Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Prinsip Kerja Motor 4 Langkah
Motor bakar (Thermal Engine) adalah mesin yang mengubah tenaga
panas menjadi tenaga mekanik. Energi panas tersebut diperoleh dari proses
pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Proses
pembakaran tersebut terjadi di dalam motor bakar, tepatnya di dalam silinder
mesin. Ledakan yang terjadi didalam silinder akibat pembakaran campuran
bahan bakar dan udara yang mengakibatkan terdorongnya torak dari TMA
(Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati Bawah). Sedangkan torak dihubungkan
dengan poros engkol melalui batang penghubung (batang penggerak)
sehingga gerak translasi torak naik turun akan menjadi gerak rotasi pada
poros engkol begitu pula sebaliknya gerak rotasi pada poros engkol
menimbulkan gerak translasi naik turun pada torak. Hasil pembakaran bahan
bakar yang diubah menjadi energi mekanik digunakan untuk menggerakkan
mesin (Toyota Astra Motor, 2010:90). Ditinjau dari sistem penyalaan, Motor
Bakar Torak dibedakan menjadi:
1. Motor Bensin (Otto). Pada motor bensin penyalaan bahan bakar
disebabkan oleh loncatan bunga api listrik diantara dua elektroda busi.
Oleh karena itu motor bensin disebut juga Spark Ignition Engine (SIE).
2. Motor Diesel. Pada motor diesel sistem penyalaan bahan bakar karena
proses

kompresi

atau

penyalaan

10

sendiri,

yaitu

dengan

cara

11

mengkompresikan udara di dalam silinder hingga mencapai suhu nyala


bahan bakar, kemudian bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder yang
berisi udara bertekanan dan bertemperatur tinggi, sehingga bahan bakar
akan terbakar dengan sendirinya. Oleh karena itu motor bakar jenis ini
biasa disebut dengan motor penyalaan kompresi atau Compression
Ignition Engine (CIE).
Berdasarkan langkah toraknya, maka motor bakar torak dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Motor Bakar 2 Langkah yaitu motor bakar dimana untuk memperoleh satu
kali langkah kerja memerlukan dua langkah torak atau satu putaran poros
engkol.
2. Motor Bakar 4 Langkah yaitu motor bakar dimana untuk memperoleh satu
kali langkah kerja diperlukan empat kali langkah torak atau dua kali
putaran poros engkol.
Maksud dari motor empat langkah adalah dalam satu kali usaha
dibutuhkan empat kali gerakan naik turun torak dan dua kali putaran poros
engkol. Menurut Warju (2009:4-6), prinsip kerja mesin empat langkah dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah Hisap (Intake Stroke)
a. Katub masuk (intake valve) terbuka dan katub buang (exhaust valve)
tertutup.
b. Torak bergerak dari TMA ke TMB. Akibatnya, ruang bakar menjadi
vakum tekanannya.

12

c. Pada mesin bensin berteknologi karburator, campuran udara dan bahan


bakar yang berupa kabut dari karburator masuk ke dalam silinder
karena tekanannya lebih rendah dari tekanan atmosfir (< 1 atm).
d. Pada mesin bensin berteknologi EFI (electronic fuel injection), injektor
menyemprotkan bensin ke manifold port sebelum katub masuk
sehingga terjadi percampuran udara dan bahan bakar di dalam silinder.
e. Pada mesin diesel berteknologi konvensional menggunakan pompa
injeksi tipe inline dan distributor, EFI diesel dan common rail system,
udara dari atmosfir masuk ke dalam silinder karena tekanannya lebih
rendah dari 1 atm.

Gambar 2.1 Langkah hisap


Sumber: (http://aeriants.blogspot.com, diakses tanggal 24 April 2013)
2. Langkah Kompresi (Compression Stroke)
a. Katub masuk dan katub buang dalam keadaan tertutup.
b. Torak bergerak dari TMB ke TMA.
c. Pada mesin bensin berteknologi karburator dan EFI, campuran udara
dan bahan bakar yang telah dimasukkan ke dalam silinder
dikompresikan ke ruang bakar sehingga tekanan dan temperaturnya
meningkat akibat volume ruang yang sempit. Beberapa derajat

13

sebelum torak mencapai TMA (5-10), busi (spark plug) memercikkan


bunga api sehingga campuran udara dan bahan bakar yang
dikompresikan terbakar.
d. Pada mesin diesel berteknologi konvensional (menggunakan pompa
injeksi tipe inline dan distributor, EFI diesel, dan common rail system)
udara dikompresikan ke ruang bakar sehingga tekanan dan
temperaturnya juga meningkat. Akibatnya, campuran udara dan bahan
bakar terbakar dengan sendirinya.

