Anda di halaman 1dari 5

SALIVA

Saliva adalah cairan bersifat alkali. Kerja kimiawi saliva disebabkan enzim
ptialin yang ada di dalam lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung
yang telah dimakan. Kerja ini dimulai di dalam mulut, slaiva ditelan bersama
dengan makanan dan kerja ptialin berjalan terus dalam lambung sampai makanan
menjadi asam oleh kerja cairan lambung (Pearce, 2006).
Anatomi dan Komposisi
Kelenjar saliva adalah kelenjar majemuk bertandan yang berarti terdiri
atas gabungan kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubanglubang kecil (Pearce, 2006). Kelenjar ludah terdiri sepasang kelenjar parotis,
submandibularis dan sublingualis (Gibson, 2002).

Gambar 1. Kelenjar saliva pada manusia (Pearce, 2006).

Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut


melalui saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara ke pipi dalam,
berhadapan molar 2 atas. Ada 2 struktur penting yang melintasi kelenjar parotis
yaitu arteri karotis externa dan saraf kranial ketujuh (saraf fasialis) (Pearce, 2006).
Cabang-cabang nervus fasialis (cranialis VII) berjalan melalui kelenjar mencapai
otot-otot wajah (Gibson, 2002).
Kelenjar submandibularis nomer dua besarnya setelah kelenjar parotis.
Terletak dibawah kedua sisi tulang rahang dan berukuran sebesar buah kenari.

Sekretnya dituang ke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran


Wharton, yang bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguae (Pearce, 2006).
Kelenjar sublingualis terletak dibawah mebrana mukosa dasar mulut dan
tertutup dibawah bagian depan lidah. Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran
kecil yang membuka dalam dasar mulut (Gibson, 2002).
Komposisi saliva mengandung unsur organik seperti urea, uric acid,
glukosa bebas, asam amino bebas, laktat dan asam-asam lemak. Makromolekul
yang ditemukan dalam saliva yaitu protein, amilase, peroksidase, tiosianat,
lisozim, lipid, IgA, IgM dan IgG (Rosen, 2001). Sedangkan unsur anorganik pada
saliva yaitu Ca2+, Mg2+, F, HCO3- (bikarbonat), K+ , Na+ , Cl dan NH4. Saliva
juga mengandung gas CO2, N2, O2 dan air (Rantonen,2003).
Saliva mengandung musin, enzim pencerna zat tepung yaitu ptialin dan
sedikit zat padat (Pearce, 2006).
Fungsi saliva
Cara perlindungan saliva terhadap integritas gigi, lidah dan membrana
mukosa daerah oral dan orofaring berupa (Kidd, 1992):
a. Membentuk lapisan mukus pelindung pada membrana mukosa yang akan
bertindak sebagai barier terhadap iritan
b. Membersihkan mulut dari makanan, debril sel dan bakteri yang akan
menghambat pembentukan plak.
c. Mengatur PH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat dan
protein amfoter. Semakin tinggi keceptan sekresinya mengakibatkan
peningkatan PH dan kapasitas buffer. Penurunan PH merupakan akibat
ulah organisme yang asidogenik, akan dihambat karena adanya saliva.
d. Menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium
dan fosfatnya.
e. Mampu melakukan aktifitas anti bakteri dan antivirus karena selain
mengandung antibodi spesifik (secretory IgA), juga mengandung
lysozyme, lactoferin dan laktoperoksidase.

Penurunan produksi saliva


Banyak keadaan sistemik yang mengganggu kecepatan aliran saliva,
penyebab terganggunya fungsi kelenjar tersebut dapat terjadi karena penyakit,
obat-obatan dan terapi (Kidd, 1992).

Tabel 2.1

Penyakit
Inflamasi kelenjar liur yang akut dan kronik (sialadenitis), tumor ganas
dan jinak, juga sindroma sjogren dapat menyebabkan xerostomia yang akan
mengganggu kemampuan saliva dalam melindungi gigi. 15%-30% pasien dengan
penyakit artritis reumatoid juga mengalami sindroma sjogren (Kidd, 1992).
Obat-obatan
Banyak sekali obat yang mempengaruhi kecepatan pengeluaran dan
komposisi saliva. Berikut adalah daftar kelompok obat-obatan yang bisa
menunrunkan produksi saliva (Kidd, 1992).
Tabel 2.2:

Terapi sinar
Terapi radiasi pada kelenjar saliva pada penderita neoplasma di leher dan
kepala biasanya menyebabkan pengurangan aliran saliva sampai kurang dari 0,1
ml per menit. Bersamaan dengan penurunan sekresi saliva yang banyak juga
terjadi penaikan kadar protein total yang cukup besar sehingga sekresi saliva
menjadi kental yang akan memperburuk keadaan. Pada beberapa pasien perbaikan
yang berarti mungkin setelah selang waktu 3 bulan, sementara pada pasien lain
xerostomia akan menetap karena terjadinya atrofi kelenjar ludah akibat
penyinaran tersebut (Kidd, 1992).
Faktor Usia
Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terjadi perubahan
dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang
digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung, lining sel duktus intermediate
mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.
Selain itu, penyakit- penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan
obatobatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemis dapat memberikan
pengaruh mulut kering pada usia lanjut (Marasabessy, 2013)

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Jakarta.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Kidd, Edwina. Joyston, Sally. 1992. Dasar-dasar Karies: Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC.
Rosen F.S. Anatomi and physiology of the salivary gland. Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. 2001:1-11. 7.
Rantonen P. Salivary flow and composition in healthy and diseased adults.
Dissertation. Helsinki: University of Helsinki, 2003:16-26
Marasabessy, Fitri Aprilya. Hubungan Volume dan pH Saliva pada Lansia.
Skripsi. Makassar: Universitas Hassanuddin, 2013: 23-24

Anda mungkin juga menyukai