Struktur Sosial
Struktur Sosial
tempat
berbagai lapisan.
tentang
keseluruhan
komunitas.Dan
yang
individu
mempunyai
ciri
dan
kemampuan
sendiri,
C. Perubahan Sosial
Mengawali pembahasan perubahan sosial, maka perlu diawali dengan makna
proses sosial sebagai berikut :
Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2004): proses sosial adalah
sikap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu , sedemikian
rupa, sehingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan. Dengan perkataan lain proses sosial
menerus, kondisi tanggil sungai yang tidak mampu menahan air , terjadilah
bencana alam berupa banjir, yang mengakibatkan berbagai perubahan sosial
pula seperti alat transportasi yang biasanya jalan darat. Harus ditempuh
memakai perahu karet (seperti yang marak terjadi di berbagai daerah saat ini).
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misal :
kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain;
1. Perkembangan IPTEK yang lambat
2. Sifat masyarakat yang sangat tradisional
3. ada
kepentingan-kepentingan
yang
tertanam
dengan
kuat
dalam
masyarakat;
4. prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru;
5. rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan;
6. hambatan ideologis;
7. pengaruh adat atau kebiasaan.
Perubahan sosial di era masyarakat informasi
Ledakan informasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
terjadi membawa perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi
perubahan te perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari
atau perubahan yang terjadi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini.
Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari
pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi
yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, cerdas dan berani. Kritis yang
dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang
ada disekitarnya mulai itu dalam bidang pendidikan bahkan sampai politik.
Masyarakat mulai berani menggungkapkan pendapat apabila sesuatu persoalan
tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena
informasi saat ini dapat diperoleh dengan mudah dan saat ini kita berada dalam
era keterbukaan. Semua dapat berkomentar di era semacam ini tentunya
dengan etika argumentasi tersebut harus didasari oleh teori atau informasi yang
dapat dipertanggung jawabkan. Ini tentu tidak mungkin dilakukan jika berada
pada masa berberapa tahun lalu terutama sebelum era reformasi.
Dinamika informasi yang terjadi memotivasi masyarakat dan mencerdaskan
masyarakat. Saat ini setiap orang dapat memanfaatkan informasi dengan tujuan
menambah wawasan, belajar atau hanya sekedar untuk hiburan, mereka dapat
mengakses informasi tanpa membedakan status sosial yang disandang seiring
dengan demokratisasi informasi. Fenomena ini tentu sangat menggembirakan
bangsa ini karena dapat berperan dalam mencerdaskan bangsa Indonesia.
Untuk perubahan yang terjadi dalam konteks pranata sosial dapat dilihat dengan
berubahnya format pranata sosial serta munculnya lembaga-lembaga baru
dibidang pengelolaan informasi. Sekarang lembaga-lembaga pelayanan publik
atau banyak lembaga sosial lainnya mulai berubah dengan menerapkan egovernment dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang informative dan
akuntable. Lembaga-lembaga tersebut mulai menerapakan automasi dalam
layanannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan
pemerintahan yang cepat, informative dan transparan.
Selain itu melihat urgensi dari informasi bagi masyarakat pemerintah juga
membentuk Departemen baru dengan nama Departemen Komunikasi dan
Informasi yang bertanggung jawab terhadap manajemen komunikasi dan
informasi di Tanah Air. Lembaga ini merupakan salah satu pranata sosial yang
ada dimasyarakat kita.
Sedangkan perubahan pranata sosial dibidang pengelolaan informasi adalah
dengan semakin meningkatnya kualitas layanan lembaga-lembaga pengelola
informasi. Lembaga-lembaga tersebut antar lain perpustakaan, kantor arsip atau
lembaga pengelola informasi-informasi baru. Perpustakaan dan kantor arsip
mulai berbenah dengan mengaplikasikan teknologi informasi dalam layanannya.
Saat ini kualitas layanan perpustakaan semakit cepat dan depat. Dalam dunia
perpustakaan muncul istilah digital library, koleksi digital atau dalam bidang arsip
muncul istilah arsip digital. Selain itu perpustakaan atau kantor arsip yang
dulunya merupakan lembaga non profit mulai bergeser kearah lembaga semi
profit ini tentu merupakan bagian dari perubahan sosial.Muncul lembaga-
pengelompokan
para
anggota
masyarakat
secara
vertikal
yang tidak
kaya,
atau
kehormatan
ini
sangat
terasa
pada
anggota-anggota
masyarakat
yang
menghargai
ilmu
pengetahuan.
Seseorang
yang
paling
menguasai
ilmu
menyuap,
ijazah
palsu
seterusnya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial2
dan
Maret
2009)
Berkaitan dengan stratifikasi sosial adalah adanya mobilitas sosial
merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial.
Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas
vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas
antargenerasi.Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua
sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka
kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada
stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.
Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan
yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan
sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan secara bersama.Karl Marx
menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi
masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar.
Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan
ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber
memperkenalkan konsep : kelas, kelompok status, dan partai.Menurut Horton
and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap
beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial,
pola-pola keluarga, dan munculnya simbol status dalam masyarakat.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang
diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain
lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk
melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi
kekuasaan.Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk
dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif,
pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional.
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/sosialisasi-dan-stratifikasi-sosial/
Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis
kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras
dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta
kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena
usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang
dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
10
kursus
dan
menguasai
banyak
keterampilan
sehingga
dia
11
dengan pemeluk agama lain seperti agama konghucu, budha, hindu, katolik dan
kristen protestan.
(http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasidiferensiasi-dalam-masyarakat)
Diferensiasi sosial merupakan perbedaan seseorang dilihat dari suku bangsa,
ras, agama, klan, dsb.Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu
tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu
dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak
lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masingmasing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik,
karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat. diferensiasi
merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat,
bukan untuk menjadikan kita berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi di
Afrika Selatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Diferensiasi_Sosial
2.Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial
Adzanwahiddien menjelaskan pengelompokan masyarakat membentuk delapan
criteria diferensiasi sosial, antara lain:
1.
Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki cirri-ciri fisik bawaan
yang sama. Diperensiasi ras adalah pengelompokan masyarakat
berdasarkan ciri-ciri fisiknya.
Secara garis besar manusia terbagi kedalam ras-ras sebagai berikut:
a.
1)
2)
Mongoloid
12
3)
4)
Negroid
b.
Mongoloid
Ciri-ciri:
-
rambut lurus
2)
Ciri-ciri:
-
hidung mancung
kulit putih
13
Ras Nordic
Alpin Mediteran
Armenoid
India
3)
Negroid
Ciri-ciri:
-
rambut keriting
kulit hitam
bibir tebal
Nilitz
Negro Rimba
Negro Oseanis
Hetentot Boysesman
Tomuna di Sulawesi.
2.
Melayu:
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan
rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan
ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki
14
Ciri fisik
Bahasa daerah
Kesenian
Adat-istiadat
3.
Paranginangin.
-
15
Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada
masyarakat :
-
matrilineal.
4.
Diferensiasi Agama
Diferensiasi agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan
agama/kepercayaannya.
a.
Komponen-komponen Agama
Emosi keagamaan
System keyakinan
Upacara keagamaan
Tempat ibadah
Umat
b.
16
6.
7.
dari desa.
-
dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal-hal
berikut:
8.
perilaku
tutur kata
cara berpakaian
17
1. Dya dalam Kompas dalam Google yang menelaah fenomena kaum lakilaki sebagai superioritas.
Dya
berpendapat
dalam
Akseptor
laki-laki,
Superioritas
Tetap
18
19
20
adalah
lemahnya
produktifitas
dan
sebaliknya,
nafsu
untuk
21
22
berdasarkan
beberapa
studi
yang
telah
dilakukan
terlihat
ini
justru
semakin
tertekan/tereksploitasi.
Mengapa
demikian?
23
bentuk keluarga batih dari golongan ekonomi lemah sedang fokus analisanya
ialah kondisi sosial ekonomi wanita bekerja dari golongan ini. Sesuai dengan
fokus analisanya maka penulis mempergunakan perspektif Karl Marx untuk
membantu menyoroti masalah ini. 2003 Digitized by USU digital library 2
c. Pembahasan
1). Keberadaan Pekerja Wanita di Pasar Tenaga Kerja
Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl
Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya
perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan
demikian kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang
dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dari proses produksinya maka sistem ini berupaya untuk
menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada prakteknya
upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang
untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif Marx menggambarkan
dengan cara ini kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa
menjadi modal untuk mengembangkan usaha. Perkembangan usaha ini
selanjutnya memerlukan penambahan jumlah tenaga kerja, karena tenaga kerja
yang tersedia sudah tidak memadai lagi, maka kekurangan tenaga kerja diambil
dari keluarga buruh, yakni dengan melibatkan anggota keluarga mereka. Marx
dan Engels dalam hal ini mengemukakan keluarga kelas proletar.
Khususnya ekonomi individu dalam kelas buruh sedemikian memprihatinkan
sehingga istri dan anak-anak mereka terpaksa bekerja berjam-jam lamanya
dalam pabrik untuk mencukupi pendapatan demi kelangsungan keluarga mereka
(Doyle; 1986, 137).
Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan wanita dalam
pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:
a). Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya
kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.
b). Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni
24
mereka
untuk
tetap
melaksanakan
sendiri
tugas-tugas
Keterikatannya
terhadap
pekerjaan
domestik/rumahtangga
25
Kesempatan kerja bagi kaum wanita yang umumnya hanya terbatas pada
pekerjaan berupah rendah serta keterbatasan waktu yang bias dicurahkan untuk
bekerja diluar sektor domestik menempatkan mereka pada posisi yang rendah
dalam struktur ketenagakerjaan. Sementara lelaki memperoleh posisi yang lebih
baik, karena bisa mencurahkan waktunya secara penuh untuk bekerja di sektor
publik, sebab mereka tidak terbebani oleh tugas-tugas di sektor domestik.
Dengan demikian mereka dapat berproduksi dan memperoleh upah lebih besar
dari wanita. Akhirnya baik di sektor domestik maupun di sektor publik wanita
tetap
didominasi
oleh
kaum
lelaki,
karena
pada
kenyataan
struktur
ketenagakerjaan juga menempatkan lelaki pada posisi ekonomis yang lebih kuat
dari kaum wanita, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan materialnya wanita
masih tergantung pada kaum lelaki.
Marx mengemukakan bahwa situasi yang terjadi dalam hubungan ekonomi
akan
merembet/mempengaruhi
bentuk
hubungan
pada
struktur
sosial
nonekonomis. Dengan kata lain sistem struktur hubungan kerja yang diciptakan
oleh sistem kapitalis akan mempengaruhi terciptanya struktur masyarakat
patriarkal. Kedua sistem ini, kapitalis dan patriarkal menempatkan wanita pada
posisi yang terdominasi dan semakin tereksploitasi dalam sistem kapitalis.
3). Wanita Bekerja di Indonesia
Fenomena wanita bekerja di Indonesia cenderung terlihat di kalangan
ekonomi rendah terutama di pedesaan. Adapun yang mendorong mereka
bekerja terutama disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga.
Indonesia merupakan negara agraris, pada dekade 1960-an sektor pertanian
pernah menempati posisi teratas dalam penyerapan tenaga kerja wanita, bahkan
sebagian besar pekerjaan di sektor pertanian ini dikuasai oleh pekerja wanita.
Pekerjaan lelaki di sektor ini umumnya terbatas pada masa pengolahan lahan,
sedangkan pada tahap merawat sampai memetik basil pertanian sebagian besar
dikerjakan kaum wanita. Pada era ini kedudukan wanita pekerja tidak terlalu di
persoalkan, karena pekerjaan di sektor pertanian kurang menuntut pencurahan
26
karena
pengembangan
industrialisasi
di Indonesia
masih
diorientasi pada usaha padat karya, agar sektor indus tri dapat menyerap
tenagakerja lebih banyak. Berbeda dengan sektor pertanian maka di sektor
industri ada hirarki jenis pekerjaan dan upah berdasarkan skill. Pada struktur
kerja primer, seseorang memperoleh ganjaran yang lebih baik, adanya promosi
jabatan, hanya untuk dapat memasuki sektor primer ini seseorang harus memiliki
pendidikan, skill/ketrampilan khusus serta terikat pada peraturan dan disiplin
kerja yang ditetapkan, terutama masalah waktu bekerja. Sedang sektor
sekunder, biasanya ditandai dengan pekerjaan yang tidak memerlukan
ketrampilan khusus dan berupah rendah, kadang kala bersifat musiman.
2003 Digitized by USU digital library 4
Pekerja wanita kelas rendah karena umumnya tidak memiliki pendidikan dan
ketrampilan khusus mereka cenderung bekerja di sektor sekunder tersebut.
Peran didalam keluarga juga masih membelenggu mereka sehingga waktu yang
tercurah untuk bekerja di sektor publik ini tidak sepenuhnya. Akibatnya upah
yang rendah akan semakin rendah karena produktifitasnya rendah. Biasanya
pekerjaan di sektor ini diupah berdasarkan jam kerja atau jumlah produksi
barang yang dihasilkan, sehingga ketika wanita harus cuti untuk tidak bekerja
karena tugas kerumahtanggaan maka ia tidak memperoleh upah.
27
sekunder
posisi
pekerja
wanita
sangat
tergantung
kepada
28
mengurus keluarga, persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap
kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi. Posisi wanita akan kurang
menguntungkan dan semakin tidak menguntungkan jika ia berperan ganda,
dimana ia harus bersaing dengan kaum pria yang dari segi pendidikan dan
pencurahan waktu ke sektor publik sudah unggul dari kaum wanita.
Ketimpangan kelas berdasarkan jenis kelamin ini sepertinya kurang
dipersoalkan di Indonesia karena sistem masyarakatnya yang bersifat patriarkal
membenarkan hal ini berlangsung. Bahkan hal ini dianggap wajar karena
pembagian peran kedua jenis kelamin ini memang dipersiapkan sesuai dengan
nilai-nilai kodratnya masing-masing.
Selama struktur masyarakat patriarkal ini masih bertahan, maka selama itu
pula wanita akan tetap menjadi warga "kelas dua" di dalam kehidupan sosial
ekonominya, lantas upaya apa yang harus dilakukan agar dapat mengangkat
derajat wanita, untuk mampu menjadi mitra sejajar kaum lelaki ?
2003 Digitized by USU digital library 5
Melihat persoalan ini ternyata bukan hanya sekedar persoalan sektoral dalam
arti wanita di sektor domestik dan lelaki disektor publik. Tetapi ternyata lebih
tertuju pada persoalan struktural, yakni persepsi struktur sosial yang bersifat
patriarkal yang telah mengakar di dalam masyarakat Indonesia yang perlu
diubah.
d. Penutup
Peran ganda wanita tidak akan menempatkan wanita pada posisi yang
semakin terdominasi jika diimbangi oleh adanya peran ganda pria. Berarti harus
ada perubahan struktural, dimana sistem patriarkal yang cenderung "menganak
emaskan" lelaki harus ditinjau kembali. Peran wanita dan lelaki tidak lagi
dipisahkan secara dikotomis, tetapi perlu adanya pembagian peran yang saling
menguntungkan, karena pada hakekatnya terselenggaranya kehidupan keluarga
dengan
segala
faktor
sosial
ekonomi
yang
mendukungnya
menjadi
29
wanita maka ada juga peran ganda pria, sehingga wanita dan pria dapat saling
mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya, tidak terikat oleh struktur
sosial yang tidak menguntungkan, dengan demikian wanita dan pria akan
menjadi
sumber
daya
manusia
yang
potensial
dan
bermanfaat
bagi
30
DAFTAR PUSTAKA
Azawahidin dalam Google
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/29/bentuk-bentukdiferensiasi-sosial/
Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara Seksual, Gramedia, 1985, Jakarta.
Dya dalam Kompas 1 September 2007, Akseptor Laki-laki
Superioritas Tetap Mendominasi Struktur Sosial , dalam Google
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0709/01/jogja/1041833.htm
down
31
Jakarta.
Narwoko Dwi.I, Suryanto Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Prenada Media
Pakde Sofa, 2007, Struktur Sosial Budaya Pranata Sosial Budaya dan Proses
Sosial
Budaya
dalam
file:///e:/perub%20sos%20struktur%20sos%20pranata%20down%20load%2
008/skruktur%20sosial%20down%20load%2020-10-08.htm down load tggl
29-10-08
Sajogyo, pudjiwati, Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa,
Rajawali, 1983, Jakarta.
Suyanto
Bagong,
2008.
Struktur
Sosial.
Pusat
Pengembangan
dan
dalam
Organisasi
Publik.
Yogyakarta;
Gadjah
Mada
University Press
Yusup, Pawit. M. 2001. Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi untuk
Perpustakaan dan Informasi. Bandung; Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran
32