
terjadi di perusahaan bersifat permanen
e. Struktur kepemilikan dan kebijakan deviden
kohesifitas control koalisi : struktur kepemilikan dapat mempengaruhi
kebutuhan perusahaan untuk membayar deviden atau tidak karena struktur

perusahaan yang memiliki struktur ketat tidak ada kepentingan untuk


menyampaikan informasi kepada investor luar karena biasanya pemegang
saham dan manager adalah orang yang sama dan juga karena perusahaan
yang ketat memiliki pemisahan terbatas antara kepemilikan dan control beda
dengan perusahaan yang independen dimana control dan kepemilikan
terpisah sehingga masalah keagenan kerap timbul.
Deviden sebagai mekanisme bonding : Bonding yang paling efektif antara
manajemen dan pemegang saham adalah dengan komitmen untuk
pembayaran deviden secara teratur tiap periode
f. Model biaya keagenan
model biaya keagenan menjelaskan bahwa deviden tunai sebagai sarana
memaksimalkan nilai oleh manajer untuk meminimalkan permasalahan
keagenan akibat free cash flow yang besar (menimbulkan masalah keagenan
untuk overinvestment atau investasi pada project dengan NPV negative).
Manajer yang mengejar kebijakan pembayaran deviden dalam hal
mengutamakan pemegang saham akan dihargai dengan kenaikan harga
saham.
g. Model Signaling
Bahwa pembagian deviden adalah sebagai salah satu model signaling
perusahaan jika perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus ke depan
nya. Ekspos public secara komersial mengenai prospek perusahaan dapat
dengan mudah ditiru oleh perusahaan yang lebih kecil sehingga investor
akan menyepelekan informasi ini namun kebijakan deviden sangat efektif
karena sangat susah ditiru oleh perusahaan kecil.
5. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik
jika Dividend Payout rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada
capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari
pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal
sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
pada saham. Ks adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah
keuntungan dari capital gains (capital gains yield).

Anda mungkin juga menyukai