Anda di halaman 1dari 11

Karakter dan Dinamika Kaum Urban di Jakarta

Belajar dari Enrique Penalosa, seorang politikus dari Bogota


dimana

kota

yang

terkenal

dengan

reputasi

penculikan

dan

pembunuhan terbanyak. Pembunuhan yang dimaksud oleh Penalosa


adalah pembunuhan yang disebabkan oleh asap kendaraan mobil
dan motor yang membuat saluran pernafasan semakin lama
semakin tercemar. Beliau menuturkan, sistem perkotaan abad ke-20
telah meninggalkan luka bagi masyarakat Bogota, yang juga terjadi
di banyak kota lain di dunia. Tidak terkecuali ibukota dari Indonesia,
yaitu Jakarta. Transformasi yang dilakukan oleh Penalosa terhadap
wilayah Bogota membuat masyarakat mengubah pola fikir, pola
bertindak dan pola perencanaan yang dimiliki. Transformasi wilayah
merupakan

representasi

dari

perkembangan

wilayah

yang

digambarkan sebagai suatu proses perubahan dan pergeseran


karakteristik dari komponen wilayah dalam kurun waktu tertentu
sebagai akibat dari hubungan timbal balik antar komponen wilayah
tersebut, dengan demikian transformasi wilayah meliputi variabelvariabel yang bersifat multidimensional (Giyarsih, 2009).
Transformasi wilayah yang terjadi di suatu wilayah tidak
terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Ada lima
kekuatan yang menyebabkan terjadinya pemekaran kota yaitu
adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan
penduduk, peningkatan pelayanan transportasi, adanya gejala
penurunan

peranan pusat kota sebagai pusat kegiatan, dan

peningkatan peranan para pembangun. Faktor penentu transformasi


wilayah

urban,

penduduk,

juga

selain
mata

jumlah,

pertumbuhan,

pencaharian

penduduk.

dan

kepadatan

Struktur

mata

pencaharian pada suatu daerah dapat menggambarkan keadaan


umum

perekonomiannya,

khususnya

mengenai

kegiatan

penduduknya. Oleh karena keberadaan daerah pinggiran kota tidak


dapat dilepaskan

dengan pusat kegiatan sosial, budaya, dan

ekonomi kekotaan terdekat maka struktur kegiatan penduduk pada


daerah pinggiran kotapun akan terkena pengaruhnya dari kota
tesebut.
Di samping itu, keberadaan daerah pinggiran kota juga tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan daerah kedesaan di bagian
luarnya, sehingga kegiatan penduduk pada daerah pinggiran kota
inipun tidak terluput dari pengaruh dari kegiatan sosial, ekonomi
dan budaya di daerah kedesaan (Yunus, 2001)Oleh sebab itu dapat
diketahui bahwa transformasi adalah suatu perubahan dari satu
kondisi awal ke kondisi akhir dan dapat terjadi secara terus menerus
atau berulangkali yang dipengaruhi oleh dimensi waktu secara cepat
atau lambat, tidak berhubungan dengan perubahan fisik tetapi juga
menyangkut perubahan sosial budaya ekonomi politik masyarakat
karena tidak dapat lepas dari proses perubahan baik lingkungan
(fisik) maupun manusia (non fisik).
Transformasi kota menjadi kawasan metropolitan kerap kali
terjadi di berbagai belahan dunia, begitu pula halnya dengan kota
besar di Indonesia. Proses transformasi kota menjadi metropolitan
ini umumnya diawali oleh bergabungnya kota-kota yang berdekatan
atau secara
konurbasi

administratif

(Winarso,

bersebelahan yang

2006).

Metropolitan

disebut dengan

diindikasikan

mulai

berkembang di berbagai kawasan utama di dunia pada abad ke-20


dan merupakan bentuk yang berbeda dari suatu kota, karena
memiliki ukuran yang lebih besar dan kompleks dari segi ekonomi,
politik dan budaya.
Jakarta merupakan salah satu Kawasan Metropolitan terbesar
di dunia dan merupakan kawasan perkotaan terbesar di Asia
Tenggara.

Pertumbuhan

penduduk

yang

pesat

serta

tingkat

kepadatan
pendorong

penduduk

yang

pertumbuhan

perekonomian.

