Manifestasi Neurologi Pada Eklampsia
Manifestasi Neurologi Pada Eklampsia
2/12/16, 7:14 PM
Page 1 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Page 2 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Hampir tanpa kecuali, kejang eklampsia didahului oleh preeklampsia. Seperti yang
dikemukakan oleh Sir William Gowers pada tahun 1888, kejang yang terjadi tonikklonik generalisata, yang kadang-kadang disertai gambaran klinis yang bermacammacam akibat dari rangkaian aktivasi berbagai macam fokus.3
Serangan kejang biasanya dimulai di sekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan
(twiching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu
kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20 detik.
Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera diikuti oleh
kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian
secara cepat. Gerakan otot sedemikian kuatnya sehingga wanita yang bersangkutan
dapat terlempar dari tempat tidur dan, apabila tidak dilindungi, lidahnya tergigit oleh
gerakan rahang yang hebat. Fase ini, saat terjadi kontraksi dan relaksasi otot-otot secara
bergantian, dapat berlangsung sekitar satu menit. Secara bertahap, gerakan otot menjadi
lebih lemah dan jarang, dan akhirnya wanita yang bersangkutan tidak bergerak.
Sepanjang serangan, diafragma terfiksasi dan pernapasan tertahan. Selama beberapa
detik wanita yang bersangkutan seolah-olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian
ia menarik napas dalam, panjang dan berbunyi lalu kembali bernapas. Ia kemudian
mengalami koma. Ia tidak akan mengingat serangan kejang tersebut atau, pada
umumnya, kejadian sesaat sebelum dan sesudahnya. Seiring dengan waktu, ingatan ini
1
akan pulih.
Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya yang jumlahnya
dapat bervariasi dari satu atau dua pada kasus ringan sampai bahkan 100 atau lebih
pada kasus berat yang tidak diobati. Pada kasus yang jarang, kejang terjadi berturutan
sedemikian cepatnya sehingga wanita yang bersangkutan tampak mengalami kejang
yang berkepanjangan dan hampir kontinu.1
Durasi koma yang terjadi setelah kejang bervariasi. Apabila kejangnya jarang, wanita
yang bersangkutan biasanya pulih sebagian kesadarannya setelah setiap serangan.
Sewaktu sadar, dapat timbul keadaan setengah sadar dengan usaha perlawanan. Pada
kasus yang sangat berat, koma menetap dari satu kejang ke kejang lainnya dan pasien
dapat meninggal sebelum ia sadar. Meski jarang, satu kali kejang dapat diikuti oleh
koma yang berkepanjangan walaupun, umumnya, kematian tidak terjadi sampai setelah
kejang berulang-ulang.1
Pada tahun 1897, Vaquez dan Nobecourt menghubungkan kejadian kejang eklampsia
dengan hipertensi arteri dan mencatat bahwa tipe serangan diikuti dengan
bertambahnya peningkatan tekanan darah.3
Meskipun sebagian wanita sembuh dari kejang eklampsia tanpa diikuti dan tidak
terlihat mempunyai sekuele otak, termasuk epilepsi, patologi otak dapat menyebabkan
sedikitnya 30% dari kematian. Tujuan utama pengobatan dari eklampsia adalah untuk
mencegah kejang.3
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 3 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Laju pernapasan setelah kejang eklampsia biasanya meningkat dan dapat mencapai 50
kali per menit, mungkin sebagai respons terhadap hiperkarbia akibat asidemia laktat
serta akibat hipoksia dengan derajat yang bervariasi. Karena ibu mengalami hipoksemia
dan asidemia laktat akibat kejang, tidak jarang janin mengalami bradikardia setelah
1
serangan kejang.
Pada sebuah studi anatomis, Govan (1961) menyimpulkan bahwa perdarahan otak
merupakan penyebab kematian pada 39 diantara 110 kasus eklampsia yang fatal. Pada
40 diantara 47 wanita yang meninggal akibat gagal kardiorespirasi, juga ditemukan lesilesi perdarahan kecil di serebrum. Lesi-lesi ini tampaknya sudah ada sejak beberapa
lama, berdasarkan adanya respons leukositik dan makrofag berpigmen hemosiderin di
sekitarnya. Temuan-temuan ini konsisten dengan pandangan bahwa gejala neurologis
3
prodromal dan kejang mungkin berkaitan dengan lesi-lesi ini.
