Anda di halaman 1dari 6

Data diri penceramah

Nama Ustadzah
: Tanti Mukhlishoh Al Hafidzah
Nama Suami
: Efendi Anwar Al Hafidz
Pendidikan
: LIPIA
Jumlah anak
: 5 orang
Aktivitas
: Pembina guru-guru tahsin / tahfidz Al-Quran Al-Utsmani
Lokasi
: Condet, Jakarta Timur
Makna iman yaitu meyakini, membenarkan dengan perkataan, perbuatan dan hati.
Dengan demikian, ketika kita mengatakan kita beriman kepada Al-Quran, kita mengakui
bahwa hanya Al-Quran adalah satu-satunya kitab Allah SWT yang membawa kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Membenarkan dengan hati dan melaksanakan itu,
mengambil dengan sekuat-nya apa yang ada dalam Al-Quran.
Ada beberapa hal yang harus kita kuasai dalam Al Imanu Fii Kitabillah, yaitu :
1.
Kita mengakui bahwa hanya Al-Quran yang satu-satunya bisa memberi kita
kebahagiaan, tidak ada yang bisa menyamai Al-Quran, dan tidak ada pedoman hidup yang
lain selain Al-Quran.
Hanya Al-Quran yang bisa menyelamatkan kita dan keluarga kita.
2.
Meyakini bahwa Al-Quran sebagai Nuur, yaitu cahaya.
Dalam Q.S An-Nisa Ayat 174, yang artinya, Wahai manusia, telah datang kepadamu AlQuran dari Tuhanmu dan telah diturunkan kepadamu cahaya yang terang . Allah
mengatakan bahwa barang siapa yang mencari cahaya selain cahaya Allah, maka ia tidak
akan bisa menjalani hidup ini. Orang-orang kafir, mereka tidak punya cahaya, dan mereka
berjalan bagaikan orang-orang buta. Sehingga kita harus bersyukur kepada Allah SWT yang
menjadikan kita sebagai muslim.
3.
Kita mengimani bahwa Al-Quran ini adalah petunjuk, menuju surga. Barang siapa
yang mencari petunjuk selain Al-Quran maka ia akan sesat.
4.
Kita menyakini bahwa Al-Quran adalah sebagai pengingat/peringatan. Ini sesuai
dengan fitrah kita bahwa manusia sifatnya lupa. Allah ingatkan kepada kita tentang kondisi
akhirat, kondisi neraka jahannam, kondisi orang-orang yang lupa kepada Allah SWT,
kondisi surga dan nikmatnya hidup di surga. Semua itu membuat kita semakin mantap
dalam menjalani hidup ini. Tidak ada rasa putus asa bagi orang yang meyakini Al-Quran.
Karena setiap kali kita merasa gundah atau sedih, Al-Quran selalu hadir sebagai penghibur
hatinya.
Sebagaimana doa Rasulullah SAW, Ya Allah, jadikanlah Al-Quran ini sebagai penghibur
hati kami, cahaya hati kami, pengusir kesedihan kami. Setiap kali kita merasa sedih, AlQuran siap menentramkan hati kita. Ini adalah rahmat yang diberikan Allah SWT kepada
umat Islam, tidak kepada umat lainnya.
5.

Kita meyakini Al-Quran ini sebagai pemberi syafaat.

Dalam Q.S Al Abasa, pada hari kiamat, semua manusia lari dari saudaranya, dari ibu
bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai
urusan yang cukup menyibukkannya.Kenapa mereka lari? Karena mereka takut diminta
amalnya dari saudaranya, padahal mereka selama di dunia saling berkasih sayang. Karena
mereka ingin menggunakan amal mereka sendiri untuk keselamatan dirinya sendiri. Pada
saat-saat genting seperti itu, Al-Quran akan datang untuk memberi syafaat kepada
manusia. Al-Quran berkata, Akulah yang kau baca selama kau di dunia. Dan Al-Quran
berkata kepada Allah, Aku telah mencegah orang ini dari tidur di malam hari, maka
izinkan aku memberi syafaat kepada orang ini. Allah berkata, Syafaatmu Aku terima. AlQuran akan meminta agar Allah menolong orang-orang yang dekat dengan Al-Quran.
Hanya Al-Quran yang memberikan ketentraman dalam hati.
Suatu hari, Ibnu Masud didatangi seorang sahabat yang mengatakan ia sedang gundah.
Lalu Ibnu Masud mengatakan agar ia berwudhu, shalat dan membaca Al-Quran. Setelah
melakukan semua itu, sahabat berkata bahwa segala kebodohan hatinya telah hilang dan ia
telah mendapatkan ketenangan hati.
Ketika kita mendapat berbagai permasalahan, semua kembali kepada Al-Quran. Al-Quran
adalah sebagai khazanah ilmu. Setiap permasalahan ekonomi, pemerintahan, dll, maka
jawabannya ada di Al-Quran.
Allah berkata, bahwa barang siapa yang mencari penyelesaian SELAIN di Al-Quran, maka
ia tidak akan mendapatkannya. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah
akan memberikan kepadanya jalan keluar, memberinya rizki dari jalan yang tidak
disangka-sangka.

Lalu hal kedua yang kita bahas, adalah Bagaimana menghidupkan Al-Quran di rumah kita?
I.
Ketika pondasi keimanan kita kuat, kita akan memiliki keyakinan bahwa AlQuran adalah satu-satunya yang mampu membahagiakan, menentramkan anak-anaknya.
Banyak perintah Rasulullah untuk menghidupkan Al-Quran, Jangan kalian
biarkan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya rumah-rumah yang
dibacakan surat Al-Baqarah, akan lari syetan dari rumah tersebut.
Sesungguhnya kebahagiaan sebuah keluarga, tergantung sejauh mana keluarga
tersebut berinteraksi dengan Al-Quran. Allah memperbanyak kebaikan di rumah tersebut,
Allah akan jauhkan syetan dari rumah tersebut, Allah akan datangkan malaikat ke rumah
tersebut, dan akan Allah luaskan rumah tersebut ( misalnya rumahnya kecil, tapi akan
terasa luas).
Salah satu di antara pintu rizki adalah banyak membaca Al-Quran. Semakin
banyak orang membaca Al-Quran, semakin banyak rizki untuk orang tersebut. Semakin
sering suatu rumah dibacakan Al-Quran, malaikat akan mengusir setan dari rumah

tersebut, semakin banyak malaikat yang menjaga rumah tersebut, dan Allah menjaga
rumah tersebut dari kebencian orang, dari sihir, dll.
Bila jauh dari Al-Quran, akan datang keburukan-keburukan di rumah tersebut,
disebabkan rumah tersebut tidak pernah dibacakan Al-Quran, rumah menjadi tidak berkah,
satu sama lain saling bermusuhan, anaknya menjadi susah diatur, dll, karena rumah
tersebut banyak setan. Seperti contohnya, rumah tersebut memainkan lagu2 yang
mengundang nafsu (memanggil setan), sedangkan salah satu misi setan adalah untuk
memisahkan suami dengan istrinya, memicu pertengkaran dalam rumah tangga, dst.
Malaikat akan lari dari rumah tersebut, karena malaikat tidak akan mau datang ke ruamh
yang banyak setannya.
Kiatnya agar Al-Quran menempati posisi penting dalam rumah kita, ialah dengan
menempatkan ia di tempat pertama dari hal-hal rumah tangga lainnya. Misalnya, ada
waktu tertentu untuk membaca Al-Quran, tapi orang tuanya menerima tamu, ngobrol, dll.
Hal ini menjadikan anak tidak bersemangat. Maka kondisikanlah semua hal di rumah yang
mendukung anak senang membaca Al-Quran, sehingga mau tidak mau ia ikut membaca AlQuran.
II.
Membiasakan anak bangun subuh dan pergi sholat ke mesjid. Biasanya orang tua
suka tidak tega membangunkan anaknya pagi-pagi. Maka kita tanamkan kepada anak-anak
kita apa tujuan kita membangunkan mereka diwaktu subuh dan mengajarkan mereka
membaca Al-Quran. Agar anak mengerti kenapa mereka dididik seperti itu, dan tidak
merasa terpaksa, kuncinya terletak pada orang tua. Bila orang tuanya tidak mempunyai
keinginan, tidak mempunyai kecintaan kepada Al-Quran, maka rumah itu akan menjadi
gersang.
Ketiga, bagaimana kita melatih diri kita sendiri agar terbiasa membaca, menghidupkan,
dan mengamalkan Al-Quran?
Ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan sebagai seorang muslim,
diantaranyakewajiban membaca dengan baik dan benar. Rasulullah SAW berkata,
bacalah Al-Quran dengan gaya dan bacaan orang Arab. Al-Quran hanya boleh dibaca
dengan gayabacaan orang arab, tidak dengan gaya bahasa jawa, atau jepang dsb.
Membaca Al-Quran dengan tajwid adalah suatu kewajiban. Barang siapa tidak
mentajwidkan Al-Quran maka akan berdosa, karena Allah menurunkan Al-Quran dalam
keadaan tajwid. Lalu malaikat mentalaqqi-kan kepada Rasul dengan tajwid, lalu Rasul
mentalaqqikan kepada sahabat dengan tajwid pula. Maka kita harus menjaga Al-Quran ini
dengan membacanya dalam keadaan tajwid. Membaca dengan tajwid ini adalah kunci
segala keberkahan Al-Quran. Ibarat sebuah pintu, membaca tajwid ini adalah kunci pintu
tersebut. Bila membaca Al-Quran sebagai syifa/penyembuh, tapi tidak dengan tajwid, maka
bagaimana ia bisa menyembuhkan? Begitu pula dengan menggunakan Al-Quran sebagai
pengusir jin. Adaulama yang mengatakan, barang siapa yang membaca Al-Fatihah tidak
dengan tajwid, maka kesah-an sholatnya diragukan. Akan terjadi kesalahan-kesalahan

dalam makna Al-Quran tersebut. Bila kita membaca dengan makhraj yang salah, maka
makna Al-Quran itu akan berubah.
Kita mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak kita untuk membaca AlQuran tersebut. Anda akan bias menikmati membaca Al-Quran bila membacanya dengan
tajwid yang benar. Bila dibaca tidak dengan tartil, maka tidak nikmat membacanya. Bila
seorang ibu belum membaca Al-Quran dengan benar, maka adalah kewajiban untuk bisa
membaca dengan benar, agar suatu saat nanti bisa mengajarkan kepada anak-anaknya.
Di Indonesia, banyak professor yang sudah belajar tinggi di luar negeri, akan tetapi
membaca Al-Quran tidak bisa. Padahal ilmu-ilmu di dunia itu tidak akan memberi syafaat
di akhirat. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan bagi kita-kita yang diberi kesempatan
untuk belajar tinggi, agar tidak meninggalkan Al-Quran. Titel/gelar tidak akan dibawa ke
akhirat, sementara Al-Fatihah, Al-Quran akan ditanya. Al-Quranlah yang akan
memberikan syafaat di akhirat nanti. Abu Bakar berkata, barang siapa yang meremehkan
Al-Quran, maka sesunguhnya dia akan meremehkan sesuatu yang luar biasa, dan
meluarbiasakan sesuatu yang remeh.
Di Indonesia banyak anak-anak kecil yang sudah bisa bahasa inggris, bisa komputer.
Orang tua sudah bangga anaknya bisa seperti itu. Tapi Allah menjanjikan, barang siapa
yang bisa membaca Al-Quran, Allah akan memberikan prestasi baginya di dunia dan
akhirat. Kita sebagai orang tua, hendaknya menanamkan kepada anak-anak kita kecintaan
kepada Al-Quran, karena Al-Quran itu memiliki fadhilah yang luar biasa. Allah
memberikan fadhilah yang sangat tinggi kepada orang-orang yang pandai membaca AlQuran, antara lain mereka bisa memberikan syafaat kepada keluarganya, Allah akan
memberikan kehidupan yang mulia di dunia.
Kemampuan menghafal Al-Quran pada anak-anak sangat luar biasa hingga 9 tahun.
Dengan hafalan-hafalan Al-Quran itu, otak anak akan berkembang. Anak kecil yang
menghafal Al-Quran diwaktu kecil, ibarat menulis di atas batu, sedangkan orang tua yang
menghafal
di
usia
lanjut,
bagaikan
menulis
di
atas
air.
Sesi Pertanyaan
1.
Dari Mba Nonong :
a.
Dimana letak salahnya jika Al-Quran yang selalu dibaca tidak membawa ketenangan
bagi yang membacanya?
Jawab :
1. Kita lihat dulu bacaannya benar apa tidak.
2. Ikhlaskan niat kepada Allah SWT bahwa kita membaca Al-Quran benar-benar untuk Allah.
Sebagai taabbud, sebagai ibadah kepada Allah. Dan keikhlasan itu semoga dibukakan semua
penghalang kita membaca Al-Quran.
b.
Bagaimana cara Ibu dalam menghafal Al-Quran (kiat-kiatnya)?
Jawab :
Yang penting adalah bagaimana kita bisa bersyukur, semoga Allah menjadikan berkah dan
dimudahkan untuk menghafal Al-Quran, amiinn

2.
Dari Mbak Shinta :
Sejak usia berapa anak bisa dipaksakan untuk membaca Al-Quran? Yang tidak ada
toleransi lagi?
Jawab :
Kita harus mengetahui dulu cara mengajarkan kepada anak, dari sejak usia dini. Caranya
orang tuanya membacakan, lalu anaknya mengikuti. Terus menerus setiap hari, satu ayat
demi satu ayat. Ada teman ustadzah, anaknya udia 5 tahun, sudah hafal 5 juz.
Jaman dulu ada seorang anak yang ketika membaca salah satu surat Al Mauun..Fawailul lil
mushallin (celakalah orang-orang yang shalat), lalu ia bertanya kepada ayahnya. Ternyata
orang-orang dulu mengajarkan anaknya termasuk maknanya, sehingga si anak lebih mampu
menghafal dan mencintai Al-Quran. Jadi setelah talaqqi, kita ceritakan latar belakangnya
(asbabun nuzul). Berat memang, tapi perjuangan luar biasa ini akan berguna bagi anak kita
dikemudian hari.
3.
Apakah yang dimaksud dengan metode Qiroati dalam membaca Al-Quran?
Jawab :
Metode qiroati = metode Iqra, berbeda dengan metode utsmani. Metode qiroati ini
standarnya mushaf Indonesia. Kalau metode usmani, standarnya madinah, dengan mushaf
madinah.
4.
Dari bundakm :
Bagaimana kalau kita belajar Al-Quran saja, bisakah kita menjadi pemimpin dunia? Kita
ketahui sekarang dunia dikuasai oleh orang yang tidak belajar Al-Quran,. Karena dalam
pemahaman saya, umat Islam itu hidup di dunia dan di akhirat, dalam makna segala ibadat
ditujukan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Jawab :
Kita tidak bisa belajar Al-Quran saja, justru dengan Al-Quran Allah akan jadikan pemimpin
di kalangan ahlul quran.
Tambahan dari mel_ulvan : Sumber ilmu adalah Al-Quran, jadi ilmu yang ada sekarang itu
digali dari Al-Quran.
Pertanyaan lanjutan : Namun, kenapa keadaan penguasaan dunia itu tidak lagi berada di
tangan muslim, apakah karena memang tidak ada lagi muslim yang setara dengan Ibnu
Sina, Al Jabbar, dll?
Jawab :
Insya Allah akan dijawab oleh Ustadzah melalui milis.
5.
Dari atiiqah :
Apakah mungkin jika ibunya tidak hafidz, anaknya bisa jadi hafidz. Mengingat saya bukan
hafidzah dan saya mengharapkan anak-anak saya bisa hafidz.
Jawab :
Bil akita merujuk salah seorang hafidz, Al Zajri, bapaknya bukan hafidz. Bapaknya sudah tua,
50 tahun, lalu ia pergi ke mekkah, minum air zamzam dan berdoa. Alhamdulillah istrinya
hamil lalu dikaruniai seorang anak. Walaupun ayah ibunya bukan hafidz, tapi anaknya
hafidz. Biasanya orang arab menitipkan anaknya pada syekh, atau kalau

diIndonesia dititipkan ke Pesantren. Tapi sebaliknya, tidak menjadi jaminan juga kalau orang
tuanya seorang hafidz, anaknya akan jadi hafidz juga.
6.
Dari Atiiqah :
Apakah seorang hafidz terjamin untuk tidak melakukan dosa besar?
Jawab :
Insya Allah akan dijawab oleh Ustadzah melalui milis.

Anda mungkin juga menyukai