Bukan

tinggi
serta

hanya

menjadi

salah

pembentukkan

karakteristik

satu

faktor

karakteristik

ekonomi

nya

saja

melainkan membentuk karakteristik masyarakat yang tumbuh dan


berkembang di wilayah ibukota ini. Selain itu, perannya sebagai
ibukota negara juga menambah daya tarik bagi pendatang serta
fungsi dan perannya sebagai kawasan metropolitan menjadikan
kawasan ini semakin berkembang dengan pesat.
Sebuah kota tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa
adanya masyarakat yang memiliki berbagai macam karakteristik.
Menurut
kepada

Tadkiroatun

Musfiroh

serangkaian

(UNY,

sikap,

2008), karakter mengacu

perilaku,

motivasi,

dan

keterampilan. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to


mark

atau

menandai

dan

memfokuskan

bagaimana

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah


laku. Karakter masyarakat Jakarta yang nyata terlihat bukan hanya
segelintir saja melainkan banyak sekali macamnya. Apabila dilihat
dari berbagai masalah yang ditemui di Jakarta, karakter-karakter
tersebut dapat disorot melalui beberapa fenomena yang ada seperti
yang pertama adalah kemacetan lalu lintas, kemacetan yang
dialami oleh ibukota Jakarta ini sudah menjadi fenomena turuntemurun yang dapat kita ceritakan ke anak cucu. Bagaimana
permasalahan

kemacetan

ini

tidak

semakin

parah,

apa

penyebabnya?
Penyebab

utama

kemacetan

lalu

lintas

adalah

jumlah

kendaraan bermotor terutama kendaraan bermotor pribadi yang


semakin

banyak

dan

mobilitasnya

atau

biasa

disebut

penggunaannya yang semakin tinggi dari segi ruang dan waktu.


Sementara secara faktual instrumen penunjang lalu lintas kota
Jakarta, terutama kondisi dan pertumbuhan jaringan jalan tidak

seimbang dengan pertambahan jumlah dan mobilitas kendaraan


yang ada. Secara ekonomi, kemacetan menyebabkan peningkatan
waktu tempuh, biaya transportasi secara signifikan, gangguan yang
serius bagi pengangkutan produk-produk ekspor-impor, penurunan
tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi yang terkesan
sia-sia. Selain itu kemacetan memberikan dampak yang serius bagi
penurunan

kualitas

lingkungan

perkotaan

khususnya

tingkat

kebisingan dan polusi udara dan penurunan tingkat kesehatan


seperti misalnya

pemicu lahirnya berbagai penyakit pernapasan,

tekanan psikologis atau stress dan juga yang lainnya. Akibatnya


pekerjaan pun menjadi terganggu. Kadang-kadang akibat terburuburu akan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam nyawa para
pengguna jalan.
Kemacetan juga menyebabkan laju kendaraan menjadi lambat
dan pembakaran di dalam mesin pun menjadi lama, pembakaran
yang lama akan menghasilkan karbondioksida sehingga akan
menimbulkan polusi udara yanng semakin banyak. Karbondioksida
mengandung racun yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat
sehingga produktivitas masyarakat menurun. Bila produktivitas
menurun

maka

perekonomian

juga

akan

terganggu.

Setelah

kemacetan lalu lintas, masalah kedua adalah kondisi angkutan


umum.

Sebenarnya

dimanakah

kesulitan

serta

hambatan

pemerintah, khususnya Pemda DKI Jakarta dalam menangggulangi


serta mengatasi masalah Publik Transportasi, karna sampai detik ini
masalah tersebut masih belum juga ada solusinya.
Bila ditinjau dari berbagai sudut, Publik transportasi di Indonesia
khususnya di Jakarta sudah amat sangat tidak layak dan memadai,
serta memprihatinkan, dan tidak nyaman bagi penggunanya,
padahal transportasi umum tersebut berada di ibu kota negara,
dimana semua mata masyarakat tertuju kegiatan di tengah ibukota

itu sendiri. Tengok saja bagaimana bentuk serta kondisi transportasi


umum yang banyak kita temui di Ibu Kota Jakarta ini, dimana yang
paling sering lihat yaitu bus-bus, metro mini serta angkutan kota,
kereta listrik dalam kota, selain kondisinya banyak yang sudah tidak
layak pakai serta tingkat kenyamananya yang semakin hari semakin
rendah.

Selain

itu

kebersihannya

pun

sangat-sangat

memprihatinkan. Walaupun mungkin masih ada sebagian bus AC


yang lumayan baik dan bersih, namun tidak sedikit juga yang ber AC
namun kenyataannya AC nya tidak dingin sedangkan kodisi bus
tertutup rapat dan dipenuhi penumpang sehingga membuat pusing
para

penumpang

yang

berada

didalamnya,

sehingga

sangat

membahayakan kesehatan para pengguna bus AC tersebut.


Selain itu juga angkutan umum seperti bus, metro mini serta
kereta dalam kota yang dipenuhi oleh penumpang yang berdesakdesakan melebihi kapasistas yang ada, bahkan banyak penumpang
kereta yang sampai duduk diatas kereta, sungguh amat berbahaya
dan menyeramkan. Sehingga membuat kita terkadang merasa tidak
nyaman, aman serta ketakutan bila berpergian menggunakan
transportasi umum. Memang semua ini merupakan cerita lama,
akan tetapi justru karena terlalu lama tak tersentuh dan teratasi,
membuat hal ini selalu layak dan pantas untuk dibahas serta
diangkat kepermukaan agar pihak-pihak yang berwenang serta
bersangkutan segera menangani serta mencari solusinya, supaya
hal ini tidak semakin menjadi bom waktu untuk kita masyarakat
pengguna jasa angkutan umum, bus dan juga kereta.
Selain kemacetan dan juga buruknya angkutan umum, masalah
yang di hadapi Jakarta adalah karakter sosial masyarakat. Dimana
masalah transportasi di kota-kota besar tidak terlepas dari karakter
masyarakat perkotaan yang heterogen dan kompleks. Kemacetan
lalulintas

merupakan

contoh

nyata

perebutan

pemanfaatan

infrastruktur transportasi perkotaan. Masalah transportasi perkotaan


dalam hal ini kemacetan lalulintas menjadi lebih kompleks karena
saling mempengaruhi dengan faktor sosial budaya dan/atau perilaku
masyarakat kota. Dengan kondisi sarana angkutan umum yang
belum

memadai,

mendorong

masyarakat

lebih

memilih

menggunakan kendaraan pribadi. Sementara dari sisi sosial budaya,


keinginan seseorang untuk memiliki kendaraan pribadi sedikit
banyak dipengaruhi adanya pandangan bahwa memiliki kendaraan
bermotor mencerminkan status sosial di masyarakat. Memiliki mobil
pribadi menjadi tolok ukur kesuksesan dalam bekerja, terutama bagi
para perantau. Akibatnya ruas-ruas jalan yang dibangun di kota
lebih banyak dipenuhi oleh kendaraan pribadi yang notabene hanya
mengangkut penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan daya
angkut sarana angkutan umum massal. Sebagai perbandingan satu
bus angkutan massal (rapid transit bus) mampu mengangkut lebih
kurang 85 penumpang, sedangkan untuk mengangkut 85 orang
dibutuhkan sekitar 51 mobil pribadi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di Jakarta saat ini ada
berbagai macam solusi yang dapat ditempuh oleh pemerintah dan
juga rakyat-rakyatnya. Pemerintah yang mengatur jalannya roda
kegiatan di kota dan masyarakat sebagai pelaku utama dalam roda
tersebut. Adanya tindakan timbal balik pada setiap kegiatan yang
dijalankan, membuat roda kegiatan akan terus menerus berputar
tanpa

adanya

hambatan.

Faktor

dinamika

kelompok

ikut

mempengaruhi jalannya kegiatan di dalam sebuah kota.


Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg berpendapat
bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan pada peninjauan
psiokologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana
pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap
masing-masing individu sebagai anggota kelompok. Hal ini berarti

dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik antar


anggota dalam kehidupan berkelompok.
Dinamika itu sendiri dapat diartikan secara umum sebagai
sesuatu

yang

mengandung

arti

tenaga

kekuatan,

selalu

bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara


memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan
kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena
selama ada kelompok, semangat kelompok terus-menerus ada
dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat
dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat
berubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan,
antara lain:
1. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota terhadap
anggota

kelompok

lain

demi

menimbulkan

rasa

saling

menghargai.
2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.
3. Menciptakan

komunikasi

yang

terbuka

terhadap

sesama

diantara

sesama

anggota.
4. Menimbulkan

adanya

itikad

yang

baik

anggota kelompok.

Scheidlinger

berpendapat

bahwa

aspek-aspek

motif

dan

emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok.


Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif
antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan
menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok, sehingga kelompok
tersebut semakin kokoh. Freud pun berpendapat bahwa di dalam

setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar dalam


kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama.
Kesatuan kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota
kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang
satu dengan yang lain. Adapun berbagai macam solusi untuk
mengatasi masalah yang timbul di ibukota Jakarta ini yang
melibatkan bukan hanya Pemerintah melainkan adanya campur
tangan dan usaha dari masyarakatnya sediri yaitu sebagai berikut,
pembatasan laju urbanisasi oleh pemerintah serta menekan angka
kelahiran dengan cara menjalankan program KB atau biasa disebut
degan

Keluarga

Berencana.

Dengan

menekan

laju

urbanisasi

Pemerintah berhasil menekan pengguna jalan agar lebih mengkuti


kendali. Untuk mencegah semakin parahnya keadaan lalu lintas di
sini dibutuhkan peran seluruh stakeholders transportasi Ibukota
Negara, mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, berbagai
elemen

masyarakat

mulai

dari

lembaga

pendidikan,

lembaga/organisasi kemasyarakatan, termasuk Dewan Transportasi


Kota Jakarta, dan lain-lainnya untuk menumbuhkan kesadaran dan
kebanggaan menggunakan angkutan umum.
Tentunya upaya ini harus didahului dengan pembenahan
terpadu dan berkelanjutan terhadap sistem angkutan umum dengan
menerapkan

standar

pelayanan

prima

dan

penyelenggaran

angkutan umum yang sesuai harapan masyarakat. Gerakan moral


ini bisa dirintis/dimulai misalnya oleh Pegawai Pemda DKI Jakarta,
pada hari-hari tertentu diwajibkan untuk menggunakan angkutan
umum. Selain mengurangi kemacetan lalu lintas, ada banyak
manfaat lain yang akan diperoleh dari penggunaan angkutan umum
secara massal, antara lain penghematan bahan bakar kendaraan
bermotor dan mengurangi pencemaran udara dari emisis gas buang
kendaraan bermotor. Disamping itu, pemerintah juga sebaiknya

memperbaiki jalan yang rusak, memperlebar jalan, menambah


jembatan penyeberangan diarea yang banyak dilalui oleh para
pekerja

atau

memperbaiki

masyrakat

yang

lebih

sering

jembatan

penyeberangan

lalu

yang

lalang

serta

rusak.

Selain

memperbaiki jembatan penyebrangan , rambu lalu lintas yang


menjadi patokan para pengguna jalan perlu diperbaiki, karena
banyak kasus lampu lalu lintas tersebut tidak bekerja sebagaimana
mestinya.
Penambahan jumlah armada Transjakarta beserta halte nya
sehingga masyarakat pengguna tidak perlu menunggu lama dan
berdesakan. Pengoptimalan commuterline dengan meningkatkan
pelayanan dan kenyaman yang berkualitas. Dan yang terpenting
adalah menjunjung tinggi peraturan yang telah dibuat, apabila ada
pelanggran harus langsung di tilang sesuai peraturan yang berlaku.
Di seluruh dunia kini, masyarakat semakin menuntut kebijakan
publik yang selaras dengan apa yang benar-benar penting bagi
masyarakat, yang biasa kita definisikan sebagai kesejahteraan.
Dengan adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh
politikus dari Bogota, Enrique Penalosa,

kita sebagai pembaca

Happy City mengetahui hal apa saja yang belum sama sekali
dilakukan dan hal apa saja yang dapat dievalusi dari perilaku
masyarakat

ibukota

Jakarta

ini.

Tahun

transformatif

Bogota

menawarkan pelajaran abadi bagi kota-kota kaya dan berkembang,


seperti

Jakarta.

Dengan

mengoptimalkan

sumber

daya

dan

merancang kota sebagaimana mestinya dengan cara menghargai


dan menghormati pengalaman semua orang, kita bisa membuat
kota yang kita tempati serta yang membantu kita semua agar hidup
dengan lebih kuat, tangguh, terhubung, aktif, dan lebih bebas. Kita
bisa menentukan untuk siapa kota yang kita tinggali melalui
tuntutan-tututan yang kita berikan ke pemerintah. Dan optimisme

masyarakat

yang

kuat

bahwa

mereka

harus

percaya

kota

metropolitan kita dapat berubah ke arah yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Arrauda,Vioya.

2010.

Tahapan

Perkembangan

Kawasan

Metropolitan Jakarta Jurnal Perencanaan Wilayah Dan


Kota, Vol. 21 No. 3, Hlm 215 226. Jakarta
Giyarsih, Sri Rum. 2009. Transformasi Wilayah. Disertasi.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah

Mada

Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.


Hardati, Puji. 2011. Transformasi Wilayah Peri Urban. Kasus
Di Kabupaten Semarang.Fisip Unnes. Volume 8, No.2,
http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/JG/Article/Dow
nload/1661/1868. Diakses Pada 26 Januari 2016
Nurghani, Faisal. 2014. Makalah Masalah Kemacetan dan
Solusi
Mengatasinya.http://sharpcherryblossom.blogspot.co.i
d/2014_05_01_archive.html. Diakses pada 29 Januari
2016.
Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Pembinaan Pendidikan Karakter
Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat
PSMP
Wikibuku,

2014.

Pembenahan

Transportasi

Jakarta/Transportasi

Kota

Jakarta.https://Id.Wikibooks.Org/Wiki/Pembenahan_Tra
nsportasi_Jakarta/Transportasi_Kota_Jakarta.

Diakses

Pada 29 Januari 2016


Winarso, Haryo (Ed), Metropolitan Di Indonesia: Kenyataan
Dan Tantangan Dalam Penataan Ruang, Direktorat
Jenderal

Penataan

Umum (2006)

Ruang,

Departemen

Pekerjaan

Yunus, Hadi Sabari, 2001. Perubahan Pemanfaatan Lahan Di


Daerah Pinggiran Kota. Kasus

Di

Pinggiran

Kota

Yogyakarta. Disertasi. Fakultas Geografi UGM. Tidak


Dipublikasikan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai