Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

KASUS
STATUS
I Identitas pasien
Nama

: Ny. Ani Suparni

Umur

: 78 tahun

Alamat

: Komplek Pondok Cipta blok B no. 67, jalan

bintara raya, Kranji, Bekasi Barat.


Status Perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir

: SMA

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

No. Pasien

: 3744

II Keluhan Utama
Nyeri pinggang kanan sejak 3 minggu yang lalu
III Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 3
minggu yang lalu dan keluhan di pinggangnya tersebut dirasakan semakin berat.
Os sering mengeluh nyeri pinggang saat duduk terlalu lama dan jalan jauh. Os
sering gampang lelah.

Os juga merasa punggung os tidak rata saat

membungkuk, bagian kiri lebih tinggi dan pasien tampak lebih miring ke kiri
kalau sedang berjalan
IV Riwayat Penyakit Dahulu
sebelum nya os jatuh di kamar mandi dengan posisi jatuh duduk , pada tanggal
25 maret 2015 . Os mengaku sebelum jatuh, os tidak mengeluh nyeri pinggang.
Tetapi pegal pegal di pungung dan pinggang sudah di rasa sejak lama.

V Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai penyakit yang sama seperti pasien
VI Riwayat Psikososial
Pekerjaan sehari hari adalah merawat cucu, tidak melakukan aktivitas berat atau
suka mengangkat barang barang berat
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Tekanan darah

: 120/90 mmHg

Kesadaran

: composmentis

Nadi

: 89x/menit, reguler

Pernapasan

: 21 x/ menit, regular

STATUS GENERALIS
Kepala

: bentuk kepala normal

Mata

: CA -/-, SI -/-, RCL +/+, pupil isokor

Hidung

: simetris, sekret (-), deviasi septum (-)

Telinga: serumen (+), tidak ada kelainan bentuk pada telinga


Mulut

: simetris, sianosis (-), tidak kering, Leher

: kelenjar getah bening

tidak teraba membesar,


Thorax
Paru

: Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.

Jantung

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Supel, Datar, BU (+)

Ekstremitas

: Akral hangat (+) pada kedua lengan dan tungkai.

Tidak ada edema


STATUS LOKALIS
Regio Punggung bawah

Look:

Tinggi punggung tidak simetris, punggung kiri lebih tinggi saat membungkuk
Bagian bahu tampak tidak simetris, bagian kiri lebih tinggi
2

Foto rontgen

Tampak skoliosis vertebra lumbalis ditandai dengan vertebral rotasi pada Th


12, L1, L2,L3. pembentukan spur di seluruh vertebra lumbal. Diskus vertebralis Th
12 L1, L1 L2, L2 L3 tampak sempit. Foramen vertebralis Th 11- 12, Th.12-L1,
L1 L2, L2- L3 tampak sempit.
Kesan : -

skoliosis vertebra lumbalis dengan vertebra rotasi


- Spondiloarthrosis lumbalis

Resume
Os datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 3 minggu yang
lalu dan keluhan di pinggangnya tersebut dirasakan semakin berat. Os sering
mengeluh nyeri pinggang saat duduk terlalu lama dan jalan jauh. Os sering gampang
lelah. Os juga merasa punggung os tidak rata saat membungkuk, bagian kiri lebih
tinggi dan pasien tampak lebih miring ke kiri kalau sedang berjalan. sebelum nya os
jatuh di kamar mandi dengan posisi jatuh duduk , pada tanggal 25 maret 2015 . Os
mengaku sebelum jatuh, os tidak mengeluh nyeri pinggang. Tetapi pegal pegal di
pungung dan pinggang sudah di rasa sejak lama.
pada pemeriksaan fisik didapatkan Regio Punggung bawah Tinggi punggung
tidak simetris, punggung kairi lebih tinggi saat membungkuk. Bagian bahu tampak
tidak simetris, bagian kiri lebih tinggi
pada hasil pemeriksaan radiologi di dapatkan Tampak skoliosis vertebra
lumbalis ditandai dengan vertebral rotasi pada Th 12, L1, L2,L3. pembentukan spur
di seluruh vertebra lumbal. Diskus vertebralis Th 12 L1, L1 L2, L2 L3 tampak
sempit. Foramen vertebralis Th 11- 12, Th.12-L1, L1 L2, L2- L3 tampak sempit.
Kesan : - skoliosis vertebra lumbalis dengan vertebra rotasi
- Spondiloarthrosis lumbalis
DIAGNOSIS KERJA
skoliosis vertebra lumbalis dengan vertebra rotasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang
yang merupakan suatu deformitas (kelainan).Kejadiannya 0,5% dari seluruh populasi
menderita skoliosis idiopatik. Penyakit ini dapat diturunkan secara familial. Pola
pembengkokan (kurva) dapat berupa thoracic, thoracolumbar, lumbar, gabungan
antara thoracic dan lumbar.
B. Anatomi Tulang

