KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Menurut Anthony Robbins belajar merupakan proses menciptakan hubungan
antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan yang baru).
Jadi dapat diketahui bahwa makna belajar bukan berasal dari sesuatu yang benar-benar
belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada
dengan pengatahuan baru (Yulia, 2013).
(Luqman, 2010)menyimpulkan Belajar adalah suatu usaha dasar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh suatu
tujuan (Aunurrahman, 2009: 35).
Jadi belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum
tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih
terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik
menjadi siswa terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi
siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan dikatakan telah mengalami proses
belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya, (Yulia, 2013)
2. Project Based Learning
Yulia (2013) mengemukakan pendapat beberapa ahli yakni:
a. Boud & Felleti mengatakan project based learning adalah cara yang konstruktif
dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus
kepada aktivitas pelajar (2003).
b. Baron mengatakanproject based learning adalah pendekatan cara pembelajaran
secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset
Menurut Piaget, pedagogi yang baik harus melibatkan siswa dengan situasisituasi siswa itu sendiri yang melakukan eksperimen. Makna yang luas dari ungkapan
itu mencoba segala sesuatu untuk mencari tahu apa yang terjadi, memanipulasi
benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan berupaya
menemukan sediri jawabannya, mencocokkan apa yang ia temukan di waktu yang
lain, dan membandingkan temuannya dengan temuan siswa lain (Yulia, 2013)
3) Teori Vigotsky
Konsep konstruktivisme Vygotsky, intelektual berkembang ketika seseorang
menghadapi pengalaman baru dan rasa ingin tahu yang tinggi dan pada saat seseorang
bekerja keras dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pengalamanpengalaman ini (Utami, 2014)
Upaya yang dilakukan dalam rangka memahami pengalaman tersebut akan
melatih individu untuk mengkaitkan pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengetahuan awal yang dimiliki untuk membangun makna baru.
Dalam pembelajaran sains Vygotsky menyarankan bahwa interaksi sosial itu
penting saat siswa menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit,
Pendapat dari John Dewey, Pigeat, Vigotsky dan lain-lain sebenarnya
membentuk suatu teori pembelajaran yang dikenal dengan teori konstruktivis. Ide
utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, agar
benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus bekerja
memecahkan masalah atau menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, belajar
adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbs.
b. Karakteristik Project Based Learning
Ada empat karakteristik PBP, yaitu isi, kondisi, aktivitas, dan hasil. Deskripsi
karakteristik PBP disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Karakteristik Utama Pembelajaran Berbasis Proyek
I.
berbasis
proyek
memiliki
beberapa
langkah
dalamproses
1)
Langkah-langkah
Start with the
Essential
Question
Penjelasan
Pembelajaran dimulai dengan memberikanpertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yangmerujuk pada topik yang
harus mereka selesaikanmelalui sebuah proyek.
2)
Design a
Plan for the
Project
3)
Create a
Schedule
4)
Monitor the
Students and
the Progress
of the Project
Assess the
Outcome
Evaluate the
Experience
5)
6)
pengetahuan,
kemampuan
dan
keterampilan
siswa
untuk
cooperative learning.
homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial,
kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup,
(Taufiq, 2011)
Metode pembelajaran Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekanrekan sejawatnya. Pada metode Jigsaw siswa-siswa ditempatkan pada kelompokkelompok belajar heterogen beranggota tiga sampai enam orang (kelompok asal).
Berbagai materi disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Selanjutnya para anggota dari kelompokkelompok yang berbeda tetapi membicarakan topik yang sama (kelompok ahli) bertemu
untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Kemudian siswa
kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajari dalam
kelompok ahli kepada anggota-anggotanya di kelompok asal. Setelah pertemuan dan
diskusi pada kelompok asal selesai, siswa mengerjakan kuis secara individu tentang
berbagai materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai
fasilitator dan mediator dalam proes belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya, (Haetami, 2010)
1. Syntak pembelajaran kooperatif Jigsaw
Dalam pembelajaran ini, penyampaian materi dilakukan dengan cara metode
demonstrasi sedangkan pembelajaran tipe jigsaw dilakukan untuk membentuk tim
ahli dalam menjawab soal jenis tertentu. Setiap kelompok akan membahas soal yang
berbeda, misalnya ahli menjawab soal tentang termometer Reamur.
