penguasaan teori karena fungsi teori adalah memberi makna terhadap realitas
sosial.
Dua pendekatan teoritis yang harus dikuasai adalah Pendekatan Struktur
Fungsional dan Pendekatan Konflik Dialektika.
1
Aguste Comte
Herbert Spencer
Emile Durkheim
Branislaw Malinowski
Redcliffe Brown
Talcot Parson
2
Pierre L.van den Berghe, “Dialectic and Functionalism : Towarda Synthesis” , dalam N.J. Demerath III et. Al., eds.,
System, Change, and Conflict, The Free Press, New York, Collier – Macmillan Limited, London,1967: hlm. 294-295.
2
laku sosial (pengaturan secara normatif terhadap hasrat seseorang untuk menjamin
stabilitas sosial.)
Menurut David Lockwood : Terdapat substratum yang berupa disposisi
disposisi yang mengakibatkan timbulnya perbedaan kesempatan hidup dan
kepentingan – kepentingan yang tidak normatif. Dalam setiap situasi sosial
terdapat 2 hal yaitu : Tata tertib yang bersifat normatif dan SubStratum yang
melahirkan konflik. Tumbuhnya tata tertib sosial atau sistem nilai yang
disepakati bersama oleh para anggota masyarakat, sama sekali tidak berarti
lenyapnya konflik didalam masyarakat. Sebaliknya, tumbuhnya tata tertib sosial
justru mencerminkan adanya konflik yang bersifat potensial dimasyarakat. Oleh
karena itu, apabila kita berbicara tentang stabilitas atau instabilitas dari suatu
sistem sosial, maka yang kita maksudkan adalah tidak lebih dari menyatakan
derajat keberhasilan atau kegagalan dari suatu tertib normatif di dalam mengatur
kepentingan –kepentingan yang saling bertentangan.3
Kenyataan yang diabaikan dalam pendekatan struktural fungsional4 :
1) Setiap struktur sosial mengandung konflik dan kontradiksi yang
bersifat internal dan menjadi penyebab perubahan
2) Reaksi suatu sistem sosial terhadap perubahan yang datang dari luar
(extra systemic change) tidak selalu bersifat Adjustive/tampak
3) Suatu sistem sosial dalam waktu yang panjang dapat mengalami
konflik sosial yang bersifat visious circle
4) Perubahan – perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual
melalui penyesuaian, tetapi dapat juga terjadi secara revolusioner
3
David Lockwood, Some Remarks on The Social System, dalam N.J. Demerath III hlm.285
4
Pierre L. van den Berghe, op.cit., hlm.297
3
Memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya
konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula.
Asumsi dasar teori konflik dialektika :
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap
masyarakat
Konflik adalah gejala yang melekat di tiap masyarakat
Setiap unsur didalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi
terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial
Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan atau dominasi oleh
sejumlah orang atas sejumlah orang-orang yang lain
Unsur-unsur yang bertentangan dalam masyarakat atau kontradiksi intern
akibat pembagian kewenangan / otoritas yang tidak merata dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial. Contoh : reformasi di Indonesia.
Menurut Dahrendoof , “ karena adanya assosiasi terkoordinasi secara
imperativ (impetaratively coordinated associations/ica) yang mewakili organisasi-
organisasi yang berperan penting di dalam masyarakat ”.
ICA / Asosiasi yang terkoordinasi secara imperatif terbentuk atas hubungan
– hubungan kekuasaan antara beberapa kelompok pemeran kekuasaan yang ada
dalam masyarakat masyarakat. Kekuasaan menunjukkan adanya faktor “paksaan”
oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain. Dalam ICA hubungan kekuasaan
menjadi “tersahkan” atau terlegitimasi.
Dalam pandangan teori konflik dialektika , kekuasaan (power) dan otoritas
(authority) merupakan sumber yang langka dan selalu diperebutkan dalam sebuah
ICA.
4
Realitas Sosial , menurut Karl Max :
Sistem sosial selalu berada dalam konflik yang terus menerus
Konflik tercipta karena kepentingan yang saling bertentangan dalam
struktur sosial
Kepentingan yang saling bertentangan merupakan refleksi dari
perbedaan dalam distribusi kekuasaan antar kelompok yang
mendominasi dan terdominasi
Kepentingan cenderung mempolarisasi kedalam dua kelompok
kepentingan
Konflik bersifat dialektika (suatu konflik menciptakan suatu
kepentingan yang baru, yang dibawah kondisi tertentu akan
menurunkan konflik yang berikutnya)
Perubahan sosial adalah ciri/karakter yang selalu berada dimanapun
(ubiquitos feature) dalam setiap sistem sosial dan akibat dari konflik.
Konflik dapat diatasi oleh kekuasaan yang dihimpun di dalam ICA.
à ICA yang dominan dapat meredam konflik
Dalam tinjauan konflik dialektika, suatu kepentingan bisa dinegoisasikan
antar kelompok dalam ica jika sudah menjadi kelompok kepentingan yang bersifat
5
riil sehingga, bersatunya individu yang memiliki kepentingan yang sama dalam
sebuah kelompok yang terorganisir menjadi hal yang penting.
Kepentingan yang sama dari beberapa individu, jika tidak diorganisasi
secara formal kedalam suatu kelompok, merupakan kepentingan semu karena
tidak ada yang bisa mewakili / mengatasnamakan pemilik kepentingan
Prasyarat kelompok semu terorganisir menjadi kelompok kepentingan :
Kondisi teknis dari suatu organisasi/ technical conditions of
organizations (sejumlah orang yang mampu mengorganisasikan dan
merumuskan latent interest menjadi manifest interest)
Kondisi politis dari suatu organisasi/ political conditions of
organization (adanya kebebasan politik untuk berorganisasi yang
diberikan oleh masyarakat)
Kondisi sosial bagi suatu organisasi/social conditions of
organizations (adanya sistem komunikasi yang memungkinkan para
anggota dari suatu kelompok semu berkomunikasi satu sama lain
dengan mudah)
6
Menurut penganut teori konflik , “ Konflik tidak dapat dilenyapkan tetapi
hanya bisa dikendalikan agar konflik latent tidak menjadi manifest dalam bentuk
kekerasan.”
1) Konsiliasi (conciliation)
Adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan – keinginan
dari pihak Terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan
diantara pihak-pihak yang berkonflik.
7
Setiap kelompok yang berkonflik harus patuh pada rule of
the game
2) Mediasi (mediation)
Pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga untuk
memberi “nasehat-nasehat” penyelesaian konflik tujuannya
mengurangi irisionalitas kelompok yang berkonflik.
3) Arbitrasi (arbitration)
Dilakukan/terjadi jika pihak yang bersengketa bersepakat untuk
menerima atau “terpaksa” menerima hasilnya pihak ketiga yang
akan memberikan “keputusan-keputusan” tertentu untuk mengurangi
konflik.
8
Daftar Pustaka
1. Nasikun. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. 1984
2. Soekanto , Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Perkasa. 1982
3. www.scribd.com/sistemsosialbudayaindonesia diakses pada Sabtu, 1 Mei 2010
pukul 08.37
4. www.wikipedia.com diakses pada Sabtu, 1 Mei 2010 pukul 09.00
09.51