Belakang

Untuk mempelajari kelainan Tulang Belakang / Tulang Punggung seperti


scoliosis terlebih dahulu kita harus mengenal anatominya.
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung dan mudah digerakkan, terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di
antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor
5

(coccyx).Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang
cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya
tulang belakang dapat saja terjadi keabnormalan. Bagian yang paling jarang terjadi
keabnormalan adalah bagian leher.
Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari
arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua
lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis,
procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang
yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan
membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di
antara

dua

tulang

punggung

dapat

ditemui

celah

yang

disebut foramen

intervertebrale.
Tulang punggung cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus
spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya
dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1
atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher,
seberapapun panjang lehernya.
Tulang punggung thorax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa
gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung
dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.

Tulang punggung lumbal


Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan
menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak
memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah.
Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu
disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

C. Definisi skoliosis
Scoliosis adalah sebuah kondisi lengkungan ke samping berbentuk kurva pada
tulang belakang yang dapat merusak ruas-ruas tulang belakang kebanyakan terjadi
pada anak-anak, remaja dan orang dewasa.
D. Deskripsi Kurva
1. Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
2. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya
struktural. Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
3. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural
maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
4. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.

5. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.

Letak dan Bentuk Kurva


1. Letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area
2. Bentuk kurva
o Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi,
kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan
otot, atau sitting balance yang tidak baik.
o Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal
kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori,
umumnya structural
E. Derajat Scoliosis

Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin
berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal.

Teknik Pengukuran Scoliosis


o Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau
Risser-Ferguson. Lihat gambar.
o Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4
tingkat. Lihat gambar.
Gambar pengukuran kurva dan rotasi skoliosis

10

F. Kategori Skoliosis
Berdasarkan Etiologi
1. Scoliosis Struktural
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra
yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex. Jika kurva
bertambah

maka rotasi juga bertambah. Scoliosis struktural tidak dapat

dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.


o Idiophatic : sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih
banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang
selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal ,
dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.

11

o Neuromuscular : 15 20 % , seperti CP, myelomeningocele,


neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
o Osteopathic : congenital ( hemivertebra) atau acquired ( rickets,
frakture, dll )

2. Scoliosis Non Struktural / Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis


Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung
terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya
foward/side bending atau posisi supine/ prone dapat mengoreksi scoliosis ini.
o Leg length discrepancy : True LLD atau Apparent LLD.
o Spasme otot punggung
o Habitual asymmetric posture
o

Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis


(i) Bayi : dari lahir 3 tahun
(ii) Anak-anak : 4 9 tahun
(iii) Remaja : 10 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
(iv) Dewasa : > 19 tahun

o Osteopatik
(i) Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :

12

a. Kegagalan pembentukan tulang punggung(hemivertebrae)


b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony
bar)
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
(ii) Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
o

Neuropatik
(i) Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
(ii) Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreichs ataxia
5. Syringomielia

Berdasarkan derajat kurva


1. Scoliosis ringan

: kurva kurang dari 20

2. Scoliosis sedang

: kurva 20 40 /50 . Mulai terjadi perubahan struktural


vertebra dan costa.

3. Scoliosis berat

: lebih dari 40 /50 . Berkaitan dengan rotasi vertebra yang


lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif,
dan pada sudut lebih dari 60 - 70 terjadi gangguan fungsi
kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup.