Gambar 2.2
Sumber:
(http://aeriants.blogspot.co
24 April 2013)

Langkah kompresi
m, diakses tanggal

3. Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)


a. Katub masuk dan katub buang masih dalam keadaan tertutup.
b. Torak bergerak dari TMA ke TMB sebagai akibat desakan dari gas
hasil pembakaran tadi.
c. Akibat proses pembakaran di ruang bakar, ledakan pembakaran akan
memberikan gaya tekan pada kepala torak (piston crown) sehingga
mendorong torak ke TMB.
d. Torak yang didorong dari TMA ke TMB akan memutar poros engkol
(crankshaft)

sehingga

menggerakkan kendaraan.

akan

dihasilkan

torsi

(torque)

untuk

14

e. Gas sisa hasil pembakaran diekspansikan ke volume ruangan yang


lebih besar.

Gambar 2.3 Langkah Ekspansi


Sumber: (http://aeriants.blogspot.com, diakses tanggal 24 April 2013)
4. Langkah Buang (Exhaust Stroke)
a. Katub masuk tertutup dan katub buang terbuka.
b. Torak bergerak dari TMB ke TMA.
c. Pada akhir ekspansi tekanan gas dalam silinder masih lebih tinggi dari
tekanan atmosfir sehingga ketika katub buang terbuka, gas sisa hasil
pembakaran segera mengalir keluar dari dalam silinder menuju sistim
pembuangan (exhaust system).
d. Selanjutnya gerakan torak dari TMB ke TMA akan ikut mempercepat
pembuangan gas sisa hasil pembakaran tadi.

15

Gambar 2.4

Langkah buang

Sumber: (http://aeriants.blogspot.com, diakses tanggal 24 April 2013)

B. Proses Pembakaran Motor Bensin


Pembakaran

dapat

didefinisikan

sebagai

reaksi

kimia

yang

berlangsung sangat cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar
dari bahan bakar pada suhu dan terkanan tertentu. (Tjokrowisastro dan
Widodo, 1990).
Bila campuran bahan bakar dan udara terbakar di dalam ruang bakar
yang dibatasi oleh torak, silinder, dan kepala silinder akan menghasilkan gas
pembakaran yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Sehingga gas pembakaran
ini akan menekan torak dan menghasilkan daya. Dalam proses pembakaran
setiap bahan bakar membutuhkan jumlah udara tertentu agar bahan bakar
dapat terbakar secara sempurna. Namun dalam kenyataanya tidak hanya
proses pembakaran secara sempurna saja yang terjadi pada motor bensin 4
langkah, proses pembakaran tidak sempurna juga sering terjadi. Berikut ini
akan dijelaskan kedua proses pembakaran tersebut:

16

1. Pembakaran sempurna
Mekanisme pembakaran sempurna dalam motor bensin dimulai
pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi. Selanjutnya api
membakar gas bakar yang berada di sekelilingnya dan terus menjalar ke
seluruh bagian sampai semua partikel gas bakar terbakar habis (Toyota
Astra Motor, 1995:2-2).

Gambar 2.5 Pembakaran sempurna udara dan bahan bakar


Sumber: Halderman, 2006.
Mekanisme pembakaran dalam motor bersifat komplek yang
mana berlangsung memalui beberapa fase seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini:

17

Gambar 2.6 Pembakaran campuran udara dan bensin


terhadap perubahan tekanan di dalam silinder
Sumber: Toyota Astra Motor, 1995:2-3
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat suatu grafik yang
menunjukkan hubungan tekanan dengan sudut engkol mulai penyalaan
sampai akhir pembakaran dengan melewati beberapa fase yang dapat
dijelaskan sebagai berkut:
a. Fase penyalaan.
Pada fase ini busi mulai memercikkan bunga api.
b. Fase pembakaran eksplosip.
Pada fase ini campuran bahan bakardan udara di dalam ruang bakar
mulai terbakar karena adanya percikan bunga api dari busi.
c. Fase tekanan pembakaran maximum.
Pada fase ini terjadi pembakaran tekanan maximum. Dimana
campuran udara dan bahan bakar yang sudah dikompresikan sudah
terbakar merata sehingga suhu dan tekanan meningkat dengan cepat.
Hal ini mengakibatkan torak terdorong menuju TMB sehingga
menggerakkan poros engkol.
d. Fase akhir pembakaran.
Pada fase ini terjadi penurunan tekanan akibat langkah usaha.
2. Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran dikatakan tidak sempurna terjadi apabila api
menyebar tidak teratur dan merata sehingga minimbulkan kerusakan pada
komponen mesin. Ada dua macam pembakaran tidak sempurna, antara lain
sebagai berikut:

18

a. Knocking
Knocking ini terjadi ketika gas baru yang belum terbakar
terdesak oleh gas yang telah terbakar, sehingga menyebabkan kenaikan
pada tekanan dan suhunya sampai mencampuri keadaan hampir
terbakar.

Gambar 2.7 Detonasi


Sumber: http://www.google.co.id/images, diakses 24 April 2013
Hal ini mengakibatkan gas tersebut terbakar dengan sendirinya
sehingga timbul ledakan/detonasi dan menghasilkan gelombang
kejutan berupa suara ketukan (knocking noise).
(Toyota Astra Motor, 1995:2-3).
b. Pre-ignition
Pre-ignition ini terjadi ketika bahan bakar terbakar dengan
sendirinya sebagai mengakibatkan naiknya tekanan dan suhu sebelum
busi menyala.

C. Bahan Bakar

19

Bahan bakar (fuel) merupakan suatu bahan (material) yang


dikonsumsikan untuk menghasilkan energi (Warju, 2010:2). Bahan bakar
didefinisikan sebagai senyawa kimia, terutama tersusun atas karbon dan atau
hidrogen, yang apabila direaksikan dengan oksigen pada tekanan dan suhu
tertentu akan menghasilkan produk berupa gas dan sejumlah energi panas.
Menurut Warju (2010:4) bahan bakar diklasifikasikan menurut kondisi
fisiknya menurut kondisi fisiknya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Bahan Bakar Padat
Jenis bahan bakar padat diantaranya adalah batubara, kokas, kayu, arang,
dan ampas tebu.
2. Bahan Bakar Cair
Berdasarkan sumbernya, bahan bakar cair dapat diklasifikasikan menjadi 4
jenis, yaitu:
a. Minyak bumi (Petroleum Product) antara lain bensin (gasoline), diesel
(diesel oil), minyak tanah (kerosine), dan minyak residu (residual oil).
b. Peragian (Fermentation Product) meliputi Ethylalcohol (bioethanol)
dan Methylalcohol (bioethanol).
c. Minyak Sintetis (Synthetic Oil), minyak yang didapatkan dari proses
hidrogenisasi batu bara.
d. Shale Oil, minyak yang didapatkan dari proses destilasi batu-batuan.
3. Bahan Bakar Gas
Jenis bahan bakar gas diantaranya adalah Natural Gas, Petrolium Gas,
Blast Furnace Gas, Coke Oven Gas, Blue Water Gas, Coal Gas, dan Bio
Gas.
Beberapa sifat utama yang perlu diperhatikan dalam bahan bakar adalah:
a. Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu rendah.
b. Mempunyai nilai bakar tinggi.
c. Bahan bakar dan hasil pembakarannya tidak beracun atau membahayakan
kesehatan.
d. Uap bahan bakar harus dapat dinyalakan dan terbakar segera dalam
campuran dengan perbandingan yang cocok terhadap oksigen.
e. Harus dapat diangkut dan disimpan dengan aman dan mudah.

20

D. Bahan Bakar Premium


Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna
tambahan (dye). Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang
paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina
dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Pemerintah.
Premium merupakan BBM dengan angka oktan atau Research Octane
Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya,
yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor
tempel, dan lain-lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Premium, diakses pada
tanggal 25 April 2013).

Adapun spesifikasi dari bahan bakar premium adalah pada tabel di


bawah ini.
Bahan B

Tabel 2.1. Spesifikasi Premium

21

Sumber: Pertamina (1988:28)


Keterangan tabel 2.1:
1. ASTM (American Society for Testing and Materials) adalah suatu asosiasi
gabungan di Amerika Serikat untuk mempromosikan pengetahuan tentang
properti material teknik dan menstandarkan rincian dan metode pengujian.
2. Destilasi adalah suatu proses pemecahan berdasarkan titik didih berbagai
unsur pokok campuran yang dipecahkan. Hal ini dilakukan melalui
penguapan dan kondensasi.
3. RON adalah jumlah octane gasoline motor yang ditentukan dengan engine
tes laboratorium tertentu dengan syarat kekuatan engine ringan yang
memberikan ukuran kasar property gasoline knock kecepatan rendah.
4. D adalah jenis atau metode pengujian yang digunakan sesuai ASTM,
angka dibelakang menunjukkan lembar spesifikasi tabel ASTM.
E. Bahan Bakar Pertamax
Pertamax seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari
pengolahan minyak bumi yang mempunyai nilai oktan atau RON sebesar 92.
Pertamax

dihasilkan

dengan

penambahan

zat

aditif

dalam

proses

pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan pada


tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur Methyl Tersier Butyl
Ether (MTBE) yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, Pertamax
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertamax

22

direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 1990,


terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan EFI dan catalytic
converters (pengubah katalitik).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pertamax, diakses pada tanggal 25 April 2013).

Adapun spesifikasi dari bahan bakar pertamax adalah pada tabel di


bawah ini.
Tabel 2.2 Spesifikasi Pertamax
No.

Karakteristik

1.
2.
3.
4.

Angka Oktan Riset (RON)


Kandungan Sulfur
Kandungan Timbal (Pb)
Distilasi
10% vol. Penguapan
50% vol. Penguapan
90% vol. Penguapan
Titik didih akhir
Residu
5. Sedimen
6. Unwashed Gum
7. Washed Gum
8. Tekanan Uap
9. Berat jenis (suhu 15C)
10.Korosi bilah tembaga
11.Uji doctor
12.Sulfur Merccaptan
13.Penampilan visual
14.Warna

Satuan
% massa
g/l
C
C
C
C
% vol
mg/l
mg/100ml
mg/100ml
kPa
Kg/m
Menit
% massa
-

Batasan
Min.
Maks.
91,0
0,05
0,013
70
72
110
130
180
215
2,0
1
70
5
45
60
715
770
Kelas 1
negatif
0,002
Jernih terang
Biru

Sumber: Salinan dokumen Pertamina


F. Angka Oktan

Metode Uji
ASTM
Lain
D2699-86
D2622-98
D3237
D86-99a

D5452-97
D381-99
D381-99
D5191-59
D4052-95
D130-54
D3227
-

IP 30

23

Angka oktan adalah suatu bilangan yang menunjukkan sifat anti


ketukan (detonasi). Dengan kata lain, makin tinggi angka oktan maka semakin
berkurang kemungkinan untuk terjadinya detonasi (knocking). Dengan
berkurangnya intensitas untuk berdetonasi, maka campuran bahan bakar dan
udara yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih baik sehingga tenaga
motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat.
(http://faisalmoch.blogspot.com/2012/03/syarat-dan-tabel-oktan.html, diakses
pada tanggal 23 April 2013)
Cara menentukan angka oktan bahan bakar ialah dengan mengadakan
suatu perbandingan bahan bakar tertentu dengan bahan bakar standar. Yaitu
dengan menggunakan mesin CFR (Coordination Fuel Research). Mesin CFR
merupakan sebuah mesin silinder tunggal dengan perbandingan kompresi
yang dapat diukur dari sekitar 4:1 sampai dengan 14:1. Terdapat dua metode
dasar yang umum digunakan yaitu research methode yang menggunakan
mesin motor CFR Formula-1, yang hasilnya disebut dengan RON dan motor
methode yang menggunakan mesin motor CFR Formula-2 dimana hasilnya
disebut dengan Motor Octane Number (MON). Research methode
menghasilkan gejala ketukan lebih rendah dibandingkan motor research.
Besar angka oktan bahan bakar tergantung pada presentase iso-oktana
(C7H18) dan normal heptana (C7H16) yang terkandung didalamnya. Bahan
bakar yang sangat mudah berdetonasi adalah normal heptana (C 7H16) sedang
yang sukar berdetonasi adalah iso-oktana (C7H18).

24

Bensin yang cenderung kearah sifat normal heptana disebut bensin


dengan nilai oktan rendah (angka oktan rendah) karena mudah berdetonasi,
sebaliknya bahan bakar yang lebih cenderung kearah sifat iso-oktana
dikatakan bensin dengan nilai oktan tinggi atau lebih sukar berdetonasi.
Misalnya suatu bensin mempunyai angka oktan 90 akan lebih sukar
berdetonasi daripada bensin beroktan 70. Jadi kecenderungan bensin untuk
berdetonasi dinilai dari angka oktannya. Iso-oktana murni diberi indeks 100,
sedangkan normal heptana murni diberi indeks 0. Dengan demikian jika suatu
bensin memiliki angka oktan 90 berarti bensin tersebut cenderung berdetonasi
sama dengan campuran yang terdiri atas 90% volume iso-oktana dan 10%
volume normal heptana. Nilai oktan yang harus dimiliki oleh bahan bakar
ditampilkan dalam (tabel 2.3) berikut :
Tabel 2.3 Nilai Oktan Gasolin Indonesia
No
1
2
3
4

