Anda di halaman 1dari 6

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR


MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 SEBAGAI DASAR PROSES
MANUFAKTUR KOMPONEN PENGUNCI PINTU MOBIL BOX
DENGAN LAS GESEK ( FRICTION WELDING )
Nur Husodo 1), Sri Bangun S .2) Winarto 3), Denny MES .4) Arino A5)
1,2,3,4,5)

Progdi D3, Jur. Teknik Mesin, FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
E-mail: nurhusodo21@gmail.com ; nurhusodo@me.its.ac.id

Abstrak
Las gesek (Friction welding) merupakan proses penyambungan logam dengan
memanfaatkan energi panas yang diakibatkan karena adanya gesekan dari dua material
yang akan disambung. Produk Pengunci pintu mobil box biasanya diproduksi dengan
pengelasan SMAW berpeluang untuk dapat diganti dengan proses manufakturnya las
gesek. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengoperasian las gesek untuk
mewujudkan produk pengunci pintu mobil box. Pada penelitian ini, las gesek dioperasikan
dengan kecepatan putaran 4125 rpm, tekanan gesek 7,33 kgf/cm2, waktu gesek 45 detik
dan dengan variasi tekanan tempa 36,56 ; 45,70; 55,04 kgf/cm2, untuk membuat sampel
uji dari bahan baja karbon St 41. Sampel uji yang dihasilkan akan diuji dengan uji
metalografi dan sifat mekanik yaitu uji kekerasan dan uji puntir. Analisa dilakukan untuk
mengetahui perubahan struktur mikro dan perubahan kekuatan torsi dan perubahan nilai
kekerasan. Disimpulkan bahwa semakin besar tekanan tempa didapatkan nilai kekuatan
torsi juga semakin meningkat. Nilai torsi rata2 yaitu 18,1 kgf.m. Salah satu hasil puntir
dapat mencapai 19 kgf.m. Komponen pengunci pintu mobil box produk industri kecil nilainya
19 kgf.m. Oleh karena itu metode las gesek dimungkinkan dapat dipakai sebagai alternative
pengganti proses produksi produk tersebut
Kata kunci: las gesek, komponen pengunci pintu, tekanan tempa, waktu gesek,baja St41

Pendahuluan
Las gesek merupakan metode penyambungan yang masih belum banyak
diterapkan pada industri kecil dalam memproduksi produk berbahan logam. Padahal
metode ini sangat berpotensi untuk diterapkan pada proses produksi. Metode Las gesek
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan proses penyambungan lainnya
antara lain waktu proses cepat, tidak memerlukan logam pengisi, panas yang terjadi tidak
sampai logam mencair, panas yang dihasilkan pada seluruh permukaan yang
bergesekan, mudah dalam proses pengoperasian juga dapat memanfaatkan mesin
perkakas yang dimodifikasi menjadi las gesek. Komponen pengunci pintu mobil box
merupakan salah satu dari komponen otomotif yang berpotensi diproduksi dengan las
gesek.

Gambar 1.1 Letak Komponen Pengunci Pintu Mobil Box


Komponen pengunci pintu mobil box ini terdiri 2 bagian, bagian pertama yaitu bahan baja
silindris pejal dan bagian kedua adalah plat baja. Selama ini diproses dengan las SMAW.
Metode las gesek ( friction welding) adalah metode penyambungan dua buah
material logam.
Dalam metode ini panas dihasilkan dari perubahan energi mekanik
kedalam energi panas pada bidang interface benda kerja karena adanya gesekan selama
gerak putar dibawah tekanan ( gesekan). (Kalpakjian, 2001). .
Penelitian pengoperasian las gesek dengan tekanan gesek telah dilakukan oleh (
Dwi Agus Santoso, 2011). Hasil uji puntir yang dapat dipakai sebagai acuan membuat
produk front spring pin yang menggambarkan kekuatan sambungan diperoleh sebesar 16
Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti
Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET07 - 1

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

kgf.m. Penelitian dilanjutkan oleh (Tatkala Sanggra Bhakti, 2012), dengan melakukan
proses pengoperasian las gesek logam baja St41 sebagai dasar pembuatan komponen
front spring pin didapatkan nilai torsinya 17 kgf.m. Penelitian juga dilanjutkan oleh (Rendy
Budi Hartanto, 2013), dengan melakukan pengoperasian las gesek logam baja St41
dengan plat baja karbon didapatkan bahwa dengan tekan gesek 9,13 kgf/cm2 dan waktu
gesek 55 detik dan tekanan tempa sebesar 63,98 kgf/cm2 didapatkan nilai torsinya rata2
sebesar 20 kgf.m. Adanya struktur mikro yang sangat halus didaerah tengah (weld zone)
yang menyebabkan terjadinya nilai kekerasan yang tinggi sesuai dengan Hall-Petch
relation. Sehingga kekuatan pada daerah tengah akan lebih tinggi. (Akbari K.2008).
Peneliti tentang aplikasi friction welding pada produk poros rotor pada kapal dilakukan
oleh ( Ho Seung Jeong, 2010). Dengan mengevaluasi kekuatan tarik sambungan dan
struktur mikro sambungan serta uji kekerasan ,uji kelelahan dapat disimpulkan bahwa
dihasilkan kekuatan sambungan yang sangat baik.
Tujuannya untuk menganalisa kemungkinkan peluang untuk alih teknologi dari
teknologi pengelasan SMAW ke teknologi las gesek. Penelitian ini akan dilakukan analisa
pengaruh variasi kekuatan tempa terhadap perubahan struktur mikro dan sifat mekanik
pada bahan baja St 41 yang nantinya diharapkan dapat sebagai dasar pegoperasian las
gesek dalam memproduksi produk pengunci pintu mobil box. Ruang lingkupnya
mengkaitkan perubahan sifat mekanik dan struktur mikro pada pengelasan gesek untuk
dipakai sebagai dasar pengoperasian las gesek
Studi Pustaka
Metode las gesek ini, panas yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan energi dari
energi mekanik ke energi termal untuk membentuk lasan, tanpa mendapat panas dari
sumber yang lain. Dalam gambar 2 ditunjukkan cara pengelasan dua poros. Tahapan
proses adalah sebagai berikut : salah satu poros diputar tanpa bersentuhan dengan poros
yang lain, dengan memutar pemegang (rotating chuck), selanjutnya poros satu sama lain
disentuhkan sehingga timbul panas akibat gesekan, kemudian putaran dihentikan, poros
diberi gaya tekan aksial, dan sambungan las terbentuk.
Lima faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan dengan metode las gesek yaitu
kecepatan putaran, tekanan aksial (tekanan gesekan dan tekanan tempa), durasi
pengelasan, propertis material, kondisi permukaan benda kerja.

Gambar 2. Proses pengelasan


metode las gesek (Spinler, 1994)

denga

Gambar 3. Pemilihan parameter dengan waktu


Gambar 4. Daerah las (a) Pengelasan Fusi (b)
untuk
ketiga fase dari
las gesek
(Spinler,
1994)gerakan padaNon friction
Fusi. (Navar,
A., 2002)
Berdasarkan
bentuk
kurva
gesek,
welding
akan di bagi

menjadi tiga fase yaitu: Fase 1 : fase gesekan awal (friction phase), Fase 2 : fase berhenti
(stoping phase) dan Fase 3 : fase penempaan / Upset (forging phase)

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET07 - 2

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Jika dibandingkan dengan metode las fusi maka hasil pengelasan dapat dilihat pada
gambar 4.
Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir pada gambar 5
Studi lapangan

Studi literatur

Persiapan sampel uji

Persiapan las gesek

Pemotongan sampel Uji

Tekanan gesek : 7,33 kgf/cm2, Durasi Waktu gesek : 45 detik


Tekanan tempa : 36,56 ; 45,70 ; 55,04 kgf/cm2
tidak

Siap uji
ya
Pembuatan sampel uji

Uji Metallografi

Uji Kekerasan

Uji Puntir

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 5. Diagram alir percobaan

Sampel Uji
Sampel uji terbuat dari baja ST 41 dengan plat baja karbon. Bahan St41 berbentuk
silindris pejal dengan diameter 15 mm yang disambung dengan plat baja karbon dengan
panjang sisi 40 mm dan tebalnya 10 mm

Gambar 6. (a). Sampel uji baja silindris St 41 dengan plat baja karbon (b) mesin las gesek yang digunakan
proses penyambungan dua buah material berbeda bahan dan bentuk, dengan proses operasional putaran
poros utama 4125 rpm, tekanan gesek 7,33kgf/cm.2, waktu gesek 45 detik, dan tekanan tempa bervariasi
2
2
2
antara lain 36,56 kgf/cm. , 45,70 kgf/cm. , 55,04 kgf/cm. , (c) foto proses penyambungan dengan las gesek

