Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

PROBLEMATIKA DALAM PERBUATAN BAIK

Disusun Oleh :
Muhamad Fajar Abrori (21401051013)
Soni Irawan

(21401051012)

Fajar Suryo Riyadi

(21401051034)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Problematika
Dalam Perbuatan Baik ini sesuai pengetahuan dan kemampuan yang kami peroleh dari
sumber referensi. Kami juga berterima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah Agama Islam
IV atas bimbingan dan pengarahannya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 11 April 2016


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Problematika dalam berbuat baik sering kita mendapatkan hal-hal yang
menyakitkan hati. Justru yang paling sering membuat kita kecewa adalah orang-orang
dekat kita. Untuk itu janganlah kita terlalu berharap imbalan, dalam arti menuntut
kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu, dalam Islam telah di gambarkan
proses kejadian manusia yang sejalan dengan hasil penelitian di bidang ilmu
pengetahuan modern. Menurut asal kejadiannya manusia itu adalah bersaudara. Semua
manusia terdiri dan unsur jasmasni dan rohani. Jasmani adalah unsur yang dapat dilihat
dan disentuh oleh panca Indera, sedangkan rohani merupakan unsur yang tidak dilihat
dan disentuh panca indera. Jamani adalah bagian manusia yang melakukan gerakan fisik
seperti : bernafas, makan, minum, berjalan dll. Sedangkan rohani melakukan aktifitas
berfikir, yang mendorong manusia membedakan yang baik dan yang buruk. dalam
kenyataannya terjadi perbedaan dalam taraf kehidupannya. hal ini disebabkan ada
perbedaan dalam kekuatan fisik, kecerdasan, akal, pendidikan, dan juga usahanya.
Namun demikian perbedaan yang ada menjadikan mereka itu saling membantu, tolong
menolong dalam hal kebaikan .
Dalam Al-Quran manusia menempati kedudukan yang istimewa dalam alam
semesta ini untuk menguasainya atau mengusahakan kebutuhannya, manusia dianugrahi
oleh Allah Kesempurnaan sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan itu manusia dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dan beribadah kepada Allah
SWT. Karena kebutuhan hidup itu harus diusahakan, maka berbagai sarana dan prasarana
yang mengacu kepada terpenuhinya kebutuhah itu harus diusahakan pula, seperti
pendidikan, gedung sekolah, untuk, makanan adalah pabrik makanan, dan sebagainya
Manusia.
Dalam kehidupan dulu sampai sekarang, akhlaq merupakan hal terpenting.
Rasulullah beserta ajaran Islam-nya telah merubah drastiskan kebiasaan bangsa kafir
Quraisy yang jelek. Beliau diutus di dunia juga untuk menyempurkan akhlaq para
manusia. Nabi Muhammad mengajarkan pencapaian akhlaq yang sempurna sebagai salah
satu puncak dari keimanan kepada Allah. Perbuatan-perbuatan yang telah menjadi
sunnatullah dilakukan oleh para umat muslim sebagai pedoman beretika yang baik di

dalam dunia yang nantinya berimbas pada akhirat kelak. Namun, setelah mengalami
banyak masa kepemimpinan dan perkembangan zaman, Islam di mata kaum muslim
sendiri telah mengalami kemerosotan dramatis. Kemerosotan yang ditampilkan tidak
hanya berupa kemalasan dalam beribadah yang bersifat anjuran, namun juga kewajiban.
Belum lagi masalah jati diri kaum muslim yang seharusnya melekat pada diri individual
muslimin sudah tidak dapat menjadi khas ciri sifat mereka. Banyak orang enggan
melakukan akhlaq baik atau kebaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Baik dari
faktor eksternal maupun internal. Maka pada makalah ini kami selaku penyusun akan
membahas pokok materi tentang problematika perbuatan baik pada kesempatan kali ini.
1.2.
1.
2.
3.
4.
1.3.

