Anda di halaman 1dari 26

ANALISA RANGKAIAN ARUS SEARAH

Elektronika adalah teknik yang menerapkan kelakuan arus listrik yang mengalir dalam
suatu devais seperti pada tabung elektron dan devais semikonduktor (dioda, transistor, op-amp,
gerbang elektronik, dll) akibat medan listrik maupun medan magnet, seperti Hall Effect sensor
dan Hall Effect switch.
Dalam elektronika, suatu devais (komponen) elektronika bisa dikelompokkan menjadi
komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif, yaitu komponen elektronik yang tidak
terdapat sumber listrik (sumber arus/tegangan). Beberapa contoh komponen pasif adalah
hambatan, induktor, kapasitor, termistor, fotoresistor, saklar (toggle, push-button, rotary), relay,
moving coil konektor, dll.
Sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika yang memiliki sumber listrik
internal (sumber tegangan, sumber arus). Beberapa contoh komponen aktif adalah devais
semikonduktor (misalnya dioda, transistor, UJT (uni junction transistor), FET (field effect
transistor), op-amp, fototransistor, tabung elektron, dll ). Penggunaan devais elektronika sering
kali lebih unggul dibandingkan dengan devais mekanik maupun elektromekanik. Beberapa
keunggulan devais elektronik tsb diantaranya adalah:

pada devais elektronik tanggapan terhadap waktu jauh lebih cepat dibandingkan
dengan devais mekanik apapun. Contoh: Saklar elekronik dibandingkan dengan

saklar mekanik.
tanggap terhadap perubahan besaran fisis seperti pada perbedaan suhu, gaya, warna,

dll sehingga dapat dipergunakan sebagai sensor.


dapat mengambil sinyal input listrik yang kecil dan memperkuat sinyal tsb dengan

karakteristik yang sama, sehingga informasinya tidak hilang.


dapat memiliki sifat sebagai konduktor listrik pada suatu arah tertentu dan bersifat
sebagai isolator pada arah yang lainnya.
Devais elektronika beroperasi berdasarkan ide pengontrolan arus dari partikel

bermuatan. Dengan demikian material yang dipergunakan untuk devais elektronika harus
mampu menghasilkan sumber partikel bermuatan dan mudah dikontrol. Pada devais
semikonduktor partikel bermuatan itu adalah elektron dan hole, sedang pada tabung transistor
adalah elektron.
Perpindahan muatan terjadi akibat drift dan difusi. Arus drift adalah perpindahan
muatan akibat adanya medan listrik, sedangkan arus difusi adalah perpindahan muatan akibat
distribusi muatan yang tidak uniform (gradien konsentrasi muatan).
Perkembangan elektronika itu demikian pesatnya, barangkali perkembangan elektronika
bisa ditandai dengan dengan penemuan tabung sinar katoda oleh Hittorf dan Crookes pada
tahun 1869.
Hal 1

Perkembangan ini terus belanjut sampai saat ini sebagai akibat dari berbagai kontribusi
oleh para ilmuwan matematika, fisika, teknik dan para penemu lainnya. Perkembangan ini
diantaranya ditunjukkan dalam tabel sbb:
Tabel 1 Ringkasan Perkembangan Teknologi Elektronika
Ta
hun
18

Inventor

Catatan

Hittforf dan Crookes

Mempelajari tabung sinar katoda

Maxwell

mengembangkan

69

18

radiasi

T.A. Edison

elektromagnetik
mengamati konduksi elektronik di

Hertz

dalam vakum
mendemontrasikan

83
18

teori

88

keberadaan

gelombang radio seperti yang diprediksi


18

J.J. Tompson

19

Marconi

oleh Maxwell
menentukan e/m dari elektron

97
01

melakuan komunikasi wireless di


lautan

19

Einstein
Fleming

04

Atlantik
menemukan efek fotolistrik
membuat tabung elektron
pertama,

19

DeForrest

06

yaitu

detektor

memanfaatkan efek Edison


menemukan trioda

yang

dioda
yang

yang
dipakai

sebagai
19

Amstrong

12

amplifier
regeneratif detektor yang sensitif dan
oscilator
menemukan tabung gambar

19

Zworykin

19

Zworykin

menemukan fotomultiflier

Watson-Watt

ide

24
39
pembuatan

RADAR

(radio

detection and
19
46

Eckert dan Mauchly

ranging)
membuat

ENIAC

(Electronic

Numerical
Integrator and Computer) dengan
menggunakan 18.000 tabung transistor
Hal 2

19
47
19

Shockley, Bardeen dan

menemukan transistor dari bahan

Brattain
Townes

53

semikonduktor
memanfaatkan konsep Einstein (1917)
Untuk

membuat

MASER

(microwave

amplification of the stimulated emission and


19

Pearson

19

Kilby

radiation)
menemukan solar-cell

54
58

membuat rangkaian aktif dan pasif


secara

19

Noyce

serentak
memberikan ide pembuatan rangkaian

19

Maiman

mengembangkan LASER ruby, ide

19

Hoff

58
60
69

dari Townes dan Schawlow


membuat mikroprosesor yang setara
ENIAC
dalam satu chip silicon
memprediksi kematian elektronik, jika

Feymann.
dapat

mengatur pergerakan elektron per


individu

A. Besaran Elektronik
Rangkaian listrik sangat diperlukan untuk mengatur transfer energi dari dan ke suatu
devais elektronik. Devias itu dipergunakan untuk menghasilkan, memperkuat, memodulasi
dan mendeteksi sinyal elektronik. Untuk mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lain
atau untuk mengubah suatu bentuk informasi ke bentuk informasi lain diperlukan suatu
transducer. Contohnya:
a. microphone dipakai untuk mengubah energi suara menjadi energi listrik.
b. speaker digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara.
c. tabung CRT (Cathode Ray Tube) dipakai untuk mengubah informasi yang tersimpan
di dalam memori solid-state menjadi informasi grafis di layar.
d. CCD (Charge Couple Device) dipakai untuk mengubah informasi visual menjadi
informasi listrik.
Sekumpulan devais elektronik yang membentuk suatu rangkaian untuk maksud tertentu
dikenal sebagai sistem. Contoh pada system komunikasi terdiri atas:
1. mikrofon sebagai transducer.
Hal 3

2. osilator yang menghasilkan frekuensi tinggi sebagai frekuensi carrier (pembawa).


3. modulator yang berfungsi menggabungkan (modulasi) gelombang bunyi agar dapat
ditumpangi oleh gelombang pembawa.
antena yang dipergunakan untuk meradiasikan gelombang electromagnet.
antena penerima.
detektor yang dipergunakan untuk memisahkan sinyal yang diinginkan dari pembawa.
amplifier untuk memperkuat sinyal.

4.
5.
6.
7.

8. power supply.
9. speaker untuk mengubah sinyal arus listrik menjadi replika dari sinyal akustik aslinya.
Sistem ini direpresentasi sbb:

xxxxxxxxxxx

Untuk mempelajari suatu sistem termasuk elektronika pertamatama perlu mengetahui


besarannya, sistem satuan, simbol dan singkatan yang dipakai untuk besaran tsb. Umumnya
menggunakan sistem satuan SI (system International).
Untuk menganalisa suatu sistem elektronika dapat dilakukan dengan analisa DC (direct
current), analisa AC (alternating current), analisa transient dan analisa frekuensi domain.
Analisa rangkaian DC berkaitan dengan besaran arus dan tegangan konstan, terutama
digunakan untuk pemberian tegangan (pembiasan) pada suatu devais elektronik. Sedangkan
analisa rangkaian AC berkaitan dengan sinyal arus dan tegangan yang bervariasi terhadap
waktu dengan nilai rataratanya
terhadap waktu sama dengan nol. Besaran listrik AC dengan nilai rata-rata bukan nol
juga penting, terutama pada saat pembahasan filter.
Tabel 2 merupakan beberapa besaran elektronik yang sering dipergunakan, berikut
notasi, satuan dan definisinya.
Pembawa muatan negatif adalah elektron, masing-masing muatan yang dibawa adalah
sebesarn 1,602 x 10-19 C. Kuat arus 1 A adalah perpindahan muatan sebesar 1 C tiap detik,
atau ada perpindahan elektron sebanyak 6,24 x 1018 elektron tiap detiknya. Perhatikan bahwa
kita mengalami kesukaran mengukur arus listrik sebesar 1 pA, padahal pada arus listrik
sebesar itu terdapat lebih dari 6 juta elektron yang berpindah tiap detiknya.

Tabel 2 Besaran Elektronika Umum


N

Besaran

Satuan

Keterangan
Hal 4

Fisis
1

otasi
Muatan

Listrik
2
Gaya

Coloumb4

Qe = - 1,602 x 1019 C

(C)
F

12= 1 Q1 Q2 e^
F
4 0 r 2 r

E=
Q

newton

Listrik
Medan

(N)
V/m, N/C

Listrik
Energi

kWh; joule

W=P t
b

Q Q
e^ .
dl
W =
F .
dl= 1 2 2
4

r
a
0 a
r

Kerja tidak bergantung pada


lintasan yang dilalui oleh muatan.
Kerja yang dilakukan oleh muatan
dalam satu lintasan tertutup sama
dengan nol konservatif.
5

Beda

V2

volt (V)

21= V 2V 1= dV = E . ds

Tegangan

V1

(beda

kerja yang dilakukan muatan listrik

potensial)

untuk melawan medan listrik E


untuk memindahkan satu unit
6

Arus

Listrik

ampere
(A) = coloumb/s

muatan dari titik 1 ke 2.


dq
I=
dt
perpindahan muatan persatuan

7
8

Daya
Medan

P
B

magnet
9
Fluks
.

waktu
P = V 2V 1 . I

Watt = J/s
T

Wb

B . ds

magnetic

Sedangkan Tabel 3 merupakan beberapa contoh komponen listrik pasif, berikut notasi
dan simbul yang dipakai.
Tabel 3 Beberapa Komponen Pasif
Komp
onen

No

Simbol

Satuan

Keterangan

tasi
Hal 5

Hamb

ohm =

atan

V = R.I
Untuk
hambatan

R
linear

konstan

(ohmic),

sedangkan jika R tidak konstan


hambatan tak
Kapas

farad = F

Induk

henry = H

itor

linear (non ohmic)


dV
I =C
dt
V =L idt

tor

Konduktivitas Listrik
Elektron dalam metal terus-menerus bergerak, arahnya berubah jika terjadi tabrakan.
Secara netto jumlah elektron yang berpindah pada suatu luas penampang besarnya nol
akibatnya arusnya juga nol. Mudah atau sukarnya suatu bahan dialiri oleh arus listrik
bergantung pada konduktivitas listrik dari bahan tsb. Secara matematik relasi antara rapat arus
J

( J= AI )

dengan medan listrik (E) yang bersifat linear yang dinyatakan sebagai: J = E.

Dengan pemberian medan listrik ini akan berakibat elektron akan bergerak dengan kecepatan
drift sebesar v = E, dengan : mobilitas elektron.
Gambar berikut menunjukkan N elektron pada konduktor sepanjang L dengan luas
penampang A.

Konduktivitas listrik bergantung pada material yang digunakan,


suhu, tekanan dan besaran fisis lainnya.
Andaikan sebuah elektron dipercepat secara bebas selama waktu , elektron ini akan
bertabrakan dengan atom atau elektron lainnya, percepatan elektron itu adalah:
a=

F eE
m m
Hal 6

Untuk percepatan konstan, kecepatan elektronnya adalah:


v=

eE
m

Jika kerapatan elektron di dalam konduktor itu adalah n, maka kerapatan arusnya
adalah:
n e2 E
J =nev =
m
Konduktivitas bahan bergantung pada jumlah elektron bebas dan waktu tumbukan ratarata, yaitu:
=

n e2
=ne
m

dengan : mobilitas.
Dengan cara lain, bisa diambil dari definisi kerapatan arus, yaitu
J=

I Nev
=
=nev =neE=E
A LA

Dengan n : konsentrasi electron n=

ev ev
=
LA V

= ne : rapat muatan,
: konduktivitas J = E Hukum Ohm.
= nev
Resistivitas
Resistivitas adalah kebalikan dari konduktivitas,

sedangkan hambatan dari

suatu konduktor adalah integrasi dari resistivitas per unit luas penampang untuk sepanjang
suatu konduktor tsb,

R=

dl . Untuk konduktor uniform dengan panjang L, luas


A

penampang A, hambatannya adalah

R=

l
A

Contoh: Pada tembaga, diketahui:


jumlah elektron bebas n = 8.5 1028 m3 , dan
hambat jenis-nya =1.7 108 m atau
mobilitasny

1
=4,3 103 m2 /Vs
ne

Andaikan pada kawat tembaga itu dialiri arus dengan:

Hal 7

A/ m 2

kerapatan sebesar 1,00 104

artinya di kawat itu ada medan listrik

sebesar
E = J =1.7 106 V/m dan elektron bergerak dengan kecepatan drift sebesar
v=

J
=7,3 105 m/s
ne

Sehingga dapat dihitung


waktu rata-rata antar tumbukan sebesar =

mv
=2,4 1014 s
eE

Contoh: Pada kondisi tipikal cuaca normal ada medan listrik sebesar 100 V/m yang arahnya
ke bawah (menuju pusat bumi). Tentukan muatan ekivalen di pusat bumi dan resistivitas
atmosfir jika total arus yang mengalir di atmosfir itu ke bumi adalah sebesar 2000 A.
Dari medan listrik

E=

1 Q
4 0 r 2

artinya Q=4 0 r 2 E
10

diketahui jari-jari bumi r = 6.4 106 m dan 4 0=1,1

10 C
2
Nm

, diperoleh

Q=4,55 105 C
1 E
4r
Resistivitas dihitung dari = = =E
J
I

Sehingga diperoleh =2,6 1013 m isolator


Hambatan
Hampir semua aplikasi elektronika menggunakan hambatan (resistor). Hambatan
digunakan pada amplifier sebagai beban, rangkaian bias, dan elemen umpan balik. Jika
digunakan bersama dengan kapasitor dipakai untuk mengatur time constant, dan bertindak
sebagai pengaturan frekuensi cut-off dari filter.
Untuk rangkaian sumber daya, hambatan digunakan untuk:

mengurangi tegangan,
mengukur tegangan, dan
untuk men-discharge energi yang tersimpan di kapasitor,
segera setelah sumber daya dilepas.

Untuk sistem logika digital, hambatan digunakan sebagai


bus dan line terminator,
hambatan pull-up maupun pull-down.
Demikian juga pada rangkaian radio, hambatan seringkali digunakan bahkan sebagai
coil (induktor). Secara sederhana, hambatan dapat dianggap sebagai devais linear, mengikuti
Hal 8

hukum Ohm, yaitu resistivitas tak bergantung (konstan) terhadap medan listrik yang
diberikan atau arus kerapatan arus
E=J
atau

( VI )=( RAI )( AI )
Sehingga persamaan ini dapat dinyatakan sebagai:
V = R I,
Dalam rangkaian listrik, hukum Ohm dapat digambarkan sbb:

Persamaan di atas ini digunakan untuk sinyal arus DC, sedangkan untuk sinyal AC,
v(t) = R i(t),
dengan

V : tegangan DC, invarian terhadap waktu,


v(t) : tegangan AC, varian terhadap waktu,
I : arus DC, invarian terhadap waktu,
i(t) : arus AC, varian terhadap waktu,
R : hambatan, suatu besaran konstan.

Ada banyak divais atau komponen yang tidak mengikuti hokum Ohm. Berdasarkan
hukum Ohm, hubungan antara tegangan dan arus bersifat linear, jika hubungannya tidak
linear, maka devais itu dikenal sebagai devais non-ohmik. Untuk divais ini representasi grafis
diperlukan, seringkali dinyatakan sebagai kurva karakteristik V-I dari divais yang
bersangkutan.
Pada komponen RLC pasif, ada beberapa sifat yang perlu diingat, diantaranya adalah:
Hambatan adalah ukuran kemampuan dari suatu devais untuk mendisipasi energi
secara irreversibel (PR = R i2).
Induktansi adalah ukuran kemampuan dari suatu devais untuk menyimpan energi
dalam medan magnet (WL = L i2).
Kapasitansi adalah ukuran kemampuan dari suatu devais untuk menyimpan energi
dalam medan listrik (WC = C v2).
Energi yang tersimpan dalam elemen listrik bersifat kontinu terhadap waktu.
Arus dalam induktor tidak boleh berubah sesaat
Tegangan pada kapasitor tidak boleh berubah sesaat.
Hal 9

Pembahasan kapasitor dan induktor diberikan pada bab berikutnya.


Catatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam elemen listrik, misalnya hambatan diantaranya
adalah Rating dan nilai standar.
1. Rating
Sebuah komponen ada batas kerja operasinya, dinyatakan dalam rating, umumnya
dinyatakan dalam Pmax. Jika dioperasikan melewati rating tsb maka komponennya akan
rusak. Untuk hambatan arus maksimum dinyatakan sebagai:
I max=

P max
R

sedangkan tegangan maksimum pada hambatan tsb adalah :


V max =Pmax R
Contoh: R = 47 k dengan rating daya 0,25 watt, diperoleh

I max = 2,31 mA dan V max =

108 V.
2. Nilai standard
Nilai komponen elektronika telah dibakukan misalnya dengan standar E12 untuk
toleransi 10% dan E24 untuk toleransi 5%. Pada standar E12 besarnya nilai komponen naik
dengan kelipatan
kelipatan

10

1/ 24

101/ 12

= 1,21 sedangkan untuk standar E24 nilainya naik dengan

= 1,1. Untuk standard E3, nilai komponen yang bernilai dari 10 hingga

100 adalah:
10, 22, 47, dan 100.
Sedangkan untuk standard E6, nilai komponen yang bernilai dari 10 hingga 100 adalah:
10, 15, 22, 33, 47, 68, dan 100.
Berikut ini adalah urutan nilai untuk standar E12 untuk komponen bernilai dari 10 hingga
100.
10, 12, 15, 18, 22, 27, 33, 39, 47, 56, 68, 82 dan 100.
Sedangkan urutan untuk standar E24:
10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 43, 47, 51, 56, 62, 68, 75, 82,
91 dan 100.
Disamping itu ada standar E48 dan E96.
Umumnya bahan yang digunakan untuk membuat hambatan adalah karbon, film metal,
film karbon dan wire wound. Hambatan wire-wound memiliki presisi tinggi (0.01 1%) dan
dengan rating
Hal 10

daya yang juga tinggi, namun ukurannya besar dan bersifat induktif sehingga tidak
dapat digunakan untuk frekuensi tinggi ( <1 kHz).
Hambatan film metal juga memiliki presisi tinggi (0.1 1%) dan relatif stabil. Namun
bersifat kapasitif sehingga tidak dapat digunakan untuk frekuensi tinggi ( < 1 MHz).
Sedangkan hambatan karbon relatif umum digunakan, karena murah dan relatif dapat
digunakan untuk berbagai rentang frekuensi, namun tingkat ke-presisi-annya rendah (5
20%) dan juga relative tidak begitu stabil.
Nilai hambatan yang tersedia adalah 0,01 hingga 1012 dengan kemampuan daya
dari 1/8 watt hingga 250 watt dan dengan toleransi 0,05% hingga 20%. Standar nilai
menggunakan E24 (5%), E48(2%) dan E96(1%).
Kode warna untuk hambatan adalah sbb:

Gambar 1, Kode Warna Hambatan untuk Empat dan Lima Pita


Tipe Resistor:
1. Hambatan Tetap
a. Carbon film resistor
b. Metal film resistor

c. Wirewound

d. Ceramic or Cement
Hal 11

e. Single In Line (SIL) network

2. Hambatan Variabel (Potensiometer)

Nilai R menunjukkan nilai maksimum dari hambatan variabel.


3. Elemen CdS nilainya bergantung pada intensitas cahaya yang
mengenai bahan tsb.
4. Thermistor (Thermally sensitive resistor)
a. NTC (Negative Temperature Coefficient) Thermistor
b. PTC (Positive Temperature Coefficient) Thermistor
c. CTC (Critical Temperature Coefficient) Thermistor
Dari bahan pembuat hambatan, dapat dipastikan bahwa suatu hambatan real memiliki
sifat tidak hanya sebagai hambatan saja, melainkan merupakan kombinasi sifat lainnya seperti
kapasitor atau induktor.
Batere
Tipikal batere kimiawi yang tersedia adalah 1 15V. Komposisi kimiawinya yang
menentukan kerapatan energi dan waktu hidup batere. Beberapa komposisi kimiawi batere
diantaranya adalah zinckarbon, Hg, alkalin, nikel-kadmium, lithium, metal hidide, dll. Waktu
hidup batere ditentukan dari nilai energinya, yang dinyatakan dalam mAh.
Diagram Skematik
Diagram skematik terdiri atas komponen listrik ideal yang menggambarkan sifat-sifat
dari rangkaian aktual. Tegangan listrik selalu diukur terhadap suatu titik acuan. Beda
tegangan di suatu
komponen elektronik menunjukkan perbedaan tegangan antara kedua terminal pada
komponen elektronik tsb, sedangkan tegangan pada satu terminal menunjukkan bahwa
tegangan itu diacu pada titik ground.
Ground dinyatakan sebagai bumi yang dianggap sebagai tempat pembuangan listrik
secara tak berhingga (infinite electrical sink) tanpa terjadi perubahan sifat listriknya jika ada
pemberian muatan ataupun pelepasan muatan.
Hal 12

Tegangan pada ground dipilih sebesar 0 volt. Namun kadangkala tegangan acuan tidak
sama dengan nol, biasanya disebut tegangan acuan common (common reference voltage).
Secara skematik Ground ditunjukkan seperti pada

Gambar 2. Simbol Ground (a) ground bumi, (b) ground chasis, (c) common

B. Rangkaian Listrik
Hambatan dapat dirangkai secara seri, paralel maupun rangkaian kombinasi. Pada
rangkaian kombinasi tidak dapat dikelompokkan sebagai rangkaian seri maupun paralel,
sehingga untuk menghitung/menganalisanya perlu teknik perhitungan tersendiri seperti
memanfaatkan hukum Kirchoff, atau menggunakan teorema rangkaian.
Rangkaian Seri
Ciri komponen dipasang secara seri adalah arus yang mengalir pada masing-masing
komponen besarnya sama.

( V 3V 2 ) + ( V 2V 1 )=V 3 V 1
R1 I + R2 I =R s I R s=R 1+ R 2
Atau
V = V i=I Ri
Rs = Ri
Jika seandainya ada sebuah hambatan yang bernilai
nilai hambatan lainnya, maka

Rj Rk

, dengan

Rk

adalah

Rs R j

Rangkaian Pembagi Tegangan


Pada rangkaian seri dapat dipergunakan sebagai pembagi tegangan, seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.

Hal 13

R2
A

R1 V out
B

Gambar 3, Rangkaian Pembagi Tegangan


Dari gambar di atas menunjukkan bahwa arus yang mengalir pada

R1 dan R 2 sama besar,

sehingga:
V out =

R1
V
R1 + R 2
R1 , R2 , dan R3

Sedangkan jika ada 3 buah

V , maka tegangan jatuh di hambatan

VR =
1

dipasang secara seri dengan sumber tegangan

R1 adalah:

R1
V
R 1+ R 2 + R 3

Contoh:
Tentukan tegangan V 2 dari rangkaian pembagi tegangan berikut ini.

Gambar 4, Contoh Penggunaan Rangkaian Pembagi Tegangan


Jika arus yang mengalir ke ground dari tegangan
V 2=I R 23

Ohm:

, dengan

diperoleh V = IR , dengan
V 2=

R23=

R 2 R3
R 2+ R 3

V2

adalah I, maka berdasarkan hukum

. Sedangkan dari tegangan sumber dapat

R=R 1+ R 23 . Dengan demikian V2 diperoleh:

R23
V
R1+R 23

R2 R 3
V
R1 R 2 + R 2 R 3 + R 3 R 1

Hal 14

Rangkaian Paralel
Ciri pada komponen dipasang secara paralel adalah beda tegangan pada masing-masing
komponen besarnya sama.

R1

R2

Rp

R3

Gambar 5, Rangkaian Hambatan Paralel dan Hambatan Ekivalennya


Pada rangkaian paralel berlaku:
1
1 1 1
= + +
R p R1 R2 R 3
Rangkaian paralel sering digunakan sebagai rangkaian pembagi arus, berlaku :
I 1 : I 2 : I 3=

1 1 1
: :
R 1 R2 R3

dan
1
R1
R 2 R3
I1 =
x I=
xI
1 1 1
R 1 R 2+ R 2 R 3 + R 3 R 1
+ +
R1 R2 R3

I 1 , I 2 , dan I 3 masing-masing adalah arus yang mengalir di

dengan

R1 , R2 , dan R3

I =I 1 + I 2+ I 3
atau
I = I i=
i

V
Ri

1 1
1
= =
Rp V
R
i
i

i Ri
R p=
Rj
i

ji

Jika seandainya ada sebuah hambatan yang bernilai


hambatan lainnya, maka

R j R k , dengan Rk

adalah nilai

Rp R j

Contoh:
Tentukan tegangan V 2 dari rangkaian pembagi tegangan berikut ini.

Hal 15

Gambar 6, Contoh Penggunaan Rangkaian Pembagi Tegangan


Jika arus yang mengalir ke ground dari tegangan
V 2=I R 23 , dengan R23=

Ohm:

diperoleh V = IR , dengan
V 2=

R 2 R3
R2 + R 3

V2

adalah I, maka berdasarkan hukum

. Sedangkan dari tegangan sumber dapat

R=R 1 + R23 .Dengan demikian V 2 diperoleh:

R23
V
R1+ R 23

R2 R 3
V
R1 R 2 + R 2 R 3 + R 3 R 1

Rangkaian Kombinasi
Yang dimaksudkan dengan rangkaian kombinasi di sini adalah suatu rangkaian yang
tidak dapat dikelompokkan sebagai rangkaian seri maunpun rangkaian paralel. Untuk
menganalisa rangkaian kombinasi dilakukan dengan langkah menggunakan hukum Kirchoff
atau teorema Node sebagai berikut:
1. tulis titik-titik simpul
2. tentukan arah arus (sembarang). Bila nanti dihitung ternyata berharga negatif maka
berarti

arah arus berlawanan dengan pemisalan.