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET07 - 3

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Analisa dan Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil Uji Metallografi
Hasil uji metalorgrafi didapatkan bahwa struktur mikro logam pada gambar 7,8,9

Logam Induk

Logam HAZ

Logam Las

Gambar 7. Struktur mikro pada logam induk , HAZ dan logam las pada baja St41 dan baja karbon yang
disambung dengan las gesek dengan proses operasional putaran poros utama 4125 rpm,
tekanan gesek 7,33kgf/cm.2, waktu gesek 45 detik, dan tekanan tempa 36,56 kgf/cm.2

Logam HAZ

Logam Induk

Logam las
HAZ

Gambar 8. Struktur mikro pada logam induk , HAZ dan logam las pada baja St41 dan baja karbon yang
disambung dengan las gesek dengan proses operasional putaran poros utama 4125 rpm,
tekanan gesek 7,33 kgf/cm.2, waktu gesek 45 detik, dan tekanan tempa 45,70 kgf/cm.2

Logam HAZ

Logam Induk

Logam las
LAS
HAZ

Gambar 9. Struktur mikro pada logam induk , HAZ dan logam las pada baja St41 dan baja karbon yang
disambung dengan las gesek dengan proses operasional putaran poros utama 4125 rpm,
2
2
tekanan gesek 7,33 kgf/cm. , waktu gesek 45 detik, dan tekanan tempa 55,04 kgf/cm.

Perbedaan besar butir Kristal ini terjadi adanya panas karena gesekan dan adanya
tekanan tempa. Terlihat bahwa semakin besar tekanan tempa terlihat struktur mikro
dengan butir Kristal yang semakin kecil. Adanya tekanan tempa logam yang bergesekan
akan meningkat temperaturnya dan mengalami deformasi plastis. Semakin tinggi tekanan
tempa akan menghasilkan up set semakin besar dan panjang benda uji semakin pendek.
Hasil Uji Kekerasan
Hasil uji kekerasan dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 1. Hasil uji kekerasan
No

1
2
3

Gesekan
Tekanan Gesek
Waktu
Gesek (detik)
kgf/cm

7,33

45

Temp

(C)
570
583
592

Tempa
Tekanan Tempa
kgf/cm

36,56
45,70
55,04

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

Titik Identasi (HRB) rata2


Logam
HAZ
LAS
Induk

68
68
68

57,5
61
65

53
60
63
MET07 - 4

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Gambar 10. Grafik hasil uji kekerasan dengan


parameter waktu gesek 45 detik dan tekanan tempa
2
2
2
36,56kgf/cm ; 45,70kgf/cm ; 55,04kgf/cm

Gambar 11. Grafik hasil uji puntir rata-rata dengan


parameter waktu gesek 45 detik dan tekanan tempa
2
2
2
36,56kgf/cm ; 45,70kgf/cm ; 55,04kgf/cm .

Semakin tinggi tekanan tempa kekerasan logam induk tidak terpengaruhi, namun daerah
HAZ dan logam las terlihat semakin tinggi .
Hasil Uji Puntir
Hasil uji puntir dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 2 Hasil Pengujian Puntir
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Friction
Tekanan gesek
Waktu
kgf/cm2
gesek (detik)

Forging
Tekanan Tempa
kgf/cm2

Temp (C)

Torsi
(kgf.m)

576
572
569
580
586
583
591
595
594

13,5
13
11
15,1
17,2
16,5
17,4
19
17,9

36,56
7,33

45

45,70
55,04

Rata-rata
12,5

16,26

18,1

Semakin tinggi tekanan tempa terlihat bahwa nilai torsi semakin tinggi. Adanya kenaikan
hasil nilai torsi ini memperlihatkan bahwa semakin tingginya tekanan tempa, deformasi
yang terjadi semakin tinggi juga, juga terlihat semakin pendeknya panjang sampel uji.
Proses las gesek merupakan kombinasi panas dan tekanan. Panas yang terjadi relative
sama karena durasi waktu gesek sama yaitu 45 detik. Namun hasil pengukuran terlihat
adanya perbedaan temperatur. Perbedaan ini karena banyak factor yang mempengaruhi.
Pembahasan
Secara prinsip ada tiga faktor yang mampu merubah struktur mikro logam. Pada
penerapan las gesek dalam proses penyambungan dua buah logam yang berperan
besar adalah tekanan tempa. Dengan adanya tekanan tempa maka akan terjadi
deformasi plastis. Tekanan tempa ini pertama tama memungkinkan adanya udara
diantara kedua permukaan yang bergesekan akan keluar. Semakin besar tekanan tempa
akan menimbulkan deformasi plastis seiring terbentuknya up set. Up set semakin besar
akan berpengaruh terhadap menurunnya ukuran panjang sampel uji. Semakin besar up
set akan semakin kuat sambungan dua buah logam yang disambung dengan metode las
gesek. Kekuatan sambungan ini telah diperlihatkan melalui uji puntir. Semakin besar
tekanan tempa hasil uji puntir semakin besar. Kekuatan sambungan ini dimungkinkan
karena struktur mikro kedua benda kerja yang disambung telah mengalami diffusi yang
baik. Kekuatan sambungan juga bisa dilakukan uji tarik, namun pada penelitian ini
kekuatan tarik tidak dilakukan mengingat bentuk benda kerjanya. Jika dikaitkan dengan uji
kekerasan maka terlihat bahwa kekerasan pada daerah yang telah mengalami banyak
Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti
Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET07 - 5

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

deformasi plastis semakin keras. Semakin besar tekanan tempa akan berdampak
semakin besar deformasi plastis, maka nilai kekerasan terlihat sesuai. Deformasi plastis
terbesar pada daerah las, kemudian HAZ sedangkan logam induk tidak terdapat diformasi
plastis.
Jika dibandingkan dengan sambungan las SMAW maka tentunya akan sesuai
dengan teori dan ini dapat dijelaskan sesuai penjelasan pada pada gambar 4. Mengingat
kelebihan dari las gesek dan hasil struktur mikro dan sifat mekanik yang kompetitif
terhadap hasil las SMAW maka las gesek berpotensi untuk dapat menggantikan metode
las fusi. Pencapaian kekuatan uji puntir mampu menebus angka hasil puntir rata2 sebesar
18,1 kgf.m bahkan satu angka hasilnya 19 kgf.m. Sedangkan SOP pada metode las
gesek akan dapat diacu sesuai dengan gambar 3.
Kesimpulan
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa :
1. Metode las gesek berpotensi untuk dapat dijadikan alternatif proses manufaktur
komponen pengait pada mobil box.
2. Tekanan tempa sebesar 55,04 kgf/cm2 dapat direkomendasikan untuk proses
operasional las gesek dengan durasi waktu 45 detik dan tekanan gesek 7,33 kgf/cm2
3. Nilai tertinggi kekuatan puntir sebesar 18,1 kgf.m.
Ucapan Terima kasih
Terima kasih pada penyelenggara program LPPM Dikti yang telah memberikan
kepercayaan dalam program IbM tahun 2013 dengan topik IbM kelompok Usaha
komponen otomotif, juga mahasiswa Rizki Agung Setiawan yang ikut bersinergi dalam
program ini yang dikaitkan dengan tugas akhir D3 Teknik Mesin FTI ITS.
Daftar pustaka
Akbari mousavi and Rahbar kelishami, 2008, Experimental and Numerical Analysis of the
Friction Welding Process for the 4340 Steel and Mild Steel Combinations, Welding
Research, volume 87, July 2008, p.178-186.
Dwi Agus santoso, 2011, Analisa pegaruh tekanan tempa terhadap struktur mikro dan
sifat mekanik baja St41 dengan menggunakan metode direct-drive friction welding
sebagai alternative pembuatan front spring pin T-120,Progdi D3-Mesin, ITS, Surabaya.
Ho Seung Jeong dkk., 2010, Inertia friction welding process analysis and mechanical
propeirties evaluation of large rotor shaft in marine turbo charger, International journal of
precision engineering and manufacturing volume 11, no.1 , page 83-88.
Kalpakjian, Serope. 2001, Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth
edition. Pearson Prentice Hall International.
Navar, A., 2002, The Steel Handbook, McGraw Hill, New York.
Rendy Budi Hartanto, 2013, Analisa pengaruh waktu gesekan terhadap sifat mekanik dan
struktur mikro pada produk spring pin Material St41 dengan metode direct-drive friction
welding, Progdi D3-Mesin, ITS, 2013
Spinler, 1994, What Industry Needs to know about Friction Welding, Welding Journal,
march,p. 37 42.
Tatkala Sanggra Bhakti, 2012, Analisa pengaruh waktu gesek terhadap struktur mikro dan
sifat mekanik Baja St41 sebagai alternative pengganti proses produksi produk Front
spring pin dengan metode direct drive friction welding, Progdi D3-Mesin, ITS, Surabaya.

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET07 - 6

Anda mungkin juga menyukai