Disusun Oleh:
Rindi Sulistyani (1513020)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang Peraturan dan Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
Saya
sangat
berharap
makalah
ini
dapat
berguna
dalam
rangka
membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PP 101 tahun 2014 ini merupakan pengganti PP yang lama tentang
Pengelolaan Limbah b3 yaitu PP 18/1999 Jumto PP 85/1999. Secara
umum ada pokok-pokok perubahan di PP 101 tahun 2014 ini. PP 101
tahun 2014 lebih detail dan lebih lengkap dibanding PP sebelumnya sbb:
1. Sanksi Lebih Berat dan Peraturannya Lebih Ketat
2. Bertambahnya Jenis Limbah Yang Dikategorikan Limbah B3
3. Pengelolaan Limbah B3 harus dilakukan secara terpadu karena dapat
menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup
lainnya dan lingkungan hidup.
4. Perusahaan penghasil Limbah B3 wajb bertanggungjawab sejak
Limbah
B3
dihasilkan
sampai
dimusnahkan
(from
cradle
to
dibuktikan
bahwa
perbuatannya
tersebut
telah
mencemari
lingkungan.
6. Pengetahuan tentang cara pengelolaan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait dengan
Limbah B3 dan pihak ke 3 yang bekerjasama dengan perusahaan.
7. Di Bagian Ketentuan Umum
8. Bagian Perpindahan Lintas Batas Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah
ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan
hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang
tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa
proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat
korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.
B. Rumusan Masalah
Apa
Apa
Apa
Apa
Apa
C. Tujuan
PP 85/1999
Mengetahui pokok-pokok perubahan di PP 74/2001
Mengetahui pokok-pokok perubahan di PP 101 tahun 2014
Mengetahui sumber-sumber limbah B3 berdasarkan peraturan yang
berkaitan dengan B3
Juncto
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peraturan-Peraturan Berkaitan Tentang B3
Hidup;
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo. Peraturan Pemerintah
merupakan
limbah
cair
atau aquous
liquid
waste.
Walaupun limbah itu berasal dari kegiatan industri, namun tidak semua
berkategori Limbah B3. Studi yang dilakukan oleh Dames & Moore untuk
mengkaji kelayakan.
Pusat pengolah limbah B3 di Cileungsi menghasilkan proyeksi total
limbah berbahaya di daerah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek)
pada tahun 1990 sebesar 1.984.626 ton (padat, cair dan gas). Selain itu,
survai limbah B3 yang berasal dari industri-industri di Otorita Batam
menyimpulkan bahwa:
Setiap
orang
kedaluwarsa,
yang
menghasilkan
pengelolaannya
limbah
mengikuti
B3
wajib
ketentuan
melakukan
pengelolaan
limbah B3.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
hal
masalah
lintas
batas
limbah
ini,
Indonesia
telah
dengan
perairannya
yang
terbuka,
Indonesia
sangat
Perdagangan
RI
No.
349/Kp/XI/92
tentang
impor limbah
Disamping itu, PP 18/1999 jo PP 85/1995 melarang impor limbah B3
kecuali dibutuhkan untuk penambahan kekurangan bahan baku sebagai
bagian
pelaksanaan
daur
-ulang
limbah.
Dengan
SK
Menteri
lingkungan
tahun
1960-an,
memaksa
Kongres
Amerika
untuk
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
reduksi,
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
dan
menanggulangi
pencemaran
dan/atau
kerusakan
akan
ditetapkan
kemudian
oleh
instansi
yang
permasalahan,
karena
izin
pengelolaan
limbah
B3
sumbernya meliputi:
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersiafat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik.
Sumber
limbah
tidak
spesifik
adalah
sumber
limbah
yang
atau
kegiatan
yang
secara
spesifik
dapat
ditentukan
PLTU
yang
mengunakan
bahan
bakar
batu-bara,
pembersih
desinfektan-kosmetik,
hewan/nabati
dan
derivatnya,
allumunium
chemical
allumunium
conversion
pengolahan
thermal
coating,
lemak
metallurgy-
peleburan
dan
penyempurnaan seng, prosers logam non-ferro, metal hardening, metalplastic shaping, laundry dan dry cleaning, IPAL industri, pengoperasian
insinerator limbah, daur-ulang pelarut bekas, gas industri, gelas
keramik/enamel, seal-gasket-packing, produk kertas, chemical-industrial
cleaning, foto- kop i, semua jenis industri yang menghasilkan dan
sekitarnya
(bandingkan
dengan
uraian
pada
PP74/2001).
Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah
satu sifat:
Limbah
yang
pada
keadaan
normal
tidak
stabil
dan
(termasuk
dapat
uap
air)
jumlah
yang
membahayakan
kesehatan
manusia
dan
lingkungan
Limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada pH antara 2 dan 12,5
dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang
kebakaran
karena
melepas
atau
Limbah
yang
beracun adalah
limbah
yang
sifat
racun
yang
digunakan
adalah
TCLP
(Toxicity
batas
aman
yang
memperhitungkan
probabilitas
karena
mengandung
kuman
penyakit
pengujian 55oC.
Mempunyai pH 2 untuk B3 bersifat asam, dan
atau pH 12,5 untuk B3 bersifat basa.
D220: limbah dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas dan
panas bumi. Asal limbahnya adalah slop minyak, drilling mud bekas,
sludge minyak, karbon aktif dan absorban bekas, sludge dari IPAL,
limbah PCB
D223: PLTU
yang
menggunakan
bahan
bakar
batubara.
Asal
pencemaran
dan
gangguan
kesehatan
terhadap
Penyempurnaan
keeping,
Substitusi bahan
penyimpanan
bahan
baku
dalam
proses house
Modivikasi proses
Serta upaya reduksi lainnya
Secara teknis operasional, maka pengelolaan limbah B3 menurut PP
mata rantai dalam pengelolaan limbah B3. Setiap mata rantai tersebut
memerlukan pengawasan dan pengaturan. Oleh karenanya, PP tersebut
mengatur masalah perizinan bagi mereka yang akan terlibat dalam
bisnis kegiatan operasional tersebut. Aspek pengawasan dan sanksi juga
diatur dalam kedua PP tersebut. Badan yang mempunyai kewenangan
untuk mengawasi pengelolaan limbah B3 tersebut di Indonesia adalah
sebuah instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian
dampak lingkungan. Sebelum dibubarkan beberapa tahun lalu, maka
Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan,
yang
dikenal
sebagai
limbahnya
atau
kepada
penimbun
pemanfaat
limbah
B3
limbah
(Ps9-4)
(Ps9-2)
yang
atau
mempunyai
pada
fihak
lain.
Demikian
juga
upaya
kegiatan
demikian,
penghasil
limbah
tidak
harus
menyerahkan
limbah.
dikatagorikan
PP
sedikit
ini
juga
mengatur
menghasilkan
penghasil
limbah
B3,
limbah
yang
yang
dikenal
dari 50 kg/hari,
maka
pengelola berikutnya
Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul, pemanfaat atau pengolah/penimbun limbah B3
Catatan tersebut wajib dilaporkan sekurang-kurangya sekali dalam
enam
bulan
kepada
instansi
yang
bertanggung
jawab,
dengan
selanjutnya
pengolah-penimbun
harus
limbah
diserahkan
yang
diakui
kepada
oleh
pemanfaat,
yang
atau
berwenang.
mempunyai
kewenangan
di
bidang
perhubungan
setelah
akhir
dari
sistem
ini
Pada
adalah
dasarnya,
pengolahan
pengolahan
dan
limbah
sesuai,
seperti
secara
termal,
stabilisasi
dan
solidifikas,
limbah
akan
memegang
peranan
penting
dalam
Nama
menyerahkan limbah
Tanggal peneyerahan limbah
Nama dan alamat pengangkut limbah
Tujuan pengangkutan
Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah yang diserahkan.
dan
alamat
penghasil
limbah
atau
pengumpul
yang
yang
serupa
dengan
pengirim limbah
Lembar ke 2: setelah
ditandatangai
oleh
pengangkut
limbah,
pengirim limbah.
Lembar ke 3: disimpan oleh penghasil setelah ditandatangani oleh
pengangkut
penerima limbah
Lembar ke 7: setelah ditandatangani oleh penerima, maka oleh
baik
sebagai
penyimpan,
pemanfaat,
pengumpul,
dari
Kepala
penyimpanan,
penimbunan,
instansi
yang
bertanggung
pengumpulan,
jawab
pemanfataan,
untuk
dan
kegiatan
pengolahan-
mendapat
rekomendasi
dari
Kepala
instansi
yang
bertanggung jawab,
Disamping mempunyai legalitas badan usaha, persyaratan lain untuk
memperoleh izin tersebut adalah adanya informasi yang menyangkut
tentang:
pengolah limbah,
jumlah dan karakteristik limbah yang akan ditangani,
tata letak sarana dan prasarana,
alat pencegahan pencemaran yang digunakan
Yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan izin lokasi pengolahan
segera
menaggulanginya.
Bila
fihak
pengelola
tidak
dapat
merusak
lingkungan
hidup,
dan/atau
menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan,
Peraturan
bahan berbahaya
Keputusan Menteri
Pemerintah
No.7/1973
Perindustrian
tentang
pengawasan
atas
RI No.148/M/SK/4/1985 tentang
pengawasan pestisida
Limbah radioaktif di Indonesia dikelola oleh Badan Tenaga Atom
Nasional
(BATAN)
yang
tertuang
dalam
Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun 1985 tentang Dewan Tenaga Atom dan Badan
Tenaga Atom Nasional dan Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1985
tentang Badan Tenaga Atom Nasional. Semua yang berkaitan dengan
ketenaga atoman pada dasarnya diatur oleh Undang undang No. 31
Tahun 1964 tentang Ketentuan ketentuan pokok tenaga atom.
Selanjutnya beberapa peraturan lain di bawahnya antara lain:
terhadap radiasi
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 tentang izin pemakaian zat
berbahaya dan beracun terdiri dari 15 bab yang dibagi lagi menjadi 43
pasal. Kelima belas bab tersebut adalah:
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Bab
Keadaan Darurat,
Bab VII (pasal 28 sampai 31) : Pengawasan dan Pelaporan,
Bab VIII (pasal 32 sampai 34): Peningkatan Kesadaran Masyarakat,
Bab IX (pasal 35 dan 36) : Keterbukaan Informasi dan Peran
Masyarakat,
Bab X (pasal 37) : Pembiayaan,
Bab XI (pasal 38) : Sanksi Administrasi,
Bab XII (pasal 39) : Ganti Kerugian,
Bab XIII (pasal 40) : Ketentuan Pidana,
Bab XIV (pasal 41 dan 42) : Ketentuan Peralihan,
Bab XV (pasal 43) : Ketentuan Penutup.
Menurut
PP
74/2001:
bahan
berbahaya
dan
beracun
yang
B3 adalah
mengedarkan,
kegiatan
menyimpan,
yang
menghasilkan,
menggunakan
dan
atau
mengeksport,
mendistribusikan,
men
yimpan,
maka
aspek
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
serta
Bahan
berbahaya
yang
tidak
termasuk
yang
diatur
Bahan radioaktif
Bahan peledak
Hasil produksi tambang serta minyak gas dan gas bumi dan hasil
olahannya
Makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan lainnya
Perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika
74/2001)
B3 yang dilarang dipergunakan di Indonesia (Lampiran II Tabel 1, PP
74/2001)
B3 yang terbatas dipergunakan (Lampiran II Tabel 2, PP 74/2001)
tersebut,
maka
bahan
tersebut
termasuk
B3,
dan
apakah
diperbolehkan
dipergunakan,
atau
terbatas
No Reg Chemical
Nama Bahan
Abstract Service
Kimia
7664-41-7
Amoniak
Ammonia
14
64-19-7
Asam Asetat
No
16
7664-38-2
Asam Posfat
Sinonim/Nama Dagang
Rumus
Molekul
NH3
CH3COO
H
H3PO4
acid
Hydrochloric acid; Hydrogen
17
23
7647-01-0
74-90-8
Asam Klorida
Asam Sianida
24
7664-93-9
Asam Sulfat
31
71-43-2
Benzena
52
108-95-2
Fenol
HCl
HCN
H2SO4
C6H6
C6H5OH
Formalin
54
50-00-0
58
7783-06-4
76
124-38-9
78
7440-44-0
79
630-08-0
80
81
7782-50-5
67-66-3
85
7487-97
87
74-82-8
98
1310-73-2
Oxybenzene
Formadehyde solution; Formalin;
(larutan)
Hidrogen
Sulfida
Karbon
dioxide
Karbon hitam
Karbonmonok
sida
Klor
Kloform
CH2O
H2S
CO2
Amorphous
Carbon monoxide
CO
Chlorine
Chloroform; Trichlorometthane
Mercuric chloride; Mercury
Cl2
CHCl3
Merkuri
klorida
Methane
Natrium
mercury chloride
Sodium hydroxide; Caustic soda;
Hidroksida
Nitrogen
Nitrogen
N2
Nitrogen dioxide
NO2
HgCl2
CH4
NaOH
10
5
10
7727-37-9
10102-44-0
6
11
0
11
Nitrogen
Dioksida
10028-15-6
Ozon
O3
87-86-5
Pentaklorofen
C6HCl5O
2
11
4
12
ol
Santhophene 20
7761-88-8
Perak nitrat
AgNO3
7646-85-7
Seng Klorida
ZnCl2
Lead
Pb
Bromochloroethane
2
12
7
20
Timbal (timah
7439-92-1
hitam)
CH2BrCl
1
2
No Reg Chemical
Nama Bahan
Abstract Service
Kimia
93-76-5
2425 -98-3
510-15-6
Sinonim/Nama Dagang
Rumus
Molekul
2,4,5-T
Chlordimefor
m (CDM)
Chlorobenzila
Gulecton; Chlorophenamidine
Compound 338; G23922;
te
C8H5Cl3O3
C10H13ClN2
C16H14Cl2O3
106-93-4
58-89-9
Ethylene
chlorophenil)acetate
EDB; Dowfume WW85; 1,2-
Dibromida
dibromoethane; Ethylenebromide;
(EDB)
Lindane
Sym-dibromoethane
-
C12H4Br2
C6H6Cl6
10
Senayawa
merkuri,
termasuk:Anorganik
merkuri -Alkyl
merkuri
-Alkyloxyalkyl
merkuri -Aryl
11
21
26
87-86-5
7439-97-6
75-69-4
merkuri
Pentaklorofen
C6HCl5O
ol*
Mercury/Air
Santhophene 20
Liquid silver; Hydragyrum;
Hg
raksa
CFC-11
Quicksilver
Trichloromonofluoromethane;
CCl3
27
75-71-12
CFC-12
CCl2F2
29
CFC-114
C2Cl2F2
43
45
74-83-9
Halon-2402
Metil bromida
C2Rbr2F4
CH3Br
B3
(pasal
11),
juga
harus
muncul
pada
dokumen
Merek dagang
Rumus kimia B3
Jenis B3
Klasifikasi B3
Teknik penyimpanan, dan
Tata-cara penanganan bila terjadi kecelakaan
PP 74/2001 mengatur juga secara umum pengangkutan B3 (pasal 13),
uji
kesehatan
secara
berkala
bagi
pekerja,
sekurang
satu
kehawatiran
utama
dalam
penanganan
B3
adalah
Menanggulangi
penanggulangan kecelakaan
Melaporkan kecelakaan atau keadaan darurat tersebut kepada aparat
Kota/Kabupaten setempat
Memberikan informasi, bantuan dan melakukan evakuasi masyarakat
kecelakaan
sesuai
dengan
prosedur
standar
Pengujiannya
dapat
dilakukan
dengan
pengujian
bahan
padat
dilakukan
Flammable:
dalam
10
detik.
Pengujian
dapat
pula
dilakukan
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja standar SAE1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55oC.
Jenis
Limbah
Yang
Dikategorikan
Limbah
B3
B3
dihasilkan
sampai
dimusnahkan
(from
cradle
to
bahwa
perbuatannya
tersebut
telah
mencemari
lingkungan.
6. Pengetahuan tentang cara pengelolaan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait dengan
Limbah B3 dan pihak ke 3 yang bekerjasama dengan perusahaan.
7. Di Bagian Ketentuan Umum
Procedure)
yang
selanjutnya
disingkat
TCLP
adalah
Uji
Toksikologi
Lethal
Dose-50
yang
selanjutnya
disebut
Uji
Toksikologi LD50 adalah uji hayati untuk mengukur hubungan dosisrespon antara Limbah B3 dengan kematian hewan uji yang
menghasilkan 50% (lima puluh persen) respon kematian pada
populasi hewan uji.
Dumping
(Pembuangan)
adalah
kegiatan
membuang,
langsung
lingkungan
terhadap
hidup
yang
sifat
fisik,
kimia,
melampaui
dan/atau
kriteria
baku
hayati
kerusakan
lingkungan hidup.
Perusakan
Lingkungan
Hidup
adalah
tindakan
orang
yang
lahan
terkontaminasi
pelaksanaan,
fungsi
yang
evaluasi
lingkungan
hidup
dan
meliputi
kegiatan
pemantauan
yang
disebabkan
untuk
oleh
wewenang,
melaksanakan
kewajiban,
kegiatan
dan
pengawasan
tanggung
jawab
untuk
lingkungan
hidup
sesuai
Di PP 101 tahun 2014 ini lebih dirinci. Dalam Pasal 196 Di PP 101
tahun 2014 di sebutkan:
Ayat (1) Dalam hal Limbah B3 akan dimasukkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk tujuan transit, Penghasil
Limbah B3 atau Pengangkut Limbah B3 melalui negara eksportir
Limbah
B3
harus
mengajukan
permohonan
notifikasi
kepada
eksportir
Limbah
disampaikan.
B3
mengenai
keabsahan
dokumen
yang
Alur terbentuknya B3
Pengertian Limbah
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya,
dan
jumlahnya
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
dapat
memulihkan
kualitas
lingkungan
tercemar,
dan
dan
degreasing.
Tahap
selanjutnya
meliputi
tanning,
menghasilkan
lumpur sebesar 1-4 persen dari volume limbah cair yang diolah.
Industri persuratkabaran yang
dari
yang
diolah.
Pembuatan
cat
menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (waterbase) maupun zat pelarut (solvent-base). Sedangkan industri tinta
menghasilkan limbah terbesar dari dari pembersihan bejana-bejana
produksi, baik cairan maupun lumpur pekat. Sementara, timbulnya
limbah beracun dari industri pestisida bergantung pada jenis proses
formulasi
dan
terdapat
cairan
pembersih
bahan
dan
peralatan,
yang
ini meliputi
kendaraan
(karoseri).
Limbahnya
lebih
banyak
bersifat
informasi
bersama.
berharga
Keengganan
untuk
menjaga
mereka
keselamatan
berawal
dari
biaya
industri,
agar
industri
terangsang
untuk
mengolah
limbahnya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pengelolaan Limbah B3 harus dilakukan secara terpadu karena dapat
menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup
lainnya dan lingkungan hidup.
Perusahaan penghasil Limbah B3 wajb bertanggungjawab sejak Limbah
B3 dihasilkan sampai dimusnahkan (from cradle to grave) dengan
melakukan pengelolaan secara internal dengan benar dan memastikan
pihak ke 3 pengelola Limbah B3 memenuhi regulasi dan kompeten.
DAFTAR PUSTAKA
https://jujubandung.wordpress.com/2012/04/08/pengelolaan-limbah-b3dalam-pp-181999-juncto-pp-851999/
https://jujubandung.wordpress.com/2012/04/09/pengelolaan-b3-dalam-pp742001/
http://www.limbahb3.com/pokok-pokok-perubahan-pp-101-tahun-2014tentang-pengelolaan-limbah-b3-pengganti-pp-181999-jumto-pp-851999/