Rumusan Maslah
Apa Problem kita berbuat baik?
Bagaimana memotivasi agar berbuat baik?
Apa Perbuatan baik itu?
Apa rintangan dalam berbuat baik?
Tujuan

Mengetahui Problema dalam berbuat baik, meningkatkan motivasi berbuat baik,


dan mengetahui rintangannya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Problematika perbuatan baik.
Ulama salaf mengatakan, segala sesuatu yang bisa melupakan Allah dan menjadi
problem untuk berbuat baik itu datang dari:
a.
b.
c.
d.

Dunia dan seisinya


Manusia
Syitan / iblis
Nafsu
Sebagai seorang manusia yang hidup di dunia, manusia tidak bisa melepaskan diri

dari dunia dan bahkan dunia dalah bagian kehidupannya. Betapa celanya dunia yang
dihadapi, betapa problema hidup senantiasa datang menghadang silih berganti menjadi
bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Keinginan dan harapan yang seakan tak segera
menjadi kenyataan dalam hidup mendorong manusia untuk menjadi putus asa dan
menggunakan berbagai cara yang salah untuk meraihnya. Hingar bingar dunia yang
gemerlap sering mengundang sisi fitrah manusia yang akan menjerumuskan apabila
manusia tidak mampu untuk mengatur dan menatanya.
Ayat-ayat al-Quran yang menguraikan perihal dunia dan isinya sedemikian banyak.
Al-Quran menjelaskan tentang dunia yang segala celanya dan kelebihan-kelebihannya,
juga memperingatkan manusia untuk jangan tertipu oleh tipu daya dunia. Dunia bisa
menjadi penghalang bagi manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah atas
dunia.
Barang siapa ingin beribadah secara total kepada Allah, maka hendaklah ia zuhud 1 di
dunia. Zuhud dari hal-hal yang haram di dunia merupakan suatu hal yang wajib. Allah
berfirman: Sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anak kalian adalah fitnah. Juga
dalam Qs, an-Nisa, 4:10; Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan
masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala (neraka).

2.2.Motivasi perbuatan baik


Perbuatan baik kapan pun bisa kita lakukan dalam kondisi yang bagaimana pun
bisa kita laksanakan, sekecil apapun perbuatan baik itu, kita akan menuainya. atau contoh
1.
Zuhud kita
adalah
meninggalkan
sesuatu
tidak bermanfaat
untuk kehidupan
kecilnya,
membuang
sampah
padayang
tempatnya
sebuah pelastik
permen yang baru kita
akhirat.

makan akan mendapatkan balasan, membuang puntung rokok juga akan dapat balasan,
berkata baik juga akan mendapatkan balasan, berlaku sopan juga akan mendapatkan
kebaikan, dan hal yang baik yang dapat kita berikan adalah memberikan senyuman kepada
orang lain. Dengan kebaikan tersebut ALLAH Subhanahu Wataala akan menghilang kan
kesusahan baik orang beriman sesuai kadar kebaikannya.
2.3.Perbuatan Baik
Perbuatan baik ('amilunshalihan), adalah salah satu dari konsep-konsep kunci di
dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa Arab, kata kebaikan terdiri dari arti baik dan bermanfaat.
Dalam bahasa Arab, kata "ishlah", juga berasal dari akar yang sama. Konsekuensinya di
dalam bahasa indonesia, setiap hal yang dilakukan untuk kebaikan agama, disebut
perbuatan baik. Dalam istilah Al-Qur'an, segala hal yang diniatkan untuk mencari
keridhaan Allah adalah perbuatan baik.
Keselamatan seseorang tidak semata bergantung kepada iman; tanda-tanda
keimanan yang ikhlas dan perbuatan baik juga menyelamatkan jiwa. Syahadat yang tidak
disertai menjalankan perintah agama, tidak akan menyelamatkan seseorang. Di dalam AlQur'an, Allah menyatakan sebagai berikut:
Apakah orang-orang mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja seenaknya berkata:
"Kami telah beriman", padahal keimanan mereka itu belum diuji? Al-Ankabut: 2-3
Niat

seseorang

melakukan

perbuatan

baik

membuktikan

semangatnya.

