SKENARIO 7
Kelompok 2 :
Awandra Evandi
(1406578294)
(1406570000)
Frida Avianing I. S.
(1406528371)
(1406528200)
Maria Julita
(1406599885)
(1406528705)
Sharon Nathania
(1406566590)
(1406528213)
Stacia Ariella
(1406599840)
Talitha Tiffany
(1406528421)
Ukhti Maira
(1406528466)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat
dan rahmat-Nya lah penulis masih dalam keadaan sehat tidak kurang suatu apapun sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah Skenario 7. Mata Kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 2
Universitas Indonesia ini. Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi penilaian kognitif dan
menjadi parameter keberhasilan kelas penulis dalam mencapai learning target untuk Skenario 7.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada drg. Sariesendy Sp.
Ort. selaku fasilitator kelompok IKGK 2, para dosen narasumber, dan koordinator blok IKGK 2
untuk bimbingannya. Penulis mengharapkan kritik yang membangun demi perbaikan makalah
maupun tugas penulis di kesempatan berikutnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I - PENDAHULUAN...........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................4
1.4 Analisis.......................................................................................................5
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................6
1.6 Hipotesis.....................................................................................................6
BAB II - PEMBAHASAN............................................................................................7
BAB III - PENUTUP..................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasien 1 : Aminah (30 th)
a.
Gigi atas muka terasa makin terlihat ke depan
b.
Gigi bawah goyang, tidak nyaman makan
c.
Satu minggu yg lalu , gigi depan bawah lepas
d.
IO : 31 Missing,
e.
32, 41, 42 goyang derajat 3
f.
Poket absolute 4-5 mm
g.
Resesi gusi >5mm
h.
Overjet gigi anterior 15 mm
i.
Overbite gigi anterior 15 mm
j.
Jejas pada palatal anterior RA
k.
PBI 2,1 ; PI 2,8; KI 2,7
Pasien 2 : Saefudin (63 tahun)
a.
Gigi belakang RB kiri terasa sakit saat makan, awalnya tidak nyaman
b.
IO : 36 perkusi (+), PB 7 mm; PM 6 mm; PD 9 mm
c.
Gigi 36 pernah di tambal
d.
PBI 1,9; PI 2,1; KI 2,7
1.2
1.3
b.
Klasifikasi TFO
c.
1.4
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Analisis Masalah
TFO
Etiologi
Klasifikasi
Mekanisme
Kerusakan tulang
Macam macam resorpsi
Klinis
Healing
Cara pemeriksaan
Radiograf (Perubahan yang
terjadi, DD)
Diagnosis, DD, Prognosis
Rencana perawatan
Tata laksana
1.5
Metode Penulisan
Informasi dalam makalah ini didapatkan dengan metode Penjelajahan Internet dan Studi
Pustaka.
1.6
Hipotesis
Aminah mengalami periodontitis kronis generalis e.c OH Buruk diperberat oleh TFO
Pak Saefudin mengalami periodontitis kronis lokalis e.c OH buruk diperberat TFO
Sujiwo mengalami konkusi karena trauma
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Transmisi familial bakteri tertentu yang berhubungan dengan periodontitis kronis, yaitu strain
seperti T. Forsythensis, P. Intermedia, dan P.nigrescens lebih sering ditemukan. P. Gingivalis dan
B. forsythus dapat digunakan sebagai penanda awal saat screening penyakit periodontal
Faktor yang mempengaruhi
a. Ketidakseimbangan oklusi
Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentries (kontak premature) dan gerak
artikulasi (blocking-kiri&kanan)
Langsung
Ketika tekanan oklusal meningkat, efek tekanan akan diterima langsung oleh
gigi yang terlibat. Pada umumnya, jika terjadi atrisi jaringan periodonsium
tetap sehat, tetapi sejumlah kasus menunjukkan bahwa atrisi dapat merusak
jaringan periodonsium terutama jika terdapat iritan lokal misalnya plak yang
menurut sejumlah ahli berhubungan dengan terbentuknya poket infraboni.
Tidak langsung
Dalam banyak kasus pergeseran dapat terjadi baik ke depan, kebelakang atau
kesamping. Jika pergeseran oklusal kedepan, gigi insisif atas menjadi subjek
meningkatnya beban horizontal (gambar 4), tetapi jika pergeseran kebelakang,
TMJ akan menerima tekanan (gambar 5). Adanya ketidakseimbangan oklusi
tidak selalu menyebabkan gejala TMJ.
umumnya
disebabkan
normal,
karena
karena
adanya
kegoyangan
membran
hanya
periodontal
(Mobilitas fisiologis)
2. Derajat kedua, bila digoyangkan dengan jari telunjuk dan
ibu jari dapat terasa dan terlihat. Disini biasanya mulai
terjadi
kelainan
pada
membran
periodontal.
horizontal
vertical.
