PENDAHULUAN
Sinusitis adalah penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari,
bahkan dianggap sebagai penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia.
Sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis.
Sinusitis sendiri adalah suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal yang
disebabkan oleh adanya sumbatan atau blokade pada ostio-meatal complex.
Penyebab terjadinya sumbatan sendiri bermaca-macam, antara lain adanya
kelainan bentuk pada hidung, adanya deviasi septum, polip, hipertrofi konka ,
infeksi dari gigi ( dentogen) dan rinitis.
Sinus paranasal adalah rongga yang terbentuk pada tulang kepala dan
berhubungan dengan cavum nasi. Sinus paranasal terhubung dengan hidung
melalui lubang yang disebut sebagai ostio-meatal
terbagi menjadi 4 yaitu, sinus maksila kiri dan kanan, sinus frontal kiri dan kanan,
sinus etmoid anterior dan posterior, dan sinus sphenoid. Sinus maksila,sinus
frontal dan sinis etmoid anterior bermuara pada meatus media, sementara sinus
sphenoid dan sinus etmoid posterior bermuara pada meatus superior.
Sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang sama dengan mukosa hidung oleh
sebab itu sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis.
Sinusitis maksilaris adalah sinusitis yang paling banyak ditemui dibandingkan
dengan sinusitis yang lain. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti letak
anatomis sinus maksilaris dan bahwa sinusitis maksilaris adalah sinus paranasal
yang paling besar dan dasarnya terletak lebih rendah daripada meatus media .
Sinus maksila sudah terbentuk sejak seseorang lahir, dan pada umumnya
perkembangannya mencapai volume maksimal pada usia remaja.
Sinusitis maksilaris dapat terjadi secara bilateral maupun unilateral, pada
umumnya pasien sinusitis maksila datang dengan keluhan hidung tersumbat, nyeri
di daerah pipi yang menjalar hingga ke gigi, dan adanya sekret hidung yang jatuh
ke tenggorokan (post nasal dripping).
Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi 3, yaitu sinusitis maksilaris akut,
sinusitis maksilaris sub-akut dan sinusitis maksilaris kronik.
Pada pembahasan yang berikutnya kita akan membahas secara lebih rinci tentang
sinusitis maksilaris sebagai sinusitis dengan insidens tertinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sinus paranasal adalah sinus yang berada di sekitar hidung. Bentuk dan ukurannya
pun bervariasi.
Ada 4 pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid.1
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke
dalam rongga hidung.1 Sinus maksila bermuara pada pada meatus media.
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila
bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang
Definisi sinusitis
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal.1
Maka berdasarkan definisi tersebut sinusitis maksilaris adalah inflamasi mukosa
sinus maksilaris.
Etiologi
Penyebab lokal antara lain adalah adanya penyakit adenotonsilar,atresia koana,
diskinesia silia, dan barotrauma.4
Menurut penelitian bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenza, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.1,2,4
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan ostiomeatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia
seperti pada sindroma Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis
kistik.1
Penyebab lokal lain yang merupakan predisposisi terjadinya sinusitis adalah polip
alergi dengan lokasi yang tidak menguntungkan.3
Infeksi apikal dari akar gigi yang menonjol ke dalam sinus maksila dapat
menyebabkan infeksi. Hal ini terutama terjadi jika gigi yang terinfeksi seperti ini
diangkat dan terjadi fistel ke dalam sinus maksila.3
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan
mukosa dan merusak silia.1
Klasifikasi sinusitis maksilaris akut
Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan
batas sampai 8 minggu dan kronuk jika lebih dari 8 minggu.1
Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu,
sub-akut antara 4 minggu sampai 3 bulan, dan kkronik jika lebih dari 3 bulan.1
pengobatan dalan beberapa hari. Namun jika kondisi tersebut menetap, sekret
yang terkumpul dalam sinus akan menjadi media bagi berkembangnya bakteri di
dalam rongga sinus sehingga mengakibatkan terjadinya sinusitis maksilaris
akut.1,2,6
Gejala subjektif
Gejala subjektif adalah gejala yang dirasakan/dikeluhkan oleh pasien. Gejala
subjektif sinusitis maksilaris akut antara lain adalah nyeri di daerah pipi, sakit
kepala hebat yang tidak hilang dengan beristirahat, nyeri tekan di daerah sinus
maksilaris, malaise, nyeri gigi pada gerakan kepala, dan gangguan penghidu
( anosmia ).1,2,3,4,5
2.Gejala objektif
Gejala objektif adalah gejala yang dapat dilihat oleh pemeriksa. Gejala
objektif sinusitis maksilaris meliputi, demam, oedema di kulit di bagian maksila,
pus di meatus media, dan transiluminasi terlihat suram.1,2,3,4,5
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior,
Anamnesis
Nyeri yang menjalar dari pipi hingga ke gigi, terutama pada bagian molar
dan premolar
2)
sakit kepala, pada pasien sinusitis biasanya sakit kepala tidak bertambah
Gejala yang dikeluhkan oleh tiap-tiap pasien biasanya bervariasi dan tidak selalu
sama. Namun secara umum adanya gejala-gejala tersebut dapat menjadi acuan
untuk mencurigai bahwa pasien menderita sinusitis maksilaris akut.1,3,4,5
b.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dari luar, yang bisa didapati dalam pemeriksaan ini adalah
adanya nyeri tekan di daerah sinus maksilaris, adanya oedema kulit ringan, nyeri
perkusi di daerah sinus maksilaris, dan ada tidaknya kelainan bentuk hidung .
2)
Rinoskopi anterior, bisa didapati adanya pus dari meatus media, pada
Pemeriksaan sinuscopy
c.
Pemerisaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan adalah foto polos dengan posisi
waters, PA, dan lateral, umumnya hanya mampu menilai sinus maksila dan
frontal. Gold standard untuk diagnosis sinusitis adalah CT-scan.1
a. Foto sinus normal tampak depan, b. Foto sinus normal tampak samping
Diagnosis banding
Diagnosis banding sinusitis maksilaria akut meliputi : sinusitis maksilaris kronik,
polip, tumor maligna dan benigna hidung , tumbuhya gigi molar 3.5
Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah 1) mempercepat penyembuhan; 2) mencegah
komplikasi; dan 3) mencegah perubahan menjadi kronik.1
A.
Terapi medikamentosa
lain
berupa
amoksilon/klavulanat,
sefaklor,
sefuroksim,
dan
Terapi non-bedah
kanula antrum dari Pierce. Setelah daerah di bawah pertengahan konka media
dianestesi, kanul dimasukan ke arah atas dan belakang dengan ujung bengkoknya
pada posisi vertikal.
C.
Terapi bedah
Tampon Argyrol
Lavase
Komplikasi
Bab III
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Sinusitis maksilaris akut adalah peradangan mukosa sinus yang terjadi
pada sinus maksila yang terjadi dalam waktu belum melebihi 3 minggu. Sinusitis
Saran
Sebaiknya penanganan sinusitis maksilaris akut tidak ditunda-tunda, agar
sinusitis tidak berubah menjadi kronik. Bagi pasien yang menderita sinusitis yang
disebabkan oleh rinitis, sebainya menjauhi faktor- faktor yang memicu rinitisnya
juga.
Daftar pustaka
1.
2.
3.
Ballenger
4.
Disease of sinuses
5.
6.
7.
Lang anatomy
8.
9.
10.
www.google .co.id/picture