Perbuatannya menandakan ketekunan, stabilitas, keteguhan hati, dan kesetiaannya; dengan


kata lain kedalaman imannya. Di dalam Al-Qur'an, Allah memberitahu kita tentang
bermacam perbuatan baik. Menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat, berjuang
untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam, berusaha mencapai pemahaman yang
lebih baik tentang Al-Qur'an, menyelesaikan setiap persoalan umat Islam, baik yang
pribadi maupun yang umum; kesemuanya itu adalah perbuatan baik. Bentuk penganutan
ajaran Islam yang mendasar seperti shalat, puasa, zakat, dan haji; adalah bagian dari
perbuatan baik juga:

Bukanlah termasuk golongan kebajikan menghadapkan muka ke arah timur dan


barat, tetapi yang termasuk golongan kebajikan, ialah beriman kepada Allah, hari akhirat,
malaikat-malaikat, Kitab-kitab, nabi-nabi, memberikan bantuan yang disayanginya kepada
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar dalam
perjalanan, peminta-minta, dan memerdekakan perbudakan, mengerjakan shalat,
menunaikan zakat, menepati janji yang telah diperbuat, sabar menderita kemiskinan dan
kemelaratan, terutama ketika perang. Itulah orang-orang yang benar keimanannya, dan itu
pulalah orang-orang yang takwa. Al-Baqarah: 177
Namun masih ada poin lain yang pantas disebut. Perkara yang menjadikan
tindakan suatu kebaikan ialah niat dibelakangnya. Suatu tindakan menjadi kebaikan
apabila diniatkan untuk mencapai keridhaan Allah. Inilah yang membedakan perbuatan
baik dan amal; sebuah konsep yang dianggap lazim di masyarakat kita. Sebuah perbuatan
baik dilakukan karena Allah. Sebaliknya, konsep amal yang berlaku di masyarakat,
didasarkan pada semangat solidaritas sosial dan hasrat pribadi supaya disebut dermawan.
Mereka menunaikan kewajiban nadzar2, dan takut akan satu hari, dimana
siksaannya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang yang miskin, anak-anak yatim dan tawanan. Bahwasanya kami memberi
makanan itu, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak
mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari padamu. Bahwasanya kami benarbenar takut kepada siksaan "Hari dengan muka asam penuh cemberut", yang datang dari
Tuhan kami. Al-Insan: 7-10
Perbuatan baik apapun yang tidak diniatkan karena Allah, bukanlah perbuatan baik
sebab diniatkannya untuk memberi kesan baik kepada manusia. Inilah yang di dalam
istilah Al-Qur'an disebut menyekutukan Allah, yang merupakan dosa besar. Dalam ayat
dibawah ini Allah menjelaskan bagaimana sebuah tindakan yang dilakukan bukan karena
Allah kehilangan maknanya dan menjadi sebuah tindakan biasa.
Celakalah mereka yang mengerjakan shalat, yang lalai dalam mengerjakan
shalatnya Maksudnya dia melakukan shalat dengan fisiknya, namun tidak ada pengaruh
shalat itu pada mentalnya. Yang hanya pura-pura agar dilihat orang saja. Al-Ma'un: 4-6.
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu hapus pahala sedekahmu, dengan
menempelakkan kebaikanmu dan melukai perasaan si penerima. Samalah dengan orang
yang mendermakan hartanya karena ingin pujian orang, sedang dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Perumpamaan yang sama dengan sebuah batu yang licin, di
atasnya ada tanah. Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, sampai licin tandas tanahnya.

Hilang percuma semua usaha mereka itu. Allah tidak akan memberi pimpinan kepada
orang-orang yang kafir. Perumpamaan orang-orang yang mendermakan harta bendanya
demi mengharapkan keridhaan Allah dengan penuh keyakinan, adalah seperti sebuah
kebun di dataran tinggi yang mendapat siraman hujan lebat, hasilnya dua kali lipat. Kalau
hujan lebat itu tidak ada, hujan gerimispun sudah memadai. Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. Al-Baqarah: 264-265.
Begitu juga orang-orang yang menafkahkan hartanya supaya dilihat, didengar dan
dipuji orang dan mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan orang-orang
yang berkawan dengan setan, ingatlah setan itu adalah kawan yang seburuk-buruknya. Apa
keberatannya bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
menafkahkan sebagian rizki yang telah diberikan Allah kepadanya? Dan Allah Maha
mengetahui keadaan mereka. An-Nisa: 38-39
Pendek
kata, perkara yang membuat sebuah tindakan menjadi sebuah perbuatan
2. Nadzar
secara bahasa adalah janji secara mutlak baik berupa perbuatan baik atau
baikburuk
adalah niatnya. Jika niatnya baik, perbuatannya menjadi baik, bahkan walaupun hasil
yang diinginkan tidak dicapai. Sebagai contoh, dengan niat mencari keridhaan Allah,
seorang mukmin beribadah sepenuh hati namun usahanya kurang maksimal atau tidak
mencapai tujuan, dia tetap mendapatkan pahala. Setiap mukmin hendaknya mengakui
bahwa ada alasan mengapa Allah tidak selalu membiarkan seseorang mencapai tujuannya:
Diwajibkan atasmu berperang, padahal perang itu peristiwa yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik untukmu; dan boleh jadi pula kamu
menyenangi sesuatu, padahal ia buruk untukmu. Dan Allah yang mengetahui sedangkan
kamu tidak. Al-Baqarah: 216
Allah mengetahui segala hal yang baik untuk manusia. Karenanya hasil dari setiap
perbuatan selalu bersandar kepada Allah. Setiap kewajiban hendaknya dilakukan semata
untuk mencapai keridhaan Allah. Seperti dinyatakan diatas, niat adalah esensi dari
perbuatan baik. Ini karena fakta bahwa Allah tidak memerlukan apapun yang
dipersembahkan oleh hambanya. Firman Allah:
Hai manusia! Kamulah yang berkepentingan kepada Allah, sedang Allah itu Maha Kaya
dan tumpuan puji. Jika Dia mau, niscaya dimusnahkan-Nya kamu dan digantinya kamu
dengan makhluk yang baru. Hal itu bagi Allah tidak sukar. Fathir: 15-17
Allah dapat melakukan apapun yang diinginkan tanpa memerlukan perbuatan dan
usaha dari orang mukmin supaya agamanya menang:
Dialah yang membentangkan persada bumi, lalu dijadikan-Nya disana gunung-gunung
dan sungai-sungai. Dan Dialah yang menjadikan semua jenis buah-buahan serba

berpasangan Maksudnya jantan dan betina, serta Dia pulalah yang menyungkupkan
malam kepada siang. Sesungguhnya pada hal-hal yang demikian ditemukan tanda-tanda
kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mau berfikir. Ar-Ra'du: 3
Kita dapat melihat bahwa tolong-menolong perlu dilakukan tidak hanya terbatas di
antara sesama orang Islam saja, melainkan juga dengan sesama manusia pada umumnya.
Sebagai manusia, kita banyak memiliki kelemahan di samping keistimewaan .
Sebagai contoh ketika sakit, kita memerlukan pertolongan dokter yang membantu
mengobatinya. Demikian pula ketika kita hendak menuju ke suatu tempat yang jauh kita
memerlukan peralatan transportasi, demikian seterusnya.
Dapat kita lihat ayat Al Quran berikut :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi inereka (yang diolok-olok,) lebih baik dan mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang lain
(karena) boleh Jadi wanita (yang diolok-olokkan,) lebih baik dan wanita (yang mengolokolokkan,) dan Janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggilmemanggil dengan julukan-Julukan yang buruk. (Q.S. 49: 11).
Pada terjemahan ayat di atas terdapat larangan saling mengolok-olokkan, karena
hal itu dapat merenggangkan hubungan di antara sesama manusia, dan akhirnya juga
mempersulit dirinya masing-masing. Orang yang mengolok-olok tidak selamanya dalam
kejayaan, demikian pula orang yang diolok-olok pun tidak pula selamanya hidup susah.
Suatu saat bisa saja keadaannya berbalik. Jika ini terjadi, maka yang mengolok-olok tadi
akan merasa malu dan kesulitan meminta bantuan kepada orang yang pernah diolok-olok.
2.4.Rintangan untuk berbuat kebaikan
Usaha perbuatan baik kita, bukannya tanpa rintangan. Sering kita mendapatkan
hal-hal yang menyakitkan hati. Justru yang paling sering membuat kita kecewa adalah
orang-orang dekat kita. Untuk itu , janganlah kita terlalu berharap imbalan, dalam arti
menuntut kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu. Pasanglah sikap Zero
Ecpectation (harapan nol).
Jika anda berbuat baik, lakukan dengan tulus, dan jangan mengharapkan walau
hanya ucapan terima kasih. Bahkan Para Rasul, para Nabi pun selalu dicurigai bahkan
dihujat, artinya para utusan Allah pun tidak bisa menyenangkan semua pihak.
Namun, saudaraku bergembiralah, bila anda masih dan sanggup berbuat kebaikan. Ini
adalah kehormatan besar bagi anda.

Salah satu rahasia Allah yang diungkapkan dalam Alquran adalah bahwa
seseorang

yang

beramal

shaleh

akan

diberikan

balasan

yang

tanpa

batas.

Saudaraku , kita perlu mengetahui apakah sesunnguhnya arti dari kebaikan itu. Definisi
dari kebaikan sendiri begitu beragam, setiap individu dengan latara belakang kultur yang
berbeda mempunyai definisi tersendiri tentang kebaikan.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Masih terlalu banyak hal-hal yang belum terpenuhi dari kebutuhan manusia di
muka bumi ini sebagai mana sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan hasil
kerja kerasnya, hal ini adalah salah satu Qodrat manusia yang diciptakan untuk tidak
saling melepaskan antara satu dengan yang lainnya, keterkaitan ini adalah merupakan
simbol bahwa manusia itu diciptakan agar saling mengenal, menyanyangi, mengayomi,
memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Sebagai makhluk yang paling sempurna
yang dilengkapi akal dan fikiran maka sangat wajar jika manusia juga memikirkan sesama
dan alam sekitarnya. Untuk kelangsungan hidup yang lebih mapan tanpa harus saling
menjatuhkan dan menindas kaum yang lemah,rintangannya kita terlalu berharap imbalan,
dalam arti menuntut kebaikan setimpal dari pihak yang telah kita bantu.
Jadi berilah motivasi pada diri kita sendiri agar selalu berbuat kebaikan hanya
karna allah semata, dan berpikirlah seandainya kita selalu berbuat baik, maka orang lain
pasti akan berbuat baik pula kepada diri kita.
3.2. Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut membantu di dalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran
dari mahasiswa serta dosen pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi
kebaikan kita bersama terutama bagi pemakalah.

DAFTAR PUSTAKA
NON BUKU
http://3sobatman.blogspot.co.id/2013/05/makalah-problematika-dalam-perbuatan.html
http://www.slideshare.net/aulanikmah/problematika-33723438
http://www.blogufik.com/2012/04/makalah-faktor-yang-menghalangi-orang.html

Anda mungkin juga menyukai