III. 2. Hipertensi
Meskipun eklampsia merupakan gangguan hipertensi yang biasanya terjadi pada
wanita muda yang normotensi, ahli kebidanan telah melakukan penelitian untuk
menentukan pembagian tekanan darah untuk preeklampsia berat. Tekanan darah yang
dapat menyebabkan kejang bervariasi, dan sering dipertimbangkan oleh ahli penyakit
dalam bahwa biasanya terjadi pada pasien dengan hipertensi kronis. Di Nigeria,
Lawson mempertimbangkan tekanan darah 125/85 mmHg dapat mengkhawatirkan,
dan kejang terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg. Pada beberapa otopsi yang
dilakukan oleh Sheehan dan Lynch, 26% wanita yang kejang tekanan darah sistoliknya
kurang dari 160 mmHg. Tekanan darah sistolik antara 160 dan 180 mmHg dan tekanan
diastolik antara 100 dan 110 mmHg biasanya digunakan sebagai batasan. Peningkatan
2,3
tekanan darah dapat berhubungan dengan definisi dari preeklamsia berat.
III. 3. NeuroImaging
Penelitian-penelitian pencitraan abnormal paling awal dimulai dengan penggunaan CT
scan. Pada laporan paling awal dari Parkland Hospital, Brown dkk (1988) mendapatkan
bahwa hampir separuh wanita dengan eklampsia yang diteliti memperlihatkan kelainan
radiologis. Yang tersering adalah daerah-daerah hipodens di korteks serebrum, yang
sesuai dengan perdarahan petekie dan infark yang ditemukan pada otopsi oleh Sheehan
dan Lynch (1973). Walaupun memberikan pemahaman yang berguna tentang jumlah
dan lokasi kelainan, penelitian-penelitian ini tidak menjawab pertanyaan mengenai
penyebab lesi-lesi lokal edematosa ini. Masih belum diketahui apakah lesi-lesi tersebut
disebabkan oleh nekrosis iskemik atau hiperperfusi. Penemuan MRI memungkinkan
diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar lesi-lesi tersebut masih
belum terungkapkan. Sebagai contoh, dalam studi lain dari Morris dkk (1997)
mengkonfirmasikan adanya perubahan yang nyata, terutama di daerah arteri serebri
posterior.1,4
Temuan-temuan ini membantu memberi penjelasan mengapa sebagian wanita dengan
preeklampsia mengalami kejang sementara yang lain tidak. Luas dan lokasi lesi iskemik
serta petekie subkortikal kemungkinan besar mempengaruhi insidens eklampsia. Luas
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 4 of 11
2/12/16, 7:14 PM
lesi juga dapat menjelaskan terjadinya penyulit neurologis yang lebih mengkhawatirkan
1,2,4
misalnya kebutaan atau koma.
III. 4. Kebutaan
Walaupun gangguan penglihatan sering terjadi pada preeklampsia berat, kebutaan, baik
tersendiri atau disertai dnegan kejang, jarang dijumpai. Sebagian besar wanita dengan
amaurosis dalam derajat bervariasi memperlihatkan tanda-tanda hipodensitas lobus
2,4,5
oksipitalis yang luas pada pemeriksaan radiografik.
Vasospasme arteri retina juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan. Ablasio
retina juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan walaupun kelainan ini biasanya
terjadi pada satu sisi dan jarang menyebabkan kehilangan penglihatan total seperti pada
1,4,5
sebagian wanita dengan buta kortikal.
III. 5. Edema Serebri
Manifestasi susunan saraf pusat pada edema serebri yang luas merupakan hal yang
mengkhawatirkan. Pada sebagian kasus, gambaran utama adalah kesadaran berkabut
dan kebingungan, dan gejala ini hilang timbul. Pada beberapa kasus, pasien mengalami
koma. Prognosis pasien yang mengalami koma dubia dan penyulit yang serius adalah
herniasi batang otak.1,3
Gejalanya edema serebri berkisar dari letargi, kebingungan dan penglihatan Kabul
sampai kesadaran berkabut dan koma. Perubahan status mental berkaitan dengan
derajat keterlibatan yang tampak pada pemeriksaan dengan CT scan dan MRI. Tiga
wanita dengan edema serebri generalisata mengalami herniasi trantetorial pada
pemeriksaan pencitraan serta salah satunya meninggal akibat herniasi. Masuk akal
kiranya apabila dengan keterlibatan semacam ini berkaitan dengan edema iskemik
2,4
(sitotoksik) serta hiperperfusi (vasokonstriksi).
III. 6. Aliran Darah Otak
Tidak diketahui pasti apa efek preeklampsia dan eklampsia pada aliran darah serebri.
Pada eklampsia, dan mungkin akibat hilangnya autorregulasi aliran darah otak yang
bermanifestasi sebagai penurunan resistensi vaskular, terjadi hiperperfusi serebri serupa
dengan yang dijumpai pada ensefalopati hipertensi yang tidak berkaitan dengan
kehamilan. Wanita dengan nyeri kepala lebih besar kemungkinannya memperlihatkan
kelainan perfusi otak (baik meningkat atau menurun) dibandingkan dengan mereka
yang tanpa nyeri kepala. Mereka yang nyeri kepalanya hebat cenderung mengalami
peningkatan perfusi serebri. Temuan penting lain adalah bahwa tekanan perfusi otak
mungkin normal di satu hemisfer, tetapi sangat terganggu di hemisfer yang lain.2,5
Wanita yang mengalami eklampsia seolah-olah mengalami kehilangan transien
autorregulasi vaskular otaknya. Hiperperfusi mungkin menyebabkan edema vasogenik.
Brackley dkk (2000) memperkirakan bahwa vasospasme serebri pada wanita
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 5 of 11
2/12/16, 7:14 PM
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 6 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Page 7 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Page 8 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Jika terjadi kejang, diazepam merupakan pilihan pertama untuk mengontrol kejadian
tersebut. 5- 10 dosis diazepam intravena sering dapat menghentikan kejang eklampsia
tanpa membahayakan janin. Dosis yang lebih tinggi akan mengacaukan penilaian
kesadaran dan dapat menekan atau menghentikan pernapasan. Biasanya efek dari
diazepam akan berakhir minimal selama 20 menit. Terapi menggunakan fenobarbital
dan chlormethiazole akan memberikan efek tidur pada janin dan jika masih diperlukan
obat ini dapat digunakan setelah bayi lahir.2,3,5
Fenitoin merupakan obat anti kejang yang paling sering digunakan karena dapat
diberikan secara intravena, tidak menimbulkan ngantuk, dan tidak membahayakan bagi
janin. Pada kasus wanita dengan eklapmsi, standar dosis awal 14 sampai 18 mg/kg
berlebihan karena pada wanita dengan preeklampsia, protein bebas fenitoin 15% dari
total serum fenitoin yang umumnya digantikan 10%. Cara penggunaan untuk wanita
yang mengalami eklampsia dosis awalnya dengan 10 mg/kg dan kemudian diulang 5
mg/kg pada 2 sampai 6 jam kemudian. Obat ini akan beredar dalam darah selama
kurang lebih 24 jam.2,3,5
Tidak ada obat anti epilepsi yang 100% efektive untuk kejang eklampsi sampai
hipertensi dapat dikontrol secara adekuat. Dengan alasan tersebutlah maka ahli
kandungan tidak memberikan terapi pencegahan kepada wanita preeklamsia dengan
menggunakan obat anti epilepsi dan sebagai gantinya hipertensi harus dikendalikan.
Bagaimanapun juga, jika menginginkan obat pencegahan anti epilepsi, fenitoin
2,5
merupakan pilihan yang bagus.
V.3. Udem Otak
Udem otak pada hipertensi ensefalopati eklampsia biasanya berkurang segera setelah
tekanan darah dikendalikan. Pada beberapa kasus dengan perdarahan intraserebral
yang besar atau udem otak yang menyeluruh, tekanan intrakranial juga harus
dimonitor. Pada perdarahan intrakranial dan hipertensi intrakranial yang sedang
berlangsung, regulasi tekanan darah menjadi semakin kompleks. Dasar pada
penanganan masing-masing situasi harus diputuskan oleh masing-masing klinisi
berdasarkan keilmuannya untuk merawat perdarahan intrakranial. Terapi secara agresif
dengan mengontrol hipotermi dan koma barbiturate dapat dihentikan sampai bayi lahir.
Prinsip pengobatan medis dari udem otak vasogenik dari hipertensi ensefalopati
berdasarkan pada patofisiologinya. Evakuasi bedah jarang diindikasikan.1,5
V.4. Mannitol
Hiperosmolaritas manitol dapat menyebabkan dehidrasi fetus dan mencetuskan fetal
distress. Apalagi manitol dapat menyebabkan wanita dengan preeklampsia berat dan
eklampsi menjadi udem paru dan dapat membebani pasien dengan gangguan fungsi
1,4
ginjal.
V. 5. Kortikosteroid
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 9 of 11
2/12/16, 7:14 PM
Page 10 of 11
2/12/16, 7:14 PM
https://fhastanti.wordpress.com/2010/09/24/manifestasi-neurologi-pada-eklampsia/
Page 11 of 11