3. gambarkan juga arah loop (sembarang/ biasanya dipilih searah


jarum jam).

Hukum Kirchoff
Dikenal ada ada dua, yaitu KCL (Kirchoff Current Law) dan KVL(Kirchoff Voltage
Law). Dasarnya adalah hukum kekekalan. Namun harus diingat bahwa penentuan kedua
persamaan Kirchoff secara sembarang tidak selalu menghasilkan satu set persamaan yang
independen. Cara berikut dapat digunakan untuk menghindari kemungkinan itu: Metoda
Titik Cabang (KCL)
a. Berikan nama semua arus di semua cabang (jangan kawatir dengan arah arus
sesungguhnya)
Hal 16

b. Gunakan semua loop dalam, dan hanya satu loop luar


c. Selesaikan sistem persamaan itu secara aljabar.
Sedangkan untuk metoda loop arus (KVL) dilakukan dengan variabel arus independen
diambil dari arus sirkulasi dari masing-masing loop dalam. Caranya adalah:
1. Berikan nama arus untuk semua arus dari loop dalam,
2. Nyatakan semua expresi tegangan dari loop dalam tsb,
3. Selesaikan sistem persamaan itu secara aljabar.
I 1 R1 1 I 2
I3
d
a

Gambar 7, Rangkaian Jembatan Wheatstone


KCL (Kirchoff Current Law) titik simpul / node
Jumlah kuat arus yang mengalir ke titik simpul sama dengan jumlah kuat arus yang
meninggalkan titik simpul tsb. prinsip kekekalan muatan
Simpul

1.

I 1 =I 2 + I 3

2.

I 2 =I 4+ I 6

3.

I 3 + I 4 =I 5

4.

I 5 + I 6=I 1

KVL (Kirchoff Voltage Law) loop tertutup


Dalam suatu loop tertutup, jumlah tegangan jatuh dalam loop tertutup tsb sama dengan
nol. prinsip kekekalan energi
Loop a: ( V o V 1 )+ ( V 1V 3 ) + ( V 3 V 4 ) + ( V 4V 0 )=0
I 1 R1 + I 3 R3 + I 5 R5 E0=0
b. ( V 1V 2 ) + ( V 2V 3 ) + ( V 3V 1) =0
I 2 R2 + I 4 R 4 + I 3 R3 =0
c . ( V 3 V 2 ) + ( V 2V 4 ) + ( V 4 V 3 )=0
I 4 R4 + I 6 R6I 5 R 5=0
Hal 17

Analisa Loop
I 1 =I a

Gantikan

I 2 =I b
I 3 =I a I b
I 4=I bI c
I 5 =I a I c
I 6 =I c
Dengan demikian persamaan di atas dapat diganti menjadi :
Loop a:
b.

I a R1 + ( I aI b ) R3 + ( I aI b ) R5E 0= 0
I b R2 + ( I bI c ) R 4 + ( I bI a ) R3= 0

c. ( I c I b ) R3 + I c R 6+ ( I c I a ) R5= 0
Selanjutnya diurutkan sesuai dengan jenis arus pada loop ybs menjadi
R
( 3)+ I c (R 5 )=E 0
I a ( R1+ R3 + R5 ) + I b
R
I a ( 3)+ I b ( R2 + R3 + R4 ) + I c (R 4 ) =0

R
( 5)+ I b (R4 ) + I c (R4 + R 6 + R5 )=E 0
Ia
Persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan matriks dengan persamaan matriksnya
adalah sbb:
R1R3 + R5
R 3
R5
R3
R 2+ R 4 + R 3
R 4
R5
R 4
R 4 + R 6 + R5

Ia
Ib
Ic

E0
= 0
0

Selanjutnya dihitung Ia, Ib dan Ic dengan metoda standar, misalnya dengan menggunakan
metoda Sorus.

C. Sumber Tegangan, Arus dan Daya


Sumber listrik dikenal ada sumber arus, tegangan dan daya, masing-masing
dikelompokkan menjadi sumber independen dan sumber dependen. Disini hanya dibahas
sumber tegangan dan sumber arus linear. Pada sumber linear dependen dikenal :
1. VCVS : Voltage Controlled Voltage Source; V = V be
2. CCVS : Current Controlled Voltage Source; V = I c
3. VCCS : Voltage Controlled Current Source;

I = V be
Hal 18

4. CCCS : Current Controlled Current Source;

I = I b

dengan , , dan dapat berupa suatu konstanta atau suatu fungsi, sedangkan Vbe, Ib, dan
Ic adalah sumber tegangan dependen dan sumber arus dependen yang dikontrol.

