Khadijah Binti Khuwailid
Khadijah Binti Khuwailid
suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan
tertinggi bagi para wanita.
Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW
sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama
kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayatayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian
dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak
menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu
dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika
Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian,
tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat
meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan
takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah
berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah
mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah,
kemudian kembali kepadaku." Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya
kepada Khadijah r.a.
Khadijah r.a. berkata :"Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera
pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau
menjadi Nabi umat ini." Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi
urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan
kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam
kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul
SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari
Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :"Wahai Khadijah, ini Jibril
menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab :"Allah
yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam
(kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."
Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang
pun
di antara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta
khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat
pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung
da'wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah
yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama
seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah,
menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan
risalahnya,
ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan
menolongnya dengan jiwa dan hartanya.
Lahir di Mekkah tahun 556, Khadijah adalah wanita pertama pemeluk Islam. Ketika
disunting RasuluLlah SAW, ia seorang janda berusia 40 tahun. Berasal dari keluarga
terpandang dan ia sendiri menjadi orang terkaya di kotanya. Sedangkan RasuluLlah SAW
masih muda, berusia sekitar 25 tahun dan dari keluarga miskin. Keinginan perkawinan itu
datang dari pihak Khadijah.
Setelah menikah, semua kekayaan Khadijah dipergunakan sepenuhnya untuk mendukung
dakwah RasuluLlah SAW. Juga, karena kewibawaannya di hadapan suku Quraisy, ia pun
menjadi pelindung RasuluLlah SAW dari ancaman orang-orang Quraisy.
RasuluLlah SAW sangat mencintai Khadijah. Meskipun Khadijah sudah meninggal
beberapa tahun, RasuluLlah SAW masih tetap mengenang. Sehingga pernah isterinya
yang lain Aisyah memprotes cemburu. Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik
dari dia, yang beriman padaku saat semua orang ingkar, yang percaya padaku ketika
semua mendustakan, yang mengorbankan hartanya saat semua berusaha
mempertahankannya; dan darinyalah aku mendapatkan keturunan, kata RasuluLlah
SAW di hadapan Aisyah.
Dari Khadijah, Nabi mendapat kurnia 7 anak: 3 putra dan 4 putri. Yang putra bernama alQasim, Abdullah, dan (Thaher, meninggal ketika masih bayi). Sedangkan yang putri:
Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum dan Fatimah. Sebelum dengan Nabi, Khadijah pernah
menikah dengan Abu Halal an-Nabbasy bin Zurarah. Dari Abu Halal, Khadijah mendapat
seorang anak.
Setelah Abu Halal meninggal, Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin Abid alMakhzumi. Sampai Atiq meninggal, mereka tidak dikurnia anak. Ummul mukminin alKubra (Ibu Kaum Mukminin yang Agung) ini sendiri meninggal pada 619 H.