Fase-fase pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut dalam tabel:
Tabel 2.3. Tabel Sintak Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw
Tingkah Laku
Guru membagi siswa dalam kelompok
yang berjumlah 5-6 orang disebut
kelompok asal
Membagi tugas materi yang berbeda pada
tiap siswa dalam tiap kelompok.
Siswa berdiskusi dalam kelompok
berdasarkan kesamaan materi yang
diberikan pada masing-masing siswa.
Siswa berdiskusi kembali dalam
Langkah-langkah
Start with the
Essential
Question (PjBL)
Design a
Plan for the
Project (PjBL)
Monitor the
Penjelasan
Pembelajaran dimulai dengan memberikan
pertanyaan
esensial,
yaitu
pertanyaan
yangmerujuk pada topik yang harus mereka
selesaikan melalui sebuah proyek.
Meminta siswa untuk menyusun rancangan
proyek. Perencanaan berisi tentang cara mereka
bekerja,
pemilihan
aktivitas
yang
dapatmendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial,serta memilih alat dan bahan yang
dapatdigunakan untuk membantu penyelesaian
proyek.
Guru membagi siswa dalam kelompok yang
berjumlah 5-6 orang disebut kelompok asal
Membagi tugas materi yang berbeda pada tiap
siswa dalam tiap kelompok.
Meminta siswa untuk menyusun jadwal aktivitas
dalam
menyelesaikan
proyek.
Aktivitas
padatahap ini antara lain membuat timeline
untuk
menyelesaikan
proyek,
membuat
deadline penyelesaian proyek, dsb.
Siswa berdiskusi dalam kelompok berdasarkan
kesamaan materi yang diberikan pada masingmasing siswa.
Melakukan pemantauan terhadap aktivitas
Students and
the Progress
of the Project (PjBL)
Assess the
Outcome (PjBL)
a. Diskusi kelompok
besar/asal (Jigsaw fase 4)
Evaluate the
Experience (PjBL)
peserta
didik selama menyelesaikan proyek.
Menilai
hasil
proyek
yang
sudah
dikerjakansiswa. Penilaian dilakukan untuk
membantupengajar
dalam
mengukur
ketercapaian
standar,berperan
dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa,
memberi
umpan
balik
tentangtingkat
pemahaman yang sudah dicapai siswa
Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok
asalnya masing-masing berdasarkan ketentuan
guru (sharing antar anggota kelompok ahli
mengenai proyek yang telah dibuat dari
perencanaan hingga produk jadi)
Memberikan refleksi terhadap aktivitas dan
hasilproyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksidilakukan baik secara individu maupun
kelompok.Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk
mengungkapkan
perasaan
dan
pengalamanya. selama menyelesaikan proyek.
Guru melakukan penilaian untuk mengukur
kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai
seluruh pembahasan.
Memberikan penghargaan kepada kelompok dan
siswa berprestasi.
5. Berfikir kreatif
Menurut Torrance (1990) keterampilan berpikir kreatif dimaksudkan kemampuan
berpikir dengan menggunakan berbagai operasi mental, yaitu kelancaran, kelenturan,
keaslian, dan pengungkapan idea untuk menghasilkan sesuatu yang asli, baru dan
bernilai. Ini dimaksudkan sewaktu menggagas idea baru, otak berpikir untuk
menghasilkan idea yang banyak (kelancaran), idea yang bervariasi, berbeda-beda
(kelenturan), idea yang unik (asli), dengan paparan yang terperinci dan berguna
(bernilai).
Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan perilaku
kreatif, menggerakkan potensi kreativitas siswa seperti berpikir kreatif, dan menimbulkan
berbagai penemuan terhadap hal yang sebelumnya belum dikenal atau dipahaminya.
dan
Rudd
(2001)
menjelaskan
pendorong
dan
faktor-faktor
yang
Definisi
1.
Keterampilan berpikir
lancar (fluency)
2.
Keterampilan berpikir
luwes (flexibility)
3.
Keterampilan berpikir
orisinal (originality)
4.
Keterampilan memerinci
atau mengelaborasi
(elaboration)
Berdasarkan definisi dari setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada tabel
2.3, maka setiap aspek dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator. Penjabaran
aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif menjadi beberapa indikator tertentu dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Aspek dan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Aspek KBK
Keterampilan berpikir
lancar (fluency)
Keterampilan berpikir
luwes (flexibility)
Indikator KBK
a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada
pertanyaan.
b. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah.
a. Memberikan macam-macampenafsiran (interpretasi)
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
b.
Keterampilan berpikir
orisinal (originality)
Keterampilan memerinci
atau mengelaborasi
(elaboration)
Keterampilan berpikir rasional yaitu mampu berpikir yang baru dan unik.
Kebaruan (novelty) yaitu sejauh mana produk tersebut baru dalam hal jumlah,
luas, teknik, bahan, konsep baru dan lain-lain.
Kerincian (elaboration) dan Sintesis yaitu sejauh mana produk tersebut mampu
menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama menjadi satu kesatuan yang
koheren dan canggih (logis). Dalam dimensi ini juga harusmemenuhi beberapa
kriteria diantaranya organis, elegan, kompleks, dapat dipahami (Utami, 2014)
6.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2013), yang menunjukan bahwa pembelajaran
berbasis proyek yang dipandu dengan Journal notes pagesdapat meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif siswa.
b. Penelitian dari Utami (2014), Project based learningmemiliki pengaruh terhadap daya
berpikir kreatif siswa. Utami menggunakan Instagram sebagai media penyaluran hasil
pemikiran kreatif siswa.
c. Jurnal yang merupakan penelitian dari Taufik (2011) yang meneliti bahwa
pembelajaran yang menggunakan kooperatif jigsaw mampu meningkatkan sikap
positif seperti kreativitas.
B. Kerangka Berfikir
Permasalahan yang seringkali muncul dalam pembelajaran Biologi di sekolah
diantaranya pembelajaran yang belum mengakomodasi siswa untuk berpikir mandiri
karena guru sebagai pentransfer materi pelajaran dan siswa hanya mendengarkan
sehingga proses pembelajaran berlangsung satu arah. Pembelajaran seringkali identik
dengan kegiatan menghafal semua informasi. Siswa kurang lancar mengungkapkan
gagasan-gagasan yang dimiliki, kurang mengungkapkan gagasan yang bervariasi, kurang
mampu menjelaskan pemecahan masalah dalam lingkungan sekitarnya dalam langkahlangkah terperinci, kurang mampu menciptakan ide-ide/ karya yang baru atau orisinal.
Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang dan
belum dikembangkan. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut untuk dapat
mengeksplore kemampuan mereka sehingga sangat tepat sekali jika dalam pembelajaran
Biologi kemampuan kreativitas perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Daya kreativitas seseorang dapat dimunculkan dan dikembangkan salah satunya dengan
diterapkannnya model pembelajaran yang menyenangkan yaitu model pembelajaran yang
bersifat konstruktif sehingga siswa akan mengkostruk pengetahuannya sendiri dengan aktif
dan model pembelajaran yang mampu meningkatkan daya pikir kreatif siswa.
Model pembelajaran berbasis project atau project based learning merupakan model
instruksional yang komprehensif untuk melibatkan siswa dalam penyelidikan yang
berkesinambungan. Model pembelajaran tersebut berfokus pada konsep dan prinsip inti
sebuah disiplin, memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugastugas bermakna lainnya, studentscentered, dan menghasilkan produk nyata (Santyasa, 2007;
Gokhan, 2011).
pemikiran termasuk pemikiran kreatif dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asli,
(Taufiq, 2011)
Dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learningdipadu dengan
cooperative lerning jigsawpada pembelajaran biologi, diharapkan terjadi peningkatan pada
kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka dalam
penelitian ini dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dipadu dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X ICT SMAN Kebakkramat pada materi
Animalia.