Ini
berarti
terjadi
bahwa
pergerakan
kerusakan
tulang
kearah
sudah
Blunted papillae (a) , bulbous papillae (b) , dan cratered papillae (c)
B.
Klasifikasi TFO
Berdasarkan tingkat keparahan
a.
TFO Akut
Berasal dari tekanan oklusal yang tiba-tiba (seperti mengigit benda keras Gejala
pada TFO akut adalah:
Rasa sakit atau nyeri pada gigi
Sensitif terhadap tes perkusi
Meningkatnya mobilitas gigi geligi
b.
TFO Kronis
Menunjukkan gejala yang ebih signifikan daripada trauma oklusi akut. TFO
kronis disebabkan karena perubahan secara bertahap dari oklusi akibat adanya
pergeseran gigi, ekstrusi gigi, dan kebiasaan parafungsi seperti bruxism dan
clenching.
Berdasarkan hubungannya dengan jaringan periodontal
a.
TFO Primer
Injuri yang diakibatkan karena tekanan oklusal berlebihan yang diberikan
kepada gigi yang memiliki jaringan pendukung yang normal
(contohnya : kebiasaan parafungsi, restorasi yang terlalu tinggi, dan gigi tiruan
sebagian lepasan) dapat diperbaiki dengan menghilangkan faktor lokal
(seperti bakteri/produk sampingannya) dan penyesuaian oklusi
b.
TFO Sekunder
Injuri yang disebabkan karena tekanan oklusal yang normal namun diberikan
kepada gigi yang memiliki jaringan pendukung yang tidak kuat atau sudah
rusak; setelah perawatan kasus periodontitis kronis destruktif tingkat lanjut
atau bisa juga terjadi karena menurunnya kemampuan jaringan dalam menahan
tekanan oklusi.
c.
C.
TFO Kombinasi
Injuri yang berasal dari tekanan oklusal yang berlebihan dalam penyakit
periodonsium. Beberapa efek yang terjadi akibatnya ialah terjadi inflamasi,
pembentukan poket dan memperberat perkembangan penyakit.
10
Tahap 2: Repair
Repair secara konstan terjadi pada jaringan periodontal normal dan trauma oklusi
menstimulasi peningkatan aktivitas reparatif. Jaringan-jaringan yang rusak akan
dihilangkan dan dan sel jaringan ikat baru, serat, tulang dan sementum
dibentuksebagai usaha untuk merestore jaringan periodontal yang mengalami injury.
Ketika tulang diresorbsi oleh tekanan oklusal yang berlebihan, tubuh berusaha untuk
memperkuat tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Usaha ini dilakukan
untuk mengkompensasi kehilangan tulang yang dinamakan buttressing bone
formation dan
berhubungan dengan TFO. Hal ini dapat terjadi ketika tulang dirusak oleh inflamasi
atau tumor osteoltik. Buttressing bone formation terjadi didalam (central buttressing)
rahang dan pada permukaan tulang (peripheal buttressing). Pada central buttressing
sel endoteal mendepositkan tulang baru, yang merestore tulang trabekular Pheriheral
buttressing merupakan pembentukkan tulang baru yang terjadi pada permukaan
facial dan lingual lempeng alveolar.
Material seperti kartilago kadang dapat berkembang pada space ligamen periodontal
sebagai hasil dari trauma. Pembetukkan kristal dari eritrosit juga kadang dapat
muncul.
Tahap 3: Remodeling adaptif pada Jaringan Periodontal
Jika proses repair tidak dapat mengimbangi destruksi yang terjadi oleh oklusi,
jaringan periodontal akan mengalami remodeling sebgai usaha untuk membuat
hubungan struktural dengan itu tekanan tidak dapat lagi menginjury jaringan
periodontal.
membentuk funnel shaped pada puncak, dan defek angular pada tulang, tanpa adanya
pembentukkan pocket. Gigi yang terlibat akan menjadi goyang. Vaskularisasi
mengalami peningkatan.
Secara umum respon jaringan terhadap trauma oklusi ada tiga tahap. Fase
pertama yaitu fase injury menunjukkan peningkatan dalam area resorspsi dan
penurunan
pembentukkan
tulang,
sementara
fase
repair
menunjukkan
11
Dalam ilmu kedokteran gigi, resorpsi akar adalah pengrusakan atau penghancuran yang
menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel tubuh yang
menyerang bagian dari gigi. Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi, dinamakan resorpsi
gigi. Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan sudah mencapai pulpa,
sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar
terjadi akibat diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum
permukaan akar serta dentin akar.
Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan tersebut
dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi tetangga, infeksi,
beban oklusalyang berlebihan , pertumbuhan tumor yang agresif, maupun yang tidak dapat
diketahui penyebabnya atau idiopatik. Menurut Weiland, penyebab yang paling
umumadalah kekuatan ortodonti.
Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal yang dimulai
dari pulpa, dan resorpsi akareksternal yang dimulai dari luar gigi.
Resorpsi Internal
Resorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988) berpendapat adanya
jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi progresif. Pulpitis kronis dapat
terjadi akibat trauma , karies atau prosedur iatrogenik seperti preparasi gigi yang salah,
ataupun. Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam saluran akar. Bila hal tersebut
terjadi pada ruang pulpa, dinamakan pink spot karena pulpa yang membesar terlihat
melalui mahkota. Penghancuran dentin yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur.
Perawatan untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar.
Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi.
Resorpsi Eksternal
Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada ligamen periodontal
dapat menghasilkan sementumtambahan pada permukaan akar (hipersementosis) atau
menyebabkan hilangnya sementum bersama dengan dentin
12
Resorpsi Permukaan
Resorpsi permukaan merupakan temuanpatologis yang umum terjadi pada permukaan
akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada ligamen periodontal atau
sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat melalui Scanning Electron
Microscopy(SEM). Permukaan akar menunjukkan resorption lacunaesuperfisial. Kondisi
ini dapat mengalami perbaikan spontan berupa pembentukan sementum baru
13
Resorpsi penggantian
Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak jaringan ikat
diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang erupsi atauimpaksi
(Gambar 5), pergerakan ortodonti,trauma karena oklusi, atau jaringan patologis seperti
kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat perawatan ortodonti dapat
terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari tekanan pada sepertiga apeks sewaktu
menggerakkan gigi (Gambar 6). Akibatnya dapat terjadi pemendekkan akar gigi (Gambar
6A).Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat tekanan berlebihan selama
14
perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar (Gambar 6B). Osteoklas
dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus dentin tanpa adanya bakteri.
Menurut Newman, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan adalah gigi
insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang diberikan dapat
membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklassehingga terjadi
resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat dihentikan
-Resorpsi sistemik
Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin seperti:
Pagetsdisease, calcinosis, Gauchers disease dan Turners syndrome. Selain itu, resorpsi
ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.
Resorpsi Idiopatik
15
E.
16
tulang yang telah mengalami perubahan akan melemahkan jaringan pendukung gigi
dan menyebabkan mobilitas gigi.
Ketika ada peradangan, dan ditambah dengan trauma from occlusion, kerusakan
tulang yang terjadi akan tidak biasa (bizarre bone patterns)
Trauma from occlusion dapat menyebabkan penebalan servikal margin tulang
alveolar atau perubahan morfologi tulang (seperti defek angular, tulang penopang)
yang mana peradangan dan TFO akan terlihat keduanya
F.
17
b.
18
Tipis, halus, tepi kortikal yang rata di tulang interdental crestal di area posterior
19
Tipis, rata, batas menguncup seperti point di tulang interdental crestal di area
anterior. Kortikasi di atas / ujung crest tidak selalu jelas, karena umumnya hanya terdapat
sedikit tulang diantara gigi anterior
Tulang interdental crestal kontinu dengan lamina dura terhadap gigi yang
berdekatan. Tepi pertemuan dari 2 sudut yang tajam.
Tipis dengan ketebalan yang rata di ruang ligament periodontal mesial dan distal.
jumlahnya.
20
Kesimpulannya TFO tidak menginisiasi gingivitis maupun poket periodontal, tapi dapat
menjadi faktor predisposisi dari tingkat kerusakan dan keparahan penyakit.
Radiologi Trauma from Occlusion pada anak
Tanda klinis yang paling umum adalah peningkatan mobilitas gigi. Pada tahap injury pada trauma from
occlusion, terjadi destruksi serat periodontal.yang meningkatkan mobilitas gigi. Pada tahap final,
periodonsium berakomodasi terhadap tekanan yang meningkat dengan pelebaran ligament periodontal
yang juga meningkatkan mobilitas gigi. Perlu diingat bahwa meskipun mobilitas gigi ini lebih besar
daripada normal, ini bukan keadaan patologis karena merupakan proses adaptif, bukan dikarenakan oleh
penyakit. Temuan radiografis akibat TFO pada anak dapat berupa :
1. Pelebaran ruang periodontal
2. Defek vertical
3. Menebalnya Lamina dura
4. Hipersementosis
5. Resorpsi akar
6. Pelebaran ruang periodontal, sering dengan penebalan lamina dura sepanjang aspek lateral akar
pada regio apical dan area bifurkasi.
7. Adanya destruksi vertical (daripada horizontal) pada interdental septum
8. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar
9. Resorspi akar
21
1.
2.
3.
4.
5.
Ket dari kiri ke kanan concussion, luxation intrusi, luxation ekstrusi, avultion
a.
Concussion
22
b.
Luxation
Avulsion
Gambaran radiograf :
H.
Pasien Aminah
Diagnosis
Prognosis
: Poor
Rencana Perawatan
Prognosis
: Questionable
Rencana Perawatan
Pasien Sujiwo
23
Diagnosis
dapat
Prognosis
: Baik
Rencana Perawatan
I.
Terapi Oklusal
Walaupun trauma oklusi tidak menyebabkan periodontitis secara langsung, namun dapat menyebabkan
penurunan kesehatan jaringan periodontal. Oleh karena itu, trauma oklusi harus disertakan dalam
rangkaian terapi untuk periodontitis, terutama apabila mobilitas gigi berkembang secara progresif dan
severe.
Tujuan dari dilakukannya terapi oklusal adalah:
Pada intinya yaitu untuk meningkatkan kesehatan (health), fungsi, kenyamanan (comfort), serta estetik.
Prinsip perawatan trauma oklusi adalah diagnosis harus berdasarkan jika diketahui ada injuri yang
berkaitan dengan oklusi atau mempengaruhi oklusi. Apabila data diagnostik tidak meyakinkan, maka
perawatan yang dilakukan hanya berupa terapi inisial berupa orthopedic appliances, seperti interocclusal
splint, bruxism appliance, dan nightguard.
Metode yang digunakan dalam perawatan terapi oklusal adalah dengan selective grinding. Selective
grinding
dilakukan dengan menggunakan fine wheel, flame, dan ball-shaped diamonds. Permukaan
occlusal gigi dikeringkan dan daerah yang terjadi kontak prematur ditandai dengan pita warna.
Gigi Anterior
24
Prematur kontak gigi anterior jarang muncul secara natural, namun biasanya terdeteksi setelah dilakukan
perawatan crown atau bridge. Sebelum dilakukan prosedur selective grinding, harus dilakukan pengecekan
kontak dengan melakukan gerakan protrusi. Apabila pada gigi yang terlibat ditemukan gangguan saat
melakukan gerakan protrusi, maka selective grinding dilakukan pada gigi mandibular (gambar A). Apabila
pada gigi yang terlibat tidak ditemukan gangguan saat melakukan gerakan protrusi, maka selective
grinding dilakukan pada gigi maxilla (gambar B)
Working Side
BULL rule: Buccal Upper, Lingual Lower.
Selective grinding dilakukan pada maxilla untuk mengeliminasi gangguan pada aspek buccal, sementara
grinding dilakukan pada mandibula untuk mengeliminasi gangguan pada aspek lingual.
Balancing Side
Kemiringan cusp yang sangat tajam (bulatan merah) menghambat kontak gigi lain (hijau).
25
PUBL rule:
Apabila centric contact berada diantara cusp buccal mandibula dan maxillary fossa, maka grinding
dilakukan pada bagian palatal maxilla (upper palatal/ PU). Apabila centric contact berada diantara cusp
palatal maxilla dan lower (mandibular) fossa, maka grinding dilakukan pada bagian buccal mandibula
(lower buccal/ BL)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aminah mengalami periodontitis kronis lokalis pada gigi anterior rahang bawah e.c OH
Buruk (plak dan kalkulus) diperberat oleh TFO karena gigi hilang tidak diganti, kontak
premature, dan maloklusi.
Saefudin mengalami periodontitis kronis lokalis gigi 36 e.c OH Buruk diperberat TFO
karena occlusal line buruk, rasio mahkota akar tidak seimbang, dan restorasi yang aus
Sujiwo mengalami ekstruksi gigi anterior rahang atas e.c trauma jaringan periodontal,
dapat dirawat dengan reposisi dan fiksasi secepatnya dengan splinting.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Newman, Takei, Klakkevoid, Carranza. Carranzas Clinical Periodontologu, 11th ed. St. Louis,
Missouri: Saunders Elsevier, 2012.
2. White, Stuart C, and M. J.Pharoah. Oral Radiology. St. Louis, Mo.: Mosby/Elsevier, 2009.
3. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology, 3th ed. London, UK: Churcill
Livingstone, 2002.
27