13

G. Evaluasi Scoliosis

Prosedur Evaluasi
o Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior,
lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :

Level bahu asimetris

Skapula yang prominence di sisi convex

Protusi hip di satu sisi

Pelvic obliquity

Meningkatnya lordotik lumbal

o Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward


bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.

Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva


scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris
menunjukkan adanya kelainan struktural.

Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi


convex berupa hump.

o Evaluation of muscle strength

a. Otot sisi convex lemah

b. Otot perut dan back extensor lemah

c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi
convex ( hip yang lebih rendah )

14

H. Diagnosa Scoliosis
Diagnosa skoliosis dibuat berdasarkan :
1. Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
2. Pemeriksaan Tambahan
a. Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung
yang meliputi :

Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan skoliosis

Foto AP telungkup

Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending

Foto pelvik AP

Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.

b. Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher,
atau sakit kepala, dapat dilakukan pemeriksaan MRI
c. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi
paru berupa vital capacity dan total lung capacity
I. Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai The three Os adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu
<25o pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah
berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19
tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
15

kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal
dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 3040o

Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.

Jenis dari alat orthosis ini antara lain :

Milwaukee

Boston

Charleston bending brace

Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
3. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya
operasi pada skoliosis adalah :

Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45


derajat pada anak yang sedang tumbuh

Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis

Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa

16

BAB III
ANALISA KASUS

Os datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 3


minggu yang lalu dan keluhan di pinggangnya tersebut dirasakan semakin berat. Os
sering mengeluh nyeri pinggang saat duduk terlalu lama dan jalan jauh. Os sering
gampang lelah. Os juga merasa punggung os tidak rata saat membungkuk, bagian kiri
lebih tinggi dan pasien tampak lebih miring ke kiri kalau sedang berjalan. sebelum
nya os jatuh di kamar mandi dengan posisi jatuh duduk , pada tanggal 25 maret
2015 . Os mengaku sebelum jatuh, os tidak mengeluh nyeri pinggang. Tetapi pegal
pegal di pungung dan pinggang sudah di rasa sejak lama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Regio Punggung bawah Tinggi punggung
tidak simetris, punggung kairi lebih tinggi saat membungkuk. Bagian bahu tampak
tidak simetris, bagian kiri lebih tinggi
Pada hasil pemeriksaan radiologi di dapatkan Tampak skoliosis vertebra
lumbalis ditandai dengan vertebral rotasi pada Th 12, L1, L2,L3. pembentukan spur
di seluruh vertebra lumbal. Diskus vertebralis Th 12 L1, L1 L2, L2 L3 tampak
sempit. Foramen vertebralis Th 11- 12, Th.12-L1, L1 L2, L2- L3 tampak sempit.
Kesan : - skoliosis vertebra lumbalis dengan vertebra rotasi
Pada gambaran radiologi ditemukan vertebral rotasi pada Th12, L1,L2,L3.
Pada klasifikasi skoliosis, kasus os termasuk pada skoliosis struktural, yang bersifat
irreversibel dan dengan adaya rotasi pada tulang vertebra, dengan kelainan termasuk
kategori osteopatik yang didapat karena trauma. Pembentukan spur di seluruh
vertebra lumbal ditambah dengan keluhan nyeri punggung dan pinggang di rasa sejak
lama kemungkinan os sudah lama mengalami osteoporosis, dilihat dari segi usia os
yang sudah 78 tahun. Pada usia lanjut > 40 tahun kekuatan tulang menurun dengan
lebih cepat dibandingkan dengan kuantitas tulang. Dari hasil pengukuran sudut kurva
dengan metode cobb didapatkan hasil sebesar 18. Kurva kurang dari 20 dikatakan
sebagai skoliosis ringan. Untuk penanganan lebih lanjut disarankan os melakukan
Fisioterapi rutin untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan dapat kembali
melakukan aktivitas.
17

DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, Wim, R. Sjamsuhidajat.Skoliosis. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. 2004.
2. Chairuddin, R., 1998, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Cetakan I, Penerbit
Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang.
3. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah
Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.1994.

18

Anda mungkin juga menyukai