2011-2-00074-Ak Bab Ii
2011-2-00074-Ak Bab Ii
LANDASAN TEORI
II.1
dari
hasil
penelitian
Surat
Pemberitahuan
terdapat
10
empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau
tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
tertentu akan ditetapkan lain oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila jangka 12
bulan telah lewat, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan Wajib
Pajak berhak memperoleh pengembalian atas kelebihan pajaknya. Apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih
besar dari kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan, maka SKPLB
masih dapat diterbitkan lagi.
13
II.2
Penagihan Pajak
Tindakan penagihan pajak didasari oleh adanya Surat Ketetapan Pajak,
yaitu Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Keputusan Pembetulan, serta Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar ditambah. Menurut Pasal 1
ayat (9) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa, disebutkan bahwa:
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
14
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
15
Pajak
dengan
Surat
Paksa,
kewenangan
untuk
dan
Bangunan,
sedangkan
pejabat
yang
berwenang
2. Jurusita Pajak
Jurusita Pajak merupakan pelaksana tindakan penagihan pajak.
Jurusita Pajak pusat diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat
sedangkan Jurusita Pajak daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota untuk penagihan pajak daerah.
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) serta
ayat (5) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa, Jurusita Pajak bertugas :
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
b. Memberitahukan Surat Paksa;
c. Melaksanakan
penyitaan
atas
barang
Penanggung
Pajak
17
d. Melaksanakan
penyanderaan
berdasarkan
Surat
Perintah
Penyanderaan.
usaha,
ditempat
kedudukan,
atau
ditempat
tinggal
Pajak
Kurang
Bayar
Tambahan
(SKPKBT)
atau
19
Gambar 2.1
Tahapan Penagihan Pajak
II.2.5 Surat Teguran
Sebagaimana telah diketahui bahwa yang menjadi dasar penagihan pajak
adalah adanya Surat Ketetapan Pajak. Setelah dalam jangka waktu satu bulan
sejak tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud
tersebut Wajib Pajak tetap tidak melunasinya, maka dilakukan suatu tindakan
penagihan aktif berupa penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan, atau Surat
Lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk menegur atau memperingatkan Wajib
Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dilakukan segera setelah tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang
20
haruslah
disampaikan
oleh
Jurusita
Pajak
kepada
Wajib
II.2.8 Penyitaan
Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak untuk
menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi
utang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyitaan
merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah Surat Paksa yang hanya dapat
dilakukan setelah batas waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan.
Artinya, apabila Penanggung Pajak/ Wajib Pajak tetap tidak melunasi utang
pajak sebagaimana yang tercantum dalam Surat Paksa, barulah penyitaan dapat
dilaksanakan.
Pada prinsipnya tujuan penyitaan adalah untuk memperoleh jaminan
pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat
dilakukan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat
tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai
pelunasan utang tertentu.
Penyitaan dapat dilakukan terhadap barang bergerak maupun barang
tidak bergerak. Termasuk penyitaan terhadap barang bergerak adalah mobil,
perhiasan, uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat
berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.
Sementara itu, yang termasuk barang tidak bergerak adalah tanah, bangunan, dan
kapal dengan isi kotor tertentu. Namun demikian terdapat enam jenis barang
yang dikecualikan dari penyitaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU
No.19 Tahun 1997, yaitu:
25
yang
berkaitan
dengan
jabatan
atau
pekerjaan
II.2.9 Pelelangan
Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum yang dipimpin oleh
pejabat lelang dengan cara penawaran harga secara terbuka/lisan dan/atau
26
adalah
larangan
yang
bersifat
sementara
terhadap
Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan penyanderaan adalah pengekangan untuk sementara waktu
kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.
Sesuai dengan Pasal 1 Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep218/PJ/2003 tanggal 30 Juli 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaan
dan Pemberian Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak yang Disandera,
28
tempat tertentu tersebut adalah rumah tahanan Negara yang terpisah dari tahanan
lain.
Pencegahan dan penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap
Penanggung Pajak yang memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
1. Syarat kuantitatif, yaitu apabila Penanggung Pajak mempunyai utang
pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah); dan
2. Syarat kualitatif, yaitu syarat mengenai diragukannya iktikad baik
Penanggung Pajak yang bersangkutan dalam melunasi utang
pajaknya.
Apabila telah dilakukan pencegahan terhadap Penanggung Pajak, tidaklah
berarti utang pajaknya terhapus. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 31 UU
Penagihan bahwa pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan
hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
Masa pencegahan ditentukan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan. Sama halnya dengan jangka
waktu penyanderaan yang hanya dapat dilakukan paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak Penanguung Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan
dapat diperpanjang selama-lamanya 6 (enam) bulan. Jika Penanggung Pajak
yang disandera melarikan diri dan tertangkap, maka yang bersangkutan
dimasukkan ke rutan kembali berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang
diterbitkan pertama kali dan selama masa pelarian tidak dihitung sebagai masa
penyanderaan.
29
II.2.11 Gugatan
Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan
penagihan pajak kepada pengadilan pajak. Sementara gugatan atas kepemilikan
barang yang disita diajukannya kepada pengadilan negeri. Gugatan atas
pelaksanaan penagihan pajak ke pengadilan pajak harus diajukan dalam waktu
14 (empat belas) hari sejak Surat Paksa, sita, maupun lelang telah dilaksanakan.
Hitungan 14 (empat belas) hari dihitung sejak dilakukannya pemberitahuan Surat
Paksa kepada Penanggung Pajak. Sedangkan untuk sita dihitung sejak
pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan untuk lelang dihitung sejak
pengumuman lelang. Apabila dalam jangka waktu yang dimaksud Penanggung
Pajak tidak mengajukan gugatan, maka hak untuk menggugat tidak dapat
diterima alias gugur.
31
32