Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Menurut Anthony Robbins belajar merupakan proses menciptakan hubungan
antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan yang baru).
Jadi dapat diketahui bahwa makna belajar bukan berasal dari sesuatu yang benar-benar
belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada
dengan pengatahuan baru (Yulia, 2013).
(Luqman, 2010)menyimpulkan Belajar adalah suatu usaha dasar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh suatu
tujuan (Aunurrahman, 2009: 35).
Jadi belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum
tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih
terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik
menjadi siswa terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi
siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan dikatakan telah mengalami proses
belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya, (Yulia, 2013)
2. Project Based Learning
Yulia (2013) mengemukakan pendapat beberapa ahli yakni:
a. Boud & Felleti mengatakan project based learning adalah cara yang konstruktif
dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus
kepada aktivitas pelajar (2003).
b. Baron mengatakanproject based learning adalah pendekatan cara pembelajaran
secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset

terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata relevan bagi


kehidupannya (1998).
c. Blumenfeld menjelaskan bahwa project based learning adalah pendekatan
komprehensif untuk guruan dan pembelajaran yang dirancang siswa melakukan riset
terhadap permasalahan nyata (1991).
Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran berbasis proyek
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara
nyata, (Andariningsih, 2015).
Wibowo (2014) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis proyek merupakan
sebuah model pembelajaran inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks. Siswa dilibatkan dalam investigasi pemecahan
masalah dan kegiatan tugas bermakna lainnya. Siswa diberi kesempatan dalam bekerja
secara otonom untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri, selain itu siswa dapat
menghasilkan produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek juga memberikan peluang
kepada siswa untuk terlibat secara aktif menyelesaikan proyek-proyek secara mandiri dan
dapat bekerja samadalam tim.
a. Landasan Teori Perkembangan Project Based Learning
Pada project based learning guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator
sehingga siswa belajar untuk berpikir dan menyelesaikan proyek/tugas yang sudah
diberikan guru. Project based learning dilandaskan oleh beberapa teori yakni :
1) Teori John Dewey
Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep Learning by
Doing yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan
tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang
bagaimana melakukan suatu tujuan.
Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa dalam proyek-proyek
berorientasi masalah masalah sosial dan iptek. embelajaran bermakna dan otentik
siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah sangat
bermanfaat dalam rangka mengeksplorasi pengetahuan mereka.
2) Teori Piget

Menurut Piaget, pedagogi yang baik harus melibatkan siswa dengan situasisituasi siswa itu sendiri yang melakukan eksperimen. Makna yang luas dari ungkapan
itu mencoba segala sesuatu untuk mencari tahu apa yang terjadi, memanipulasi
benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan berupaya
menemukan sediri jawabannya, mencocokkan apa yang ia temukan di waktu yang
lain, dan membandingkan temuannya dengan temuan siswa lain (Yulia, 2013)
3) Teori Vigotsky
Konsep konstruktivisme Vygotsky, intelektual berkembang ketika seseorang
menghadapi pengalaman baru dan rasa ingin tahu yang tinggi dan pada saat seseorang
bekerja keras dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pengalamanpengalaman ini (Utami, 2014)
Upaya yang dilakukan dalam rangka memahami pengalaman tersebut akan
melatih individu untuk mengkaitkan pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengetahuan awal yang dimiliki untuk membangun makna baru.
Dalam pembelajaran sains Vygotsky menyarankan bahwa interaksi sosial itu
penting saat siswa menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit,
Pendapat dari John Dewey, Pigeat, Vigotsky dan lain-lain sebenarnya
membentuk suatu teori pembelajaran yang dikenal dengan teori konstruktivis. Ide
utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, agar
benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus bekerja
memecahkan masalah atau menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, belajar
adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbs.
b. Karakteristik Project Based Learning
Ada empat karakteristik PBP, yaitu isi, kondisi, aktivitas, dan hasil. Deskripsi
karakteristik PBP disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Karakteristik Utama Pembelajaran Berbasis Proyek

I.

