Pendahuluan
Pulp dan kertas yang diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa fiber seperti
kayu pada umumnya, kertas daur ulang , dan limbah pertanian . Di negara-negara
berkembang , sekitar 60 % dari selulosa fiber berasal dari bahan baku nonwood (bukan
kayu) seperti ampas tebu , jerami , bambu , alang-alang , dan rami. Langkah-langkah
utama dalam manufaktur pulp dan kertas adalah : persiapan bahan baku dan penanganan ,
manufaktur Pulp , Pulp cuci dan Screening, pemulihan kimia ,Bleaching , Stock
Preparation , dan pembuatan kertas . Pabrik pulp dan pabrik kertas dapat berdiri secara
terpisah atau sebagai satu kesatuan operasi terpadu . Pabrik terpadu salah satunya
melakukan pembuatan bubur kertas (pulp) di tempat. Sedangkan pabrik yang
tidak
terintegrasi tidak memiliki kapasitas untuk pulping tetapi harus membawa pulp pabrik
dari sumber luar (Bajpai, 2012).
Cellulosa merupakan komponen organik utama dalam tanaman kayu dengan jumlah yang
melimpah dan terjangkau. Celullosa sangat diminati karena kemampuannya untuk
dikonversi menjadi bermacam-macam produk dari pulp and papper industri. Proses
manufaktur pulp and papper cukup rumit dan tidak mudah untuk dikontrol. Namun saat
ini penggunaan alat digital kontrol yang baik telah meningkatkan efisiensi industri dan
juga menghemat nilai ekonomis proses operasi. Tanpa alat kontrol yang baik, mesin pada
industri pulp and papper tidak dapat berfungsi. Pembuatan kertas menggunakan banyak
bahan kimia seperti yang terlihat pada tabel 1.1. industri pulp and papper tidak hanya
menggunakan banyak chemical namun juga menggunakan energi yang cukup besar.
Tabel 1.1 komposisi dalam satu metric ton kertas
Air
Sulfur
Magnesium
133000 Liter
15,5 kg
20 kg
Power
Talc
Synthetic Fiber
4752 MJ
28 kg
10,5 kg
Hidroxide
Kapur
Na2SO4
Soda api
Klorin
Kanji
Bahan bakar
176,5 kg
33 kg
29 kg
54 kg
53 kg
686 Liter
Alum
Clay
Rosin
Pewarna
Kayu
14 kg
66 kg
6 kg
8 kg
4 m2
minyak
pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya. Indonesia sebagai negara yang masih
memiliki hutan cukup luas, berpotensi menjadi salah satu pemain dunia di bidang industri
ini, karena ketersediaan hutan (sebagai sumber utama bahan baku) mash merupakan
penggerak utama (driving force) bagi berkembangnya industri ini. Disarnping memiliki
hutan yang cukup luas dan iklim tropis yang memungkinkan tanaman tumbuh lebih cepat,
Indonesia juga memiliki sumber-sumber bahan baku altematif (limbah pertanian).
Keberadaan industri ini yang sudah cukup lama (sudah ada sejak tahun 1923) juga
memungkinkan bangsa Indonesia telah banyak memiliki pengalaman sehingga mampu
mengoperasikan industri pulp dan kertas secara cukup efisien.
Perkembangan ekspor industri pulp dan kertas dan beberapa komoditi industri
unggulan lainnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditi Industri 1994-1998 (dalam juta USD)
Pada dekade terakhir, industri pulp dan kertas nasional mengalami perkembangan sangat
pesat, baik kapasitas produksi dan ekspornya. Pada periode 1987-1998, kapasitas
terpasang industri kerfas meningkat dari 950.000 ton/tahun menjadi 7.559.430 ton/tahun
(naik rata-rata 20,75% per tahun. Produksi meningkat dari 826.500 ton menjadi 5.487.260
ekspor rneningkat dari 188.480 ton menjadi 2.833.960 ton (naik rata-rata 27,94% per
tahun). Sedangkan konsumsinya meningkat dari 782.420 ton menjadi 2.783.430 ton (naik
rata-rata 12,23% per tahun) .
Tabel 2. Perkembangan Produksi Konsumsi Pemasaran Ekspor dan Impor (1987-1999,
dalam juta USD)
Kuatnya daya saing industri pulp dan kertas nasional disebabkan karena biaya produksi
pulp dan kertas Indonesia termasuk salah satu yang terendah di dunia. Sebagai gambaran,
perbandingan biaya produksi pulp di Indonesia dengan beberapa produsen pulp
terkemuka lainnya dapat dilihat pada Tabel 3
tabel 3. Perbandingan Biaya Produksi Kertas di berbagai negara (dalam USD)
Pada tabel 3 diatas, nampak secara umum bahwa total biaya produksi di Asia Pasifik
(Indonesia) lebih rendah dibandingkan negara lainya. Seperti halnya negara berkembang
pada umumnya, keunggulan komparatif Indonesia dalam hal memprodusi pulp dan kertas
terutama didukung oleh faktor endowment, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya energi yang relatif lebih murah dibandingkan dengan negara lainnya
Manufacture Pulp
Sebelum kertas dapat dibuat dari kayu, selulosa fiber harus dikeluarkan dari matrix lignin
dan menggabungkannya. Fiber dapat dipisahkan secara mekanis atau dengan
menggunakan chemical.
Pulp yang terbentuk di gabungkan kembali untuk menjadi kertas dengan penambahan
additive yang sesuai. Pada 1981, 89,5 % pulping dilalkukan dengan menggunakan
chemical. Pulp yang dibuat secara mechanical atau thermomechanical menghasilkan
produk dengan kualitas yang rendah dibandingkan cara chemical, pulp dengan
mechanical atau thermochemical biasanya digunakan untuk percetakan surat kabar.
Proses kraft mendominasi dengan cara semimechanical.
Bahan Baku
Kapas dan linen adalah salah satu sumber fiber untuk kertas yang sekarang telah
digantikan dengan fiber dari kayu. Sekitar 20 % pulp yang digunakan di amerika adalah
recycle, dan Eropa serta Jepang melakukan recycle lebih banyak. Woods (soft and
hardwood) digunakan untuk membuat pulp, tapi kulit kayu tidak, karena tidak memiliki
serat dan sulit untuk di bleaching.
Komponen utama dari kayu yang perlu dihilangkan untuk mengubah menjadi kertas
dikenal sebagai senyawa lignin. Nama ini mengacu pada sekelompok bahan kimia yang
pada dasarnya tiga polimer dimensi trans-coniferol, trans-sinapol dan trans-p-coumarol
(Gambar 1.1), bersama dengan hemiselulosa dan asam karboksilat aromatik. Lignin
adalah
senyawa yang memperkuat yang diendapkan pada dinding sel pohon untuk
membuat kayu cukup kuat. Namun, lignin juga merupakan senyawa yang membuat pulp
kayu bewarna coklat, sehingga senyawa tersebut akan dihilangkan dari pulp kecuali jika
digunakan untuk membuat kertas buram dan kardus.
Atas dasar kelarutannya dalam larutan NaOH 17,5% dikenal 3 jenisselulosa, yaitu :
a. - selulosa, tidak larut dalam pelarut tersebut pada 200C.
b. - selulosa, larut dan mengendap lagi bila ditambahkan asam.
c. - selulosa, larut dan mengendap bila ditambah alkohol.
Bahan pembuat kertas adalah - selulosa, sedangkan yang larut (- selulosa, - selulosa,
pentosa, heksosa, dan lain-lain )disebut hemi selulosa. Sifat kimia selulosa sesuai dengan
gugus aktif alkoholyang demikiannya (dapat mengalami oksidasi), dan derajat
polimerisasinya ( panjang serat ). Semakin panjang rantai selulosa semakin kuat dan
tahan degradasi baik secara panas, kimia maupun biologis. Sedangkan sifat fisiknya
tergantung dari dimensi serat (panjang rantai 500-1000 A, lebar 9 A, tebal 4,7 A), semakin
panjang semakin kuat.
Beberapa contoh jenis serat yang dapat diperoleh di indonesia adalah sebagai berikut :
Karakteristik
Serat
Panjang serat
Diameter serat
% Abu
% Lignin
% Pentosan
% Selulosa
Bambu
3-4
14
1-3
22 - 30
16 - 20
50 52
Kayu
Lunak
1,6 - 2,7
32 - 43
1
26 - 30
6-9
40 - 45
Kayu
Kertas
0,7 - 1,6
20 - 40
1
18 - 25
16 - 18
38 - 49
Bagase
Jerami
1,7
20
2
19 - 21
30 - 32
40 43
1,5
8,5
10 - 15
14 - 21
30 - 38
Pada proses pembuatan pulp dan kertas, bahan baku yang digunakan adalah kayu.
Kualitas pulp sangat ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan. Diharapkan jenis kayu
yang digunakan untuk menghasilkan kualitas pulp yang bagus adalah kayu yang
mempunyai kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah, tidak rapuh, tidak
banyak getah dan tidak berkulit tebal.
Dalam proses pembuatan pulp digunakan dua jenis bahan baku, yaitu:
a. Bahan baku primer
Untuk memperoleh serat ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dengan jenis kayu (wood)
atau bukan kayu (non wood).
1. Kayu (wood)
Kayu dapat dibedakan berdasarkan ukuran daun yang dimiliki yaitu kayu berdaun
lebar (hard wood), dan kayu berdaun jarum (soft wood).Kayu berdaun lebar (hard
wood), umumnya menggugurkan daunnya pada musim kemarau seperti Albazia
falcatera, Euclyptus sp, dan Antochehalus candabia.Sedangkan kayu berdaun
jarum (soft wood), sering disebut kayu jarum adalah jenis daun yang bersal dari
pohon berdaun jarum.Jenis pohon ini selalu hijau sepanjang tahun dan tidak
menggugurkan daunnya pada musim kemarau, seperti Pinlis sp (tusam) dan
Aganthis sp (dammar).
Analisis sifat pengolahan kayu digunakan untuk mengetahui jenis kayu yang cocok
sebagai bahan baku pulp. Analisis ini meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali, bilangan
permanganate, panjang putus dan factor retak.
2. Bukan Kayu (non wood)
Beberapa jenis tumbuhan bukan kayu merupakan sumber serat untuk bahan baku pulp,
baik itu yang berasal dari kulit batang, daun, tangkai, buah/biji dan bulu biji. Berdasarkan
sumber serat, tumbuhan bukan kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Serat daun
: Kapas, Kapuk
Serat rerumpunan
Serat Panjang
Serat Pendek
Bukan Kayu
Bahan Kimia
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
Zat ekstraktif
(soft wood)
42 +/- 2 %
27 +/- 2 %
28 +/- 3 %
5 +/- 3 %
(hard wood)
40 +/- 2 %
30 +/- 5 %
28 +/- 3 %
3 +/- 3 %
(non wood)
(36 38) %
(38 40) %
(12 16) %
-
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.
A. Kualitas Bahan Baku
Pada proses pembuatan pulp digunakan bahan baku chip yang berasal dari kayu. Kualitas
chip yang digunakan dalam proses pembuatan pulp merupakan factor yang sangat penting
baik dalam proses pengoperasian di pabrik maupun kualitas chip yang dihasilkan. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas chip pada produksi
pulp. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Chip Quality
Kualitas chip yang digunakan dalam pulping adalah faktor yang sangat penting
dalam kualitas akhir pulp. Faktor-faktor kualitas chip yang perlu diperhatikan adalah:
a. Wood Related Variable
Meliputi sifat-sifat kayu seperti spesies, densitas dan decay (kerusakan).
Wood spesies
Chip-chip softwood menghasilkan pulp yang lebih kuat daripada hardwood karena
fiber-fibernya lebih panjang dan lebih fleksibel daripada hardwood. Softwood
umumnya menghasilkan yield yang lebih rendah daripada hardwood bila dimasak
dibawah kondisi biasanya.
Wood Density
Density kayu adalah factor ekonomi yang penting dalam pulping. Dengan suatu kayu
yang padat (denser wood)akan membuat lebih banyak dalm volume digester dam ini
akan meningkatkan produksi pulp.Kualitas pulp maupun kertas juga dipengaruhi oleh
densitas kayu yang digunakan. Serat yang didapat dari kayu dengan densitas
rendahakian menghasilkan serat yang fleksibel serta kertas yang berkekuatan baik.
Wood Decay
Pembusukan kayu disebabkan oleh mikroorganisme seperti fungi, bakteri, ragi dan
lin-lain. Pembusukan terjdi pada saat tanaman masih ditanam maupun dstronge chip
(tempat penyimpanan chip).
b. Process Related Variable
Chip Size
Ketebalan chip sangat penting dalam proses pulping, ketika cairan pemasak akan
menembus chip pada semua sisi. Jika chip tebal, cairan pemasak tidak akan menembus
secara sempurna kepusat chip sehingga pusat chip tidak masak.
Chip Bulk Density
Merupakan parameter yang penting pada saat pengisian digester.Hal ini menentukan
jumlah pulp yang dapat masuk dan dinyatakan dalam kg/m3.Chip Bulk Density
dipengaruhi oleh wood density dan chip size.
Chip moisture
Mempunyai pengaruh terhadap pulp yield, kappa number, dan kualitas pulp. Jika
moisture terlalu rendah, maka akan mempersulit dalam menghasilkan chip. Dengan
mengetahui moisture content chip dapat dihitung wood input yang masuk kedalam
digester, supaya terjaga konsentrasi liquor dan alakali secara konstan. Moisture level
sebaiknya dalam range 40%-50%.
feasible. Berikut ini penggambaran beberapa proses dan solusi dalam menghadapi
permasalahan pada proses dari kayu menjadi kertas.
Kraft pulping
Proses Kraft atau sulfate, adalah proses alkaline yang saat ini paling sering digunakan.
Proses ini adalah perkembangan dari proses soda yang dimasak (cooked) dengan larutan
NaOH dan Na2CO3 kuat. Proses soda memberikan yield yang rendah namun dan bekerja
dengan baik hanya dengan serat pendek kayu keras (hardwood). Material yang
ditambahkan pada cairan pemasak (coking liquor) untuk proses kraft adalah Na 2SO4. Oleh
karna itu, proses ini disebut proses sulfat. Proses pemasakan, dilakukan dengan
penambahan larutan yang mengandung Na2S, NaOH, dan Na2CO3 dibentuk dari sufat
selama persiapan dan recovery cairan pemasak.
Meskipun segala macam kayu dapat dimasak dengan proses kraft serat yang dihasilkan
dapat di bleach serta kuat, namun sangat penting bahwa chemical yang digunakan dapat
di recycle dan di regenerasi kembali agar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
polusi. Material yang berbau selama proses pemasakan, bagaimanapun merupakan
penyebab polusi yang kuat dan sulit untuk dikontrol.
Kebanyakan proses kraft menggunakan kayu cofernicus. Pada umumnya proses ini
menggunakan continyu digester, meskipun beberapa menggunakan unit batch. Batch unit
menawarkan kontrol yang baik, namun continu unit membutuhkan lebih sedikit investasi
untuk capasitas yang dibutuhkan, dan membuat instalasi kontrol polusi menjadi lebih
mudah. Pada gambar 1.1 menunjukkan kondisi pemasakan yang digunakan untuk
prosedur kraft proses secara keseluruhan disertai dengan sistem penting recovery cairan
hitam pemasakan (black liquor sebagai chemical pemasak). Steam biasanya di recovery
dari blow tank, dan batch digester secara umum telah diganti dengan dengan unit continu,
dan unit yang paling populer adalah milik kamyr (gambar 1.2). proses pemasakan
menyebabkan reaksi kimia yang terdiri dari hidolisi dan pelarutan lignin, sehingga
membebaskan serat selulosa. Turpentine di uapkan dan sabun sodium terbentuk dari asam
resin. Hidrolisis melepaskan mercaptan dan sulfida organik yang merupakan sumber bau
menyengat pada pabrik kraft.
Gambar 1.1. flowchart untuk kraft atau proses sulfat, proses pulping dengan recovery dan
reuse black liquor. Prosedur secara alkaline. Catatan : flowchart ini identik dengan peoses
soda, kecuali sodium karbonat yang ditambahkan (saltcake). (Sumber : shreve, 1984)
Ketika menggunakan digester kontinu, pabrik sulfat pulp melawati rangkaian proses
sebagai berikut :
Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku, dengan cara mengambil dari
hutan tanam industri kemudian disimpan dengan tujuan untuk pelapukan dan persediaan
bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log. Kemudian log di kupas
kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum barker. Setelah itu log melewati
stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk membuang batu yang menempel
pada log), setelah itu log dicuci. Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi
potongan-potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke
penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai dengan yang tidak. Chip
disaring dengan cara diputar dan digetarkan pada scerren untuk memisahkan chip yang
melebihi ukuran, produk yang sesuai dan debu sisa pemotongan. Chip yang melebihi
ukuran dibawa ke pemtongan ulang untuk mengurangi ukuran menjadi ukuran chip yang
sesuai.
Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester).
pemasakan pada digester terjadi dengan beberapa tahap. Pertama di lakukan kukus awal
(presteamed) pada sekitar 100 Kpa untuk menguapkan turpentine dan gas yang tidak
terkondensasi, kemudian dilanjutkan melewati suatu zona impregnasi pada sekitar 900
KPa. Chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor.
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia (NaOH, Na2S,
Na2CO3). Waktu pemasakan sekitar satu setengah jam pada 170 oC, suatu aliran
pemadam yaitu cairan pemasak dingin menghentikan reaksi pemasakan . campuran antara
pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester, kemudian masuk dalam
blown tank dan tekanan menjadi berkurang, flash steam terbentuk yang digunakan untuk
presteaming saat chip masuk digester. pulp yang keluar dari blown tank kemudian dicuci
pada countercurrent displacement washing untuk mengurangi kandungan kimia pada chip
dan memisahkannya dari cairan hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan hasil
pemanasan yang berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock). Black
liquor direcovery kandungan kimianya untuk digunakan kembali dan kandungan
organiknya di recover menjadi panas. Proses recovery black liquor biasanya lebih sulit
dijalankan dibandingkan dengan proses pulping itu sendiri. Dalam batch digester, pulp
(brownstock) diambil dari dasar digester tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian.
Pada digester continu, pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan
larutan lain dan mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah
yaitu hanya 45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut
brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.
Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan untuk
memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor
yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu
penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berfungsi untuk
memisahkan pasir, sisa potongan, dan chip yang belum bereaksi dari pulp.
Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan kebutuhan
maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah organik yang
terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang kurang tercuci akan membutuhkan
dosis zat pemutih yang lebih besar.
Pencucian pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan materi
yang tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor, debu, lignin, dan
pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai. Efisiensi pencucian diukur
berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan jumlah air yang digunakan untuk
mencapai tingkat kebersihan tersebut.
Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan selulosa
menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses pembuatan kertas. Serat dipotong
dengan panjang yang seragam dan diperlakukan untuk memperbaiki ikatan dan kekuatan
produk akhir kertas.
Proses selanjutnya adalah tahap pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan
lignin, serta memutihkan pulp. Pulp yang dihasilkan dari proses kraft bewarna coklat, hal
ini tidak masalah dalam penggunaan kertas untuk sack, kardus dan kantong kertas.
Namun proporsi utama dari kertas adalah untuk kertas putih dan bewarna sebagai kertas
tulis atau percetakan. Sehingga pulp perlu digelantang. Proses pengelantangan terdiri dari
dua tahap yaitu oksigen delignifikasi dan pengelantangan akhir.
pada tahap oksigen delignifikasi bubur kertas dicampur dengan oksigen (O 2) dan sodium
hidroksida (NaOH) di dalam delignification tower sebelum di cuci didalam washer.
Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia
berfungsi untuk membuang air yang berada dalam stock (dewatering). Hasil yang keluar
disebut dengan web (kertas basah). Kadar padatnya sekitar 35-45 % udara-serat kering.
kelembaban kemudian dikurangi dengan menumpukkan web pada hidrolik press
berfungsi untuk membuang air dari web dan pressing pada sekitar 20 Mpa sehingga kadar
padatnya mencapai 50-60 % udara-serat kering. Cara kerja press part ini adalah kertas
masuk diantara dua roll yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air
keluar dari web. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat
(air sudah dibuang 30 %). Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk gulungan
kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini yang dipotong - potong sesuai ukuran dan
dikirim ke konsumen.
Recovery Black Liquor
Salah satu faktor penting pada proses kraft adalah recovery black liquor dari proses
pemasakan. Black liquor dipisahkan dari pulp pada tahap pencucian pul, atau diffuser
yang mengandung 95-98 % total bahan kimia yang ditambahkan pada digester.
Komponen organik sulfur terdapat pada kombinasi dengan sodium sulfida. Sodium
carbonat terdapat dalam recovery dengan sedikit kandungan sodium sulfat, garam silica
dan kapur, besi oksida, alumina dan potash. Total padatan biasanya sekitar 20 % . Empat
langkah yang terlibat dalam recovery black liquor diuraikan di bawah ini .
Langkah 1 Penguapan (evaporator)
Cairan hitam dari proses pencucian pulp mengandung 15-17 % padatan ,dan ini perlu
dipekatkan menjadi sekitar 35 % padatan sebelum dapat dibakar dalam furnace.
Penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa efek , biasanya 5 sampai 7 efek
dalam seri. dalam sistem jenis ini , uap yang diperoleh dalam satu efek evaporatorer
menjadi uap pemanas untuk Efek berikutnya.
Langkah 2 - Pembakaran black liquor dalam funace
Black liquor dikentalkan, dibakar dan dicampur kapur dalam furnace smelting sehingga
komponen organik yang masih tersisa akan hancur, carbon akan terbakar, dan komponen
inorganik akan dilelehkan. Pada saat yang sama terjadi reaksi :
Na2SO4 + 2C - Na2S + 2CO2
Karbon (agen yang mereduksi) diperoleh dari bahan organik pada kayu. Thomlinson
recovery furnace, adalah unit yang paling banyak digunakan untuk membakar padatan
black liquor. Setelah black liquor dipekatkan pada multiefek evaporator, kemudian cairan
di spray langsung ke dalam thomlinson furnace, kemudian terbakar sehingga reduksi dari
sulfat menjadi sulfit pun terjadi, steam terbentuk dan campuran garam yang melebur atau
smelt terbentuk. Karena kompeksitasnya menjadikan adjusment dan kontrol furnace
sangat sulit. Resiko terjadi karena molten smelt dapat menyebabkan ledakan jika
berkontak dengan sedikit air. Sehingga saat ini disarankan untuk menggunakan
hidropirolisis untuk membentuk gas pembakaran. Dan pembakaran fluidized bed dari 35
% cairan untuk memproduksi chemical pellets dibandingkan smelt sedang dicoba. Semua
alternatif pada sistem saat ini memiliki keuntungan dan kesulitan masing-masing. Namun
sangat dimungkinkan akan tercipta suatu sistem yang lebih efisien bagi energi untuk
recovery di masa depan.
Pembakaran organik menghasilkan uap bertekanan tinggi dalam boiler , yang biasanya
melewati turbin , menghasilkan listrik . Uap tekanan rendah , yang habis dari turbin ,
kemudian digunakan untuk proses panas di pabrik pulp dan pabrik kertas.
Leburan bahan kimia atau smelt dilarutkan pada larutan lemah di tangki 9 yang berasal
dari caustizing plant (gambar 1.1). bahan kimia terlarut dengan cepat sehingga terbantuk
menjadi cairan hijau (green liquor). Impuritis yang tidak terlarut mengendap dan karbonat
kemudian terkaustik dengan penambahan kapur yang diperoleh dari recover calcium
karbonat. Reaksi sebagai berikut :
Na2CO3 (aq) + Ca(OH)2(s) - 2 NaOH (aq) + CaCO3 (s)
H = -8,79 kJ
yang tidak diinginkan adalah soda kaustik (sodium hidroksida) dan soda abu(sodium
karbonat). Proses soda digunakan untuk pembuatan pulp dari kayu kerasyaitu kayu yang
berasal dari pohon yang daunnya lebar, mempunyai panjang seratlebih kecil 0,25 cm.
Proses soda hampir sama denga proses pada proses sulfat atau kraft, kecuali disolving
agent adalah NaOH/Na2CO3 dan bahan kimia make up adalah Na2CO3 dibandingkan
Na2SO4.
Proses Sulfite
Mula-mula sulfur dicairkan dalam tanki pencair atau pelebur, kemudian dipanaskan
dalam pemanas yang berputar sambil dialiri udara untuk mengoksidasi. Dalam
pemanasan ini sulfur diuapkan dan selanjutnya dimasukkan dalam ruang pembakaran
dengan dialiri udara. Pengaliran udara ini dikontrol agar SO3 tidak terbentuk. SO2 terjadi
didinginkan dengan cepat dalam suatu pipa yang melingkar-lingkar yang dikelilingi air.
Proses selanjutnya adalah absorbsi gas oleh air dengan menambahkan senyawa kalsium
dan magnesium karbonat.
S + O2 SO2
2SO2 + H2O + CaCO3 - Ca ( HSO3)2 + CO2
2SO2 + H2O + MgCO3 Mg ( HSO3)2 + CO2
Menara absorbsi dibuat minimal 2 buah. Penguliran air dari atas ke bawah dengan spray
berlawanan dengan aliran SO2 yang dimasukkan ke menara absorbsi. Liquor yang keluar
dari menara berisi sejumlah SO2 yang bebas lalu dimasukkan dalam reclain tank.
Akhirnya liquor dimasukkan dalam digester sebagai larutan kalsium dan magnesium bi
sulfit. Berdasarkan analisa kira-ira 4,5% total SO2 dan 3,5% SO 2 bebas.
Digester ini diisi penuh dengan potongan-potongan kayu halus dan asam pemasak dengan
kapasitas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu dan 3000 sampai 51000 galon asamasam. Digester dipanaskan secara langsung dengan steam (uap) dengan tekanan 70-160
lb/in2 tergantung dari jenis kayu yang dipakai. Waktu yang diperlukan 10-11 jam dengan
suhu 1050-1550 C.
Setelah pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak, pulp dikeluarkan dan masuk
dalam blowpit dengan diberi air jernih. Dari blowpit ini pulp dimasukkan, diayak dan
seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk dipadatkan dengan jalan membuang
airnya dengan mesin ayakan 80. Kemudian pulp dimasukkan dalam tanki pemutih dan
diputihkan dengna klorin dengan penambahan cairan kapur sebagai penetralnya. Selesai
pemutihan pulp dimasukkan dalam mesin-chest dan dikeringkan. Selanjutnya dibuat rollroll pulp.
Proses Semikimia
Pulp yang dibuat dengan metode semikimia pertama kali ditemukan oleh Mitscherlich
pada tahun 1984. Tujuan proses ini adalah menghasilkan perolehan yang maksimal yang
setara dengan proses dari tingkat kekuatan dan kebersihan yang paling baik. Proses ini
merupakan kombinasi cara kimia dan alat - alat mekanis dalam pembuatan pulp kayu.
Untuk melunakkan lignin dan karbohidrat yang terikat dengan serat, makakayu direndam
dalam soda kaustik atau sodium sulfi netral. Kemudian digiling dalam piringan
penghalus. Metode semi kimia digunakan untuk kayu keras, biaya prosesnya rendah dan
pulp yang dihasilkan masih mengandung sebagian besar lignin. Pulp semi kimia
digunakan untuk kayu keras, biaya prosesnya rendah dan pulp yang dihasilkan masih
mengandung sebagian besar lignin. Pulp semi kimia sukar diputihkan, dan jikaterkena
sinar matahari akan berwarna kuning.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses ini adalah:
1. Menggunakan larutan kimia untuk menghancurkan dan mencerna kayu. Larutan kimia
yang biasa digunakan adalah NaOH, Na2CO3, Na2SO4. Dalam proses ini, sebagian besar
hemiselulosa harus sudah tercerna.
2. Menghancurkan bahan secara mekanik, Salah satu proses terkenal pembuatan pulp
secara semikimia adalah proses Neutral Sulfite Semichemical (NSCC). Proses pencernaan
kayu merupakan proses yang memiliki arti yang sangat penting. Proses ini diatur
sedemikian rupa dengan kondisi terbaik mulai dari temperature, tekanan, dan larutan
kimia.
Biasanya digunakan untuk bahan yangmembutuhkan kekuatan dan kekakuan seperti
media kardus. Kayu yang dijadikan pulp dipotong menjadi potongan yang tipis dan kecil
yang disebut dengan chips, dimasak beberapa jam dengan menggunakan alat penghancur
yang dioperasikan pada suhu 150 oC dengan tekanan 4-5 atm, pencucian, dilakukan
pemutihan (bleaching) dengan menggunakan kalsium hipoklorit, hidrogen peroksida atau
kalsium dioksida. Proses pemutihan dapat menurunkan kekuatan pulp, sehingga perlu
diperhatikan hubungan antara derajat putih pulp dan kekuatan kertas yang dihasilkan
Proses Mekanik
Disini pulp dibuat dengan tidak memakai zat-zat kimia, cukup dengan mesin saja tanpa
pereaksi-pereaksi kimia. Pembuatan pulp secara mekanis ini memerlukan biaya yang
sangat
besar, disebabkan
disini
tidak dipakai
menghancurkan potongan-potongan kayu, yang akan dijadikan pulp atau kertas. Pada
proses ini, terjadi pemberian tekanan pada kayu sehingga menghasilkan panas yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan antara komponen dalam kayu sehingga fiber
terpisah dari lignin dengan sedikit kerusakan. Proses pembuatan pulp secara mekanik
sangat jarang digunakan.