Anda di halaman 1dari 9

STRES

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kesehatan


Dosen Pengampu : Indriani, SKM., Msc

Disusun Oleh Nita Adhani Pasundani


NIM : 201510104032

Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi DIV Bidan Pendidik


UniversitasAisyiyah Yogyakarta

A. Definisi Stress
Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang dengan ancaman finansial,
emosional, mental dan sosial terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Panji dalam Astuti
2015).
Menurut Lazarus (1984) (dalam Suganda 2014), stres adalah suatu kondisi
atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa tuntutan-tuntutan
melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerahkan seseorang.
Seseorang hanya merasa sedikit stres jika dia memiliki waktu dan sumber daya yang
cukup untuk menangani sebuah situasi. Namun, jika seseorang menganggap dirinya
tidak mampu menangani tuntutan-tuntutan yang dibebankan kepadanya, stres yang
dirasakannya akan lebih besar.
B. Etiologi Stress
Menurut penelitan McEwen (2014), otak adalah organ pusat stres dan adaptasi
stres karena merasakan apa yang berpotensi mengancam dan menentukan respon
perilaku dan fisiologis. Selain itu, otak adalah target dari stres dan pengalaman stres
mengubah arsitekturnya, ekspresi gen dan fungsi melalui mekanisme neurobiologis
intern yang mana terdapat peredaran hormon-hormon yangberperan.
Stress terbentuk dari berbagai hal yang bisa berasal dari dalam tubuh ataupun
dari luar tubuh. Stress terjadi apabila stersor tersebut dirasakan dan dipersepsikan
sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari
gangguan kesehatan fisik dan psikologis yang berupa fungsi fisologis, kognitif, emosi,
dan perilaku (Gunawan dalam Suganda, 2014).
Beberapa jenis stresor :
1. Stersor biologik
Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang, tumbuhan, dan
berbagai makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan. Tumbulnya jerwat,
demam, dan digigit binatang diperesepsikan dapat menjadi stresor dan
mengancam konsep dari individu.
2. Stresor fisik
Stersor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, ciaca, geografi, dan alam. Letak
tinggal, demografi, jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan
penduduk, imigrasi, dan kebisingan.
3. Stersor kimia
Sterss kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.
C. Tipe-tipe Stress
Mengelola stres pada diri sendiri bukanlah pekerjaan mudah, terutama pada
tipe stres yang berbeda satu sama lain yaitu stres akut dan stres kronis.

1. Stres akut dihasilkan dari situasi-situasi akut seperti peristiwa-peristiwa negatif


mendadak yang tidak diharapkan atau tugas-tugas sulit. Ketika suatu peristiwa
yang tinggi resiko stresnya telah berlalu atau suatu penugasan berhasil
dituntaskan, serangan stres biasanya akan reda dengan sendirinya. Stres akut
biasa bersifat episodic yang berarti bahwa suatu peristiwa stres mengikuti
peristiwa-peristiwa stres lainnya yang menciptakan aliran stres akut secara
berlanjutan.
2. Sementara stres yang buruk dikenal sebagai stres kronis. Stres kronis dihasilkan
oleh kejemuan-kejemuan dan kemandegan (stagnasi) serta situasi-situasi negatif
yang telah lama terjadi disamping stres akut dan stres kronis.
D. Tahapan Stres
Menurt Amberg dalam Sunaryo (2015), tahapan stres meliputi :
1. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki sehingga penglihatan menjadi tajam.
2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, cepat capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung
berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga
tidak memadai.
3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomia, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali (Middle insomnia), bangun terlalu pagi, dan sulit
tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan ingin jatuh
pingsan.
4. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres yang disertai dengan keluhan, tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan
menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul
ketakutan dan kecemasan.
5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai kelelahan fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.
6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau kolaps.
E. Klasifikasi Stres

Stres dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Apabila ditinjau dari penyebab
stres, Kusmiyati dalam Sunaryo (2015) mengunkapkan bahwa stres dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau terserang arus listrik.
2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam atau basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
3. Stres mikrobiologi, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
4. Stres fisiologi, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh adanya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
6. Stres psikisemosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.
F. Reaksi stres
Menurut Helmi dalam Suganda (2014), terdapat 4 macam reaksi stres yang dapat
bereaksi positif dan negatif. Reaksi bersifat negatif diantaranya :
1. Reaksi Psikologis, biasanya dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah,
sedih, ataupun mudah tersinggung.
2. Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seprti pusing,
nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, ataupun
rambut rontok.
3. Reaksi kognitif (proses berfikir), biasanya tampak dalam gejala sulit mengambil
keputusan.
4. Reaksi perilaku, pada para remaja tampak dari perilaku-perilaku menyimpang
seperti mabuk, memakai obat, frekuensi meroko meningkat, ataupun menghindari
bertemu dengan temannya.

G. Dampak Negatif Stres


Dapak negatif dari stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan
menimbulkan gejala-gejala tertentu.
1. Gejala fisiologis, berupa keluhan keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare,
sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit
perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan semangat.
2. Gejala emosional, erupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup,
takut, mudah tersinggung, sedih dan depresi.

3. Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat


keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan , dan pikiran kacau.
4. Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif,
minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan
orang lain.
5. Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja atau kuliah,
menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja
dan menurunnya dorongan untuk berprestasi.
Kelima dampak ini akan dialami individu ketika mengalami stres. Individu
harus memahami gejala-gejala ini ketika mengalami stres. pemahaman terhadap
gejala-gejala stres tersebut akan membuat individu mampu utnutk melakukan
tindakan preventif sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari stres melali
coping yan efektif.
H. Tingkat Stres
Stres dapat dibagi menjadi beberpa tingkatan, yaitu :
1. Stres ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres
ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti
lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir
dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan
penyakit kecuali jika dihadapi terus-menerus.
2. Stres sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai,
sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga.
Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
3. Stres berat
Stres berat merupakan stres kronik yang terjadi beberpa minggu sampai beberapa
tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang
tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres
1. Kemampuan individu mempersepsikan stresor
Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka
tingkat stres dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan
tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres
yang dirasakan akan lebih ringan.
2. Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan


kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu
mengadaptasinya.
3. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama
Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi,
stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang
berlebihan.
4. Lamanya pemaparan stresor
Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan individu dalam mengatasi stres.
5. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam
menghadapi stresor yang sama.
6. Tingkat perkembangan
Pada tingkst perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang
berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda.
J. Stres Berdasarkan jenis kelamin
1. Stres pada Wanita
Fluktuasi estrogen dalam tubuh wanita dapat membuat parasaannya berubah-ubah.
Selama periode stres, kadar estrogen menurun. Kelenjar adrenalin menghasilkan
hormon stres lebih banyak dari pada estrogen. Selama fase ini, ketika kadar
estrogen menurun, terjadi pembentukan plak pembuluh darah yang meningkatkan
resiko terjadinya peyakit jantung. Setelah mencapai masa menopouse, kadar
estrogen pada wanita menurun hingga 80%. Ini adalah masa titik balik yang
penting pada kehidupan wanita. Banyak perubahan besar yang terjadi seperti
muka kemerahan dan terasa panas, masa tulang yang rendah hingga mengalami
osteoporosis. Selain itu estrogen melindungi sistem jantung dan pembuluh darah
sampai pada masa menopouse. Setelah menopouse, wanita menjadi rentan
terhadap masalah jantung, yang kemungkinan sama dengan pria.
2. Stres pada laki-laki
Penurunan kadar testosteron berpengaruh pada stres fisik dan psikologis.
Testosteron adalah hormon yang memberi tanda maskulinitas pada pria, seperti
rambut, suara yang berat, dan figur tubuh.Testosteron berkaitan dengan dominan
pria. Hormon ini juga berkaitan dengan pola pikir sifat mereka dengan wanita.
Cara mereka belajar, rasionalitas, dan keengganan untuk menunjukkan
perasaannya merupakan ciri khas pria. Kedua jenis kelamin ini memang
benarbenar berbeda, baik secara fisik maupun mental.
K. Jenis Stres

Jenis-jenis

Stres

menurut

Quick

dan

Quick

dalam

Zulistianah

(2009)

(mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:


1.
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
2.

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.


Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan

juga organisasi seperti penyakit.


L. Cara Menendalikan Stres
Stres dapat menimbulkan masalah yang merugikan individu sehingga diperlukan
beberapa cara untuk mengendalikannya. Ada beberapa kiat untuk mengendalikan stres
menurut Brecht dalam Sunaryo (2015) :
a. Positifkan sikap, keyakinan, dan pikiran
Bersikaplah fleksible, rasional, dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan
terlebih dahulu menyalahkan orang lain sebelum melakukan introspeksi diri
dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan cara mengasah :
1) Kemampuan menyadari (awarness skill)
2) Kemampuan untuk menerima (acceptance skill)
3) Kemampuan utuk menghadapi (coping skill)
4) Kemampuan untuk bertindak (action skill)
c. Perhatikan diri sendiri
d. Kembangkan sikap efisien
e. Lakukan relaksasi
f. Lakukan visualisasi (angan-angan terarah)
g. Circuit beraker dan koridor stres.
Berdasarkan penelitian Sukadiyanto, (2010) untuk mengurangi stress yang
muncul dalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui
penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah
dalam menentukan cara mengurangi stress yang muncul pada diri individu. Beberapa
cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makan yang sehat dan bergisi,
memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan, latihan relaksasi, melakukan
aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis,
menghindarikebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin,
memelihara tanaman dan binatang, meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga),
menghindari diri dalam kesendirian.
Pola makan yang sehat dan bergisi. Pada umumnya pola makan yang sehat
adalah minimal makan 3 kali dalam sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna. Untuk

itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis asupan makanan komposisinya harus
seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein. Oleh karena asupan makanan juga
dapat menyebabkan timbulnya stress pada individu, terutama jenis makanan yang
mengandung lemak. Sebagai contoh kaum wanita yang banyak mengkonsumsi lemak
cenderung akan mengalami kegemukan, dan kegemukan adalah momok bagi kaum
wantia.
Selain itu, orang yang mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak tubuh
sehingga menambah kandungan lemak dalam darah. Kondisi seperti itu akan
mengganggu sistem peredaran darah dan mengakibatkan penyumbatan dalam
pembuluh darah. Untuk itu, pola makan 4 sehat 5 sempurna perlu terus dilakukan,
agar individu dapat terhindar dari stress. Budaya makan makanan yang bersifat
instant harus segera dikikis guna menjamin asupan gisi yang sehat bagi jiwa dan raga.
Latihan pernapasan. Pernapasan yang baik adalah menarik napas secara
perlahan dan dalam yaitu menggunakan diagphragma (Jawa: unjal ambegan) dan
sesaat ditahan di perut, selanjutnya dikeluarkan secara perlahan pula. Cara bernapas
seperti ini sangat membantu mereduksi stress. Sebagai contoh, jika individu
mengalami jantung berdebardebar, lakukanlah bernapas secara perlahan dan dalam
maka denyut jantung relatih akan lebih lambat. Permasalahan yang muncul sekarang,
apakah pernapasan yang selama ini dilakukan oleh setiap individu sudah baik?
Adapun caranya dengan merasakan pada saat menghirup maupun mengeluarkan udara
yang dilakukan secara perlahan dan dalam dengan memanfatkan diagphragma. Untuk
itu, mulai dari sekarang perlu dilakukan latihan pernapasan yang baik dan benar agar
semua individu terhindar dari stress yang berat.

Sumber :
Astuti, Gdwi. 2015. Pengaruh stress kerja terhadap prestasi. http://.ejournal.pin.or.id
(diakses pada tanggal 19 Meret 2016)
McEwen, Bruce,dkk.2015. Recognizing resilien:Leraninr from the effects of stress on
the brain. http://.journals.elsevier.ac.els
Suganda.2014. Stress. repository.usu.ac.id(diakses pada tanggal 19 Maret 2016)
Sukadiyanto.2010. Stress dan Cara Menguranginya. http://.core.ac.uk (diakses pada
tanggal 19 Mret 2016)
Sunaryo. 2015. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta; Buku Kedokteran EGCe
Zulistianah.2009. Stress. http.digilib.ac.id (diakses pada tanggal 19 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai