BAB IV
LOG BOR
4.1. Tujuan
Tujuan dari pratium pemboran ini adalah untuk memproleh data yang
representatif dari formasi dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen
khusus.
4.2. Dasar Teori
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan
lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat
dilakukan meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan
konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran
lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi,
pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur dan sebagainya.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim
dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi
kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan
pada saat logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu
sinyal (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel
nuklir dan lainya) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di
dalam logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat
kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang
diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan
diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat
penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.
Arie Dominic Timisela
H1C112018
4-1
4-2
4-3
memisahkan
jenis-jenis
bahan
radioaktif
yang
4-4
Radioaktif
Radioaktif sangat
menengah
tinggi
Batupasir
(>100 API)
Batuan serpih
Salt
Batugamping
Batuan granit
Abu vulkanik
Batubara
Dolomit
Lempungan
Bentonit
rendah
Radioaktif rendah
(32,5 60 API)
(0 32,5 API)
Anhidrit
Pasiran
Gamping
Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi
adalah dengan cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan
respon minimal. Cara ini merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk
mendapat ketelitian batas litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti
untuk lapisan batubara yang tidak banyak mengandung lapisan pemisah
(parting) di dalamnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkorelasi
respon gamma dari beberapa lubang bor adalah panjang probe selama
pengukuran harus tetap dan kecepatan penaikan probe ari dalam lubang
harus tetap. Selain itu perlu pula ditinjau pengarh chasing walaupun
kecil akan tetap ada.
Sebelum bekerja dengan alat pengukur radiasi gamma harus
diadakan kalibrasi alat tersebut terhadap sumber radiasi sinar gamma
yang telah diketahui dan pembacaannya disesuaikan dengan selang
waktu ynag sesuai. Apabila selang waktu tersebut terlalu cepat respon
cenderung menjadi rata dan kurang peka terhadap perubahan litologi
yang kecil. Sebaliknya apabila selang waktu tersebut terlalu lambat
Arie Dominic Timisela
H1C112018
4-5
*Sumber : inibumi.blogspot.com
Gambar 4.1
Log Sinar Gamma
b. Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi
minyak sebagai alat bantu interpretasi porositas. Kemudian dalam
explorasi batubara malah dikembangkan menjadi unsur utama dalam
identifikasi ketebalan bahkan qualitas seam batubara. Dimana rapat
masa batubara sangat khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa
batuan lain pada umumnya. Lebih extrem lagi dalam aplikasinya pada
idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir linier dengan
kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan gambaran
khas bagi tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya.
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan
mengukur sinar g yang ditembakan dari sumber melewati dan
dipantulkan formasi batuan kemudian direkam kembali oleh dua
Arie Dominic Timisela
H1C112018
4-6
4-7
Rapat massa
sebenarnya (gr/cc)
2,650
2,710
2,870
2,960
1,400-1,800
1,200-1,500
logging (gr/cc)
2,684
2,710
2,876
2,977
1,355-1,796
1,173-1,514
4-8
be
www.odptamu.edu.
Gambar 4.2
Log Densitas
c. Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur
besarnya tegangan dan arus dari suatu interval batuan dengan ketebalan
tertentu. Log listrik digunakan untuk mengetahui sifat kelistrikan batuan
serta jenis kandungan yang ada dalam pori-porinya. Daripengukuran
arus listrik dan tegangan yang di lewatkan interval batuan tersebut di
atas dapat diketahui tahanan resistivitasnya. Jadi alat yang di masukkan
dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus dan elektroda
tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut
sebagai log induksi (induction log). Log Induction yaitu log yang
bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas formasi < 200 0hm
Arie Dominic Timisela
H1C112018
4-9
4-10
*Sumber :
www.kgskg.edu.
Gambar 4.3
Log Spontaneous Potential
e. Log Netron
Pada Netron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi
besar maka semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi
serta tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya. Hal yang perlu
digaris bawahi bahwa netron hidrogen tidak mewakili porositas batuan
karena penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Netron
tidak dapat membedakan antara atom hidrogen bebas dengan atom
hidrogen yang secara kimia terikat dengan mineral batuan, akibatnya
pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen
didalam susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Netron Log
adalah shale atau clay dimana semakin besar konsentrasinya dalm
lapisan
permeable
akan memperbesar
harga porositas
batuan.
4-11
*Sumber : www.enslikopediaseismik.com
Gambar 4.4
Log Netron
f. Log Sonik
Log sonik merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan
harga porositas batuan sebagaimana pada log densitas dan log netron.
Log sonik menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan atau
dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Arie Dominic Timisela
H1C112018
4-12
4-13
Gambar 4.4
Modifikasi pengambilan ulang inti sebagai indek kualitas (RQD) massa batuan
4-14
Gambar 4.5
Contoh prosedur perekaman inti RQD
Jika tidak ada core yang tersedia, maka nilai RQD daat
diperkirakan dengan menggunakan persamaan Palmstrom (1982) RQD = 115
3,3 Jv, dimana Jv adalah jumlah joint per satuan volume massa batuan. Jika
S adalah joint spacing dalam satu joint set, maka Jv dapat ditentukan dengan
persamaan:
4-15
Gambar 4.6
Grafik hubungan RQD dan Jv (Palmstorm,1982)
Dalam penilaian massa batuan (Rock Mass Rating, RMR),
presentase RQD diberikan penilaian bedasarkan tabel berikut:
Tabel 4.3
Indeks klasifikasi RQD
*Sumber :
Anonim, 2014
4-16
Gambar 4.7
Perbandingan Nilai RQD dan kebutuhan penyangga untuk tunnel
Pemilihan penyangga tunnel tidak selalu bergantung pada kondisi
batuan sebenarnya. Pilihan yang lebih disukai oleh kontraktor mungkin
didasarkan pada harga baja per unit yang lebih menguntungkan atau
didasarkan kepada preferensi desain yang didasarkan pada sebuah program
safety yang terlalu berhati-hati.
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan
cepat, akan tetapi metode ini tidak memperhitung factor orientasi bidang
diskontinu, material pengisi kekar, faktor pelapukan dll, sehingga metode
ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4.2.3. Core Recovery
Geophisiyal log adalah salah satunya kontrol untuk core recovery
dimana minimum core recovery harus > 90 % untuk lapisan batubara dan
> 80 % untuk lapisan bukan batubara, jika hal itu tidak diperoleh pada saat
melakukan cored, dan tidak mendapatkan alasan yang layak, maka
pemboran pada lubang bor harus dilakukan pemboran ulang.
Kesimpulannya
sebelum
melakukan
pemboran
eksplorasi
4-17
Pemetaan
geologi
permukaan
dilakukan
dilakukan
adalah
untuk
geologi suatu
pengukuran penampang
4-18
Sampel
Kelompok 4
No.
Ukuran
No.
Ukuran
Sampel Sampel Sampel Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
a.
10
9.5
10
8
9
6.5
20.5
19.5
25.5
12.5
7.5
16
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
40
19.5
11.5
10
10
11
10
8.8
8
7
5.5
5
5
= 0.7387 x 100%
= 73.87 %
b.
= 0.7417 x 100%
= 74.17 %
4.3.2. Pembahasan
4-19
4-20