ISI: memuat gagasan yang orisinil


1.
Masalah kompleks
2.
Siswa menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan
3.
Siswa berhadapan pada masalah yang ill-defined
4.
Pertanyaan cenderung mempersoalkan masalah dunia nyata

II. KONDISI: mengutamakan otonomi siswa


1.
Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat
2.
Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien
3.
Siswa belajar penuh dengan kontrol diri
4.
Mensimulasikan kerja secara professional.
BI.
AKTIVITAS: investigasi kelompok kolaboratif
1.
Siswa berinvestigasi selama periode tertentu
2.
Siswa melakukan pemecahan masalah kompleks
3. Siswa memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya
untuk mengkonstruksi keterampilan baru
4.
Siswa menggunakan teknologi otentik dalam memecahkan
masalah
5. Siswa melakukan umpan balik mengenai gagasan mereka
berdasarkan respon ahli atau dari hasil tes
IV. HASIL: produk nyata
1. Siswa menunjukan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka
2. Siswa melakukan evaluasi diri
3. Siswa responsif terhadap segala implikasi dari kompetensi yang
dimilikinya
4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi sosial, manajemen pribadi,
regulasi belajarnya.
hi
(Sumber : Santyasa, 2006 dalam Yulia, 2013)
c. Sintak Project Based Learning
Model pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa bergerak aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan melatih siswa untuk memecahkan masalah yang ada di
sekitar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kerja
proyek dan bertindak sebagai fasilitator. Penerapan model pembelajaran ini dapat
melatih siswa memiliki sikapdiantaranya : bertanggung jawab, memiliki kompetensi
yang sesuai dengan kemampuannya, bekerja sesuai dengan rencana yang telah dibuat
dan dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari sebelumnya (Utami, 2014)
Pembelajaran

berbasis

proyek

memiliki

beberapa

langkah

dalamproses

pelaksanaan kegiatannya. Langkah-langkah dalamPjBL dapat dilihat pada Tabel 2.2.


Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Project Based Learning (PjBL)

1)

Langkah-langkah
Start with the
Essential
Question

Penjelasan
Pembelajaran dimulai dengan memberikanpertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yangmerujuk pada topik yang
harus mereka selesaikanmelalui sebuah proyek.

2)

Design a
Plan for the
Project

Meminta siswa untuk menyusun rancanganproyek.


Perencanaan berisi tentang cara mereka bekerja, pemilihan
aktivitas yang dapatmendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial,serta
memilih
alat
dan
bahan
yang
dapatdigunakan untuk membantu penyelesaian proyek.

3)

Create a
Schedule

Meminta siswa untuk menyusun jadwal aktivitasdalam


menyelesaikan proyek. Aktivitas padatahap ini antara lain
membuat
timelineuntukmenyelesaikan proyek, membuat
deadlinepenyelesaian proyek, dsb.

4)

Monitor the
Students and
the Progress
of the Project
Assess the
Outcome

Melakukan pemantauan terhadap aktivitas peserta


didik selama menyelesaikan proyek.

Evaluate the
Experience

Memberikan refleksi terhadap aktivitas dan hasilproyek yang


sudah dijalankan. Proses refleksidilakukan baik secara
individu maupun kelompok.Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya.
selama menyelesaikan proyek.

5)

6)

Menilai hasil proyek yang sudah dikerjakansiswa.


Penilaian dilakukan untuk membantupengajar dalam
mengukur
ketercapaian
standar,berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi
umpan balik tentangtingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa

(Sumber : The George Lucas Educatonal Foundation, 2007)


d. Kelebihan Project Based Learning
Menurut (Andariningsih, 2015), Project Based Learning memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
1) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
2) Mendorong para siswa untuk memecahkan masalah permasalahan secara
kompleks.
3) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka
4) untuk melakukan pekerjaan penting dan mereka perlu untuk dihargai.
5) Memerlukan

pengetahuan,

kemampuan

dan

keterampilan

siswa

menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.

untuk

6) Melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukan


pengetahuan yang dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
7) Memberi pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
penalaran karena proyek merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah.
8) Mengadakan kerjasama/kolaborasi antara siswa-siswa