Gambar 10, Sumber Tegangan Ideal dan Non Ideal


Pada sumber tegangan ideal, hambatan dalamnya = 0 , Sedangkan pada sumber tegangan
non ideal, hambatan dalamnya 0 (ada/berhingga hambatannya).

IDEAL

REAL

Gambar 11, Sumber Arus Ideal dan Non Ideal


Sumber arus ideal :

hambatan dalamnya = (tak terhingga),

Sumber arus non ideal:

hambatan dalamnya 0 ( ada / berhingga hambatanya).

D. Teorema Rangkaian
1. Teorema Thevenin

Gambar 12, Ekivalensi Teorema Thevenin


Sembarang rangkaian kompleks dengan dua buah terminal output dapat digantikan
dengan sebuah sumber tegangan open circuit Vth yang diserikan dengan sebuah hambatan
Rth. Vth adalah beda potensial pada kedua titik tsb pada saat circuit terbuka, sedangkan Rth
adalah hambatan pengganti dari kedua titik tsb dengan semua sumber tegangan independent
dihubung singkatkan
Hal 19

dan sumber arus independen dibuka.


Contoh 1: Tentukan arus yang mengalir pada hambatan RL pada rangkaian berikut ini.

2. Teorema Norton

Gambar 13, Ekivalensi Teorema Norton dan Teorema Thevenin


Sembarang rangkaian kompleks dengan dua titik output dapat digantikan dengan sebuah
sumber arus

IN

sedang I N =

V th
.
RN

yang diparalelkan dengan sebuah hambatan

RN . Dengan

RN =Rth ,

Bukti: Dari teorema Thevenin: V ab (open)=V th


I ab ( short )=

V th
Rth
Hal 20

Sedang dari teorema Norton: V ab ( open )=I N R N


I ab ( short )=I N
Sehingga:

V th =I N R N
V th
=I
Rth N
Rth =R N

Contoh:
Tentukan arus yang mengalir di hambatan RL.

V th =I s R 1
Rth =R1 + R2
I L=

V th
R th + R L

3. Prinsip Superposisi
Bila terdapat dua atau lebih sumber (tegangan maupun arus), maka untuk
menganalisanya dilakukan dengan memperhatikan sumber tsb satu persatu secara bergantian
(seolah-olah berasal dari masing-masing sumber), dengan sumber lainnya seolah olah tak ada.
Sumber arus ditiadakan degan cara melepaskan/ memotong sumber arus tsb, sedangkan untuk
sumber tegangan dilakukan dengan menghubung singkatkan sumber tegangan tsb. Kemudian
dijumlahkan dari masing-masing sumber tsb.

Contoh :

Hal 21

V th1 =

R2
V
R1 + R2

Rth 1=

R1 R 2
R 1 + R2

I a=

V th 1
R th1 + R L

Jika berasal dari sumber arus saja

I b=

1
RL
1
1
+
Rth 1 RL
Rth 1=

R1 R 2
R 1 + R2

Simulasi Komputer

Hal 22

Untuk menganalisa sistem elektronika seringkali dilakukan denganmenggunakan


program komputer, ada banyak program diantaranyaadalah SPICE (Simulation Package for
Intergrated Circuit Emphasized), EWB (Electronics Workbench), dll.
Sebagai contoh mencari tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus yang
mengalir di hambatan beban RL dari rangkaian berikut ini.

Untuk mencari tegangan Thevenin, diukur tegangan di terminal AB dengan terlebih dahulu
melepas hambatan beban RL seperti dilakukan berikut ini.

Hasil simulasi ini diperoleh tegangan Thevenin sebesar Vth = 1.5 V


Sebaliknya untuk menentukan hambatan Thevenin dilakukan dengan membuang sumber,
untuk sumber tegangan dilakukan dengan menghubungkan singkat sumber tegangan dan
mengukur hambatan di terminal AB sepertiu ditunjukkan gambar berikut.

Diperoleh hambatan Thevenin sebesar Rth = 2 k.


Hal 23

Sehingga untuk menghitung arus yang mengalir di hambatan beban RL adalah sebesar 0.5
mA, seperti dilakukan sbb:

Hal 24

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Wijaya, Sastra. 2008. Diktat Kuliah Elektronika I. Depok : Kampus Fisika
FMIPA UI Salemba

Hal 25

Hal 26

Anda mungkin juga menyukai