Jenis

Angka Oktan Minimum

Premium

88 RON

Pertamax

92 RON

Pertamax Plus

95 RON

Bensol

98 RON

Sumber : www.pertamina.com

G. Bioenergi
Bioenergi adalah energi yang berasal dari biomassa. Sedangkan
Pengertian dari Biomassa adalah Jumlah bahan hidup yang terdapat di dalam

25

satu atau beberapa jenis organisme yang berada di dalam habitat tertentu.
Biomasa pada umumnya dinyatakan dalam berat kering organisme persatuan
luas habitat, yang dinyatakan dalam kg/m2, atau kg/m3. Biomassa adalah
salah satu sumberdaya hayati, merupakan energi matahari yang telah
ditransformasi menjadi energi kimia oleh tumbuhan berhijau daun. Ada yang
mendefinisikan Biomassa sebagai bahan-bahan organik berumur relatif muda
dan berasal dari tumbuhan atau hewan ; produk dan limbah industri budidaya
(pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan).

Bioenergi

merupakan sektor perekonomian energi dunia yang paling dinamis dan


berubah cepat. Pertumbuhan pesat industri bahan bakar nabati (BBN, liquid
biofuels) memasok sekitar 10 % dari kebutuhan energi dunia dan merupakan
78 % dari seluruh pasokan energi terbarukan. Bangsa Indonesia mempunnyai
biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar, harus dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk memperkuat ketersediaan pasokan energi dan neraca
pembayaran negara, membuka banyak lapangan kerja, mengentaskan
kemiskinan, melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata, dan turut
meredam emisi gas-gas rumah kaca. Produksi bioenergi dapat dihasilkan dari
residu dan limbah pemanenan serta pengolahan pangan memiliki makna
penting dalam mengefisienkan (memperkuat struktur & daya saing) industri
pangan domestik (residu seperti sekam, jerami, bagas, tetes, tandan kosong
sawit, dll).
Pemanfaatan bioenergi di Indonesia masih rendah bila dibandingkan
ketersediaan biomassa yang melimpah. Pemanfaatan biomassa untuk

26

bioenergy negara kita masih tertinggal jauh dari Thailand yang mempunyai
produksi lebih rendah. Indonesia yang mempunyai hutan hujan tropis yang
kaya akan sumberdaya alam nabati menyediakan beranekaragam tumbuhan
yang bisa dijadikan bahan bakar terbarukan. Dengan jumlah pulau-pulau lebih
dari 17.000 pulau membuat Indonesia kaya potensi biomassa di darat maupun
di laut. Potensi dari tumbuhan-tumbuhan energi multiguna kawasan tropik
seperti : pogam/kranji/mabai (Pongamia pinnata), nyamplung/bintangur
(Calophyllum inophyllum), nimba (Azadirachta indica), gatep pait (Samadera
indica), jarak pagar (Jatropha curcas), kelor (Moreinga oleifera), kacang hiris
(Cajanus cajan), sukun (Artocarpus altilis), Aren (Arenga pinnata), Sagu
(Metroxylon sp) dan aneka alga mikro.
Konversi biomassa menjadi bioenergi dapat melalui beberapa cara
yaitu Pembakaran Langsung, Konversi Termokimiawi, dan Konversi
Biokimiawi. Konversi Termokimiawi pada akhirnya menghasilkan bahan
bakar cair dan biodiesel, konversi biokimiawi dengan cara pencernaan kimiawi
menghasilkan gas metan sedangkan konversi biokimiawi dengan fermentasi
hidrolisis menghasilkan etanol.
(http://definisi-bioenergi-atau-energi-biomassa.html, diakses pada tanggal 1
Mei 2013)
H. Bioethanol
Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari bahan baku berupa
biomassa seperti jagung, singkong, sorgum, kentang, gandum, tebu, bit,

27

rumput laut dan juga limbah biomassa seperti tongkol jagung, limbah jerami,
dan limbah sayuran lainnya.
Menurut A.Hardjono (2001:75), bioethanol memiliki angka oktan
yang lebih tinggi daripada bensin yaitu research octane 123 dan motor octane
96.

Angka

oktan

pada

bahan

bakar

mesin

bensin

menunjukkan

kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar


sebelum waktunya. Jika campuran udara bahan bakar terbakar sebelum
waktunya

akan

menimbulkan

fenomena

knocking

yang

berpotensi

menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada


komponen mesin.
Bioethanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor. Syaratnya bioethanol alami itu harus berkadar
kemurnian 99,5%. Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah 90%,
mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau tinggi.
Sebenarnya bioethanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan
sebagai bahan bakar motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu
penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak menimbulkan
karat. Semakin besar kadar etanol, semakin bagus performa mesin.
Bioethanol diproduksi dengan teknologi biokimia, melalui proses
fermentasi bahan baku, kemudian bioethanol yang diproduksi dipisahkan dari
air dengan proses distilasi. Cara lama dilakukan dengan destilasi tetapi
kemurnian hanya sampai 96%. Maka kemudian dilakukan proses dehidrasi

28

molecular sieve karena proses ini dapat menghilangkan air hingga kadar
bioethanol menjadi 99,5% dan dihasilkan bioethanol absolute (murni).
Secara umum bioethanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri
turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, dan
campuran bahan bakar untuk kendaraan. Persentasi bahan baku industri
bioethanol dunia yaitu 95% dari fermentasi dan hanya 5% berasal dari
sintesis. Mengingat pemanfaatan bioethanol beraneka ragam, sehingga grade
bioethanol yang dimanfaatkan harus berbeda. Berdasarkan kadar alkoholnya,
bioethanol terbagi menjadi 3 grade berikut:
1. Grade industri dengan kadar alkohol 90 94%
2. Netral dengan kadar alkohol 96 99,5%, umumnya digunakan untuk
minuman keras atau bahan baku farmasi.
3. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5%.
Bahan baku bioethanol yang sering diproduksi di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Bahan yang mengandung pati, berupa singkong atau ubi kayu, ubi jalar,
tepung sagu, biji jagung, biji sorgum, gandum, kentang, ganyong, garut,
umbi dahlia, dan lain-lain.
2. Bahan yang mengandung gula (glukosa), berupa molasses (tetes tebu),
nira tebu, nira kelapa, nira batang sorgum manis, nira aren, nira nipah,
nira lontar, dal lain-lain.

29

3. Bahan yang berserat (selulosa), berupa limbah pertanian seperti jerami


padi, ampas tebu, tongkol jagung, onggok, batang pisang, serbuk gergaji
dan lain-lain.

I. Biopremium
Biopremium sering disebut dengan notasi Ex, dimana x adalah
persentase kandungan bioethanol dalam bahan bakar. Beberapa contoh
penggunaan notasi Ex antara lain:
1. E100, bioethanol 100% atau tanpa campuran
2. E85, campuran 85% bioethanol dan bensin 15%
3. E5, campuran 5% bioethanol dan bensin 95%
Pertamina telah menjual biopremium (E5) yang mengandung bioethanol 5%
dan premium 95%. Bahan bakar E5 dapat digunakan pada kendaraan yang
menggunakan bensin (gasoline) standar, tanpa modifikasi apapun. Namun,
bahan bakar E15 ke atas atau persentase bioethanol lebih dari 15% harus
memanfaatkan kendaraan dengan tipe Flexible-Fuel Vehicle. Brazil sebagai
salah satu negara yang menggunakan bioethanol terbesar di dunia, telah
mengadopsi bahan bakar E100, dimana kandungan bioethanol 100%.

30

J. Bahan Baku Bioethanol


1. Limbah Wafer Mix Snack
Wafer adalah makanan cemilan/snack yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Produk makanan ringan yang satu ini memang
tergolong enak dan renyah. Karenanya tidak sedikit yang membeli untuk
dinikmati.

Tabel 2.4 Komposisi limbah pabrik wafer mix snack


Komponen

Hasil uji (%)

Karbohidrat##
Protein@@
Lemak@@
Kalsium***
Kalium***
Phosphate***

59,95
6,97
12,81
1,6
0,11
5,29

Keterangan:
##
: Pengujian di Balai Riset Dan Standarisasi Surabaya
@@
: Pengujian di Sucofindo Surabaya
***
: Pengujian di Lab. TAKI ITS
Sumber : Didik Santoso (2013)
Limbah wafer mix snack diperoleh dari industri-industri yang
bergerak dibidang makanan ringan/snack. Di kawasan Gresik khususnya
daerah Wringin Anom terdapat limbah industri wafer yang belum
dimanfaatkan

secara

maksimal.

Industri-industri

besar

hanya

menggunakan wafer yang berkualitas baik dan memiliki tingkat

31

kelembutan yang tinggi. Sedangkan wafer yang tidak memenuhi kriteria


food grade yang baik tidak digunakan dan dibuang sebagai limbah.

Gambar 2.8 Limbah wafer Wringin Anom Gresik


Sumber: Dokumentasi
Tabel 2.5 Perbandingan beberapa sifat bioethanol murni,
bioethanol dari limbah wafer mix snack dan premium.

Property

Etanol
Murni

Etanol dari
Limbah Wafer
Mix Snack

Premium

Kadar ethanol ( % )

99,4

95,5 *

Densitas

0,772

0,8346***

0,7224

Nilai Kalori
(Kcal/kg)

6380

6345,07 **

8800

Pour Point (C)

-17,2

>-31***

Flash Point (C)

12

9 ***

13

1,523

4,3 *

Viscositas

( gr/cc)

(cSt)

Keterangan :
*

Dilakukan di Laboratorium bahan bakar dan pelumas UNESA

**

Dilakukan di Laboratorium FMIPA ITS

*** Dilakukan di Laboratorium UPPS PT.Pertamina


Laboratorium Pelumas Pertamina

32

A. Hardjono, 2001
Sumber : Didik Santoso (2013).

K. Analisis Karakteristik
1. Kadar bioethanol
Pengujian kadar bioethanol ini menggunakan alcoholmeter,
diperoleh kadar bioethanol limbah wafer mix snack 95 %. Pada tabel
2.5 bioethanol murni mempunyai kadar 99,5%, sedangkan kadar
bioethanol limbah wafer mix snack lebih rendah yaitu 95%. Hal ini
disebabkan karena pada bioethanol limbah wafer mix snack masih
terdapat kandungan kadar air. Untuk menaikkan kadar bioethanol
limbah wafer mix snack menjadi bioethanol murni diperlukan proses
dehidrasi yang sangat sulit yaitu proses dehidrasi molecularsieve karena
proses ini dapat menghilangkan air hingga kadar bioethanol menjadi
99,5% dan dihasilkan bioethanol absolute (murni). Semakin tinggi
kadar bioethanol yang dihasilkan maka semakin bagus karakteristik
yang dihasilkan, dan semakin sedikit pula kadar air yang terdapat
didalam cairan bioethanol tersebut.
2. Densitas
Densitas disebut juga grafitasi jenis atau specific grafity, adalah
suatu perbandingan berat dari bahan bakar minyak dengan berat dari air
dalam volume yang sama, dengan suhu yang sama pula 15 oC (60OF).
Bahan bakar minyak pada umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82
0,96 dengan kata lain minyak lebih ringan dari pada air.

33

Pengujian densitas bioethanol limbah wafer mix snack


menggunakan metode ASTM D 1298 diperoleh hasil 0,8346 g/cm3. Pada
tabel 2.5 menunjukkan densitas bioethanol murni sebesar 0,789 g/cm3,
sedangkan densitas bioethanol limbah wafer mix snack lebih tinggi yaitu
0,8346 g/cm3. Hal ini disebabkan karena pada bioethanol wafer mix
snack terdapat kandungan air. Semakin kecil densitas berarti semakin
baik pula kualitasnya.
3. Flash point (titik nyala)
Titik nyala (flash point) adalah temperature terendah dari
suatu bahan untuk dapat diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala
bila tersentuh api (menyala sekejap). Pada dasarnya pengujian flash
point dimaksudkan untuk keamanan, untuk mengetahui sampai suhu
berapa orang masih dapat bekerja dengan aman tanpa timbul bahaya
kebakaran.
Pada tabel 2.5 menunjukkan flash point bioethanol wafer
mixsnack lebih rendah dari bioethanol murni yaitu 9oC sedangkan untuk
bioethanol murni 12oC. Hal ini membuktikan bahwa bioethanol wafer
mix snack akan mudah terbakar dibandingkan bioethanol murni. Jadi
dapat disimpulkan semakin rendah flash point suatu bahan, maka bahan
tersebut akan makin mudah terbakar, namun sebaliknya semakin tinggi
flash point suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin sulit terbakar.
4. Pour point (titik tuang)
Titik tuang (pour point) adalah suhu terendah dimana minyak
bumi dan produknya masih dapat dituang atau mengalir apabila
didinginkan pada kondisi tertentu (ASTM D 97). Pour point juga

34

menunjukkan temperatur dimana minyak bumi dan produknya masih


dapat dipompa. Pour point ditentukan dengan mendinginkan sampai
produk tidak dapat mengalir atau dituang.
Pada tabel 2.5 menunjukkan pour point bioethanol wafer mix
snack lebih baik dibandingkan bioethanol murni. Untuk pour point
bioethanol wafer mix snack yaitu >-31oC sedangkan untuk bioethanol
murni hanya mencapai -17oC. Hal ini menunjukkan bahwa bioethanol
wafer mix snack dapat digunakan pada daerah tropis maupun daerah
dingin termasuk di Indonesia.
5. Heating value (nilai kalor)
Nilai kalor (heating value) adalah jumlah energi yang dilepaskan
pada proses pembakaran persatuan volume atau persatuan massanya.
Heating value bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar
tiap satuan waktu. Semakin tinggi heating value bahan bakar
menunjukkan bahan tersebut semakin sedikit pemakaian bahan bakar.
Heating value bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran
dengan kalorimeter dilakukan dengan membakar bahan bakar dan udara
pada temperatur normal, sementara itu dilakukan pengukuran jumlah
kalor yang terjadi sampai temperatur dari gas hasil pembakaran turun
kembali ketemperatur normal.
Pada tabel 2.5 menunjukkan bahwa heating value bioethanol
wafer mix snack sebesar 6345,07Kcal/Kg sedangkan untuk bioethanol
murni sebesar 6380Kcal/Kg. Heating value bioethanol wafer mix snack
yang dihasilkan hampir mendekati dari heating value bioethanol murni.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa energi yang dihasilkan bioethanol

35

wafer mix snack hampir sama dengan energi yang dihasilkan bioethanol
murni.
6. Viskositas
Viskositas

merupakan

ukuran

kekentalan

fluida

yang

menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar


viskositas fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan
juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak didalam fluida
tersebut. Cara mengukur viskositas dengan jalan menghitung lama waktu
mengalirnya suatu minyak yang banyaknya telah ditentukan melalui
lubang viskometer.
Dari Laboratorium Bahan Bakar dan Pelumas UNESA
viskositas kadar bioethanol wafer mix snack dengan kadar 95% adalah
4,3 cPs sedangkan bioethanol murni mempunyai viskositas 1,17 cPs.
L. Parameter dalam Kinerja Mesin
1. Torsi
Torsi mesin dihasilkan ketika piston bergerak dari TMA menuju
ke TMB, sehingga dapat menggerakkan poros engkol (crank shaft).
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat dynamometer, secara
teori dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
T = F x r N.m (kw)

Keterangan:

(Toyota Astra Motor, 1995:1-6)

T = Torsi (kg.m/N.m)
F = Gaya yang bekerja pada torak (kg)
r = Panjang lengan poros (m)

36

2. Daya (Ne)
Daya mesin dihasilkan pada poros engkol untuk melakukan
kerja/usaha.
Power (Ne)
Ne =

Laju kerja
waktu

Ne = Torsi x kecepatan sudut


Ne = T x 2 x x n
Ne =

T .n
716,2

(Arismunandar, 2005:

32)
Keterangan:

Ne = daya poros atau daya efektif (PS)


T = torsi (Kg.m)
n = putaran poros engkol per menit (rpm)
w = kecepatan angular

3. Konsumsi Bahan Bakar (fc)


Menurut Obert (dalam Warju 2009:55), konsumsi bahan bakar
adalah perbandingan parameter yang menunjukkan bagaimana efisiensi
sebuah mesin merubah bahan bakar menjadi kerja. Parameter ini lebih
disukai, daripada efisiensi thermal, karena semua kuantitas diukur dalam
standar dan satuan-satuan fisika seperti waktu, daya, dan massa.
Banyaknya bahan bakar dan udara yang diubah menjadi daya ditunjukkan
dalam satuan berat kilogram.

Adapun rumus untuk konsumsi bahan bakar (fc) adalah:

37

mf

mf
s

kg/jam

(Heywood, 1988:52)

Dimana:

mf

aliran rata-rata massa bahan bakar (kg/jam).

mf

Bahan bakar yang dikonsumsi (kg).

= Waktu mengalir massa bahan bakar (jam)

Grafik parameter-parameter performance mesin secara lengkap


dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Grafik Hasil pengujian motor bensin pada bermacam


macam
putaran dengan katup gas terbuka penuh (r = 9)
Sumber: Arismunandar, 2005:39

38

M. Hipotesis
Penggunaan campuran bahan bakar premium dengan bioethanol dari
limbah wafer mix snack pada motor 4 langkah akan menyebabkan performa
mesin (torsi, daya, dan konsumsi bakan bakar,) menjadi semakin baik. Hal ini
disebabkan karena campuran bioethanol pada premium dapat meningkatkan
angka oktan, sehingga performa mesin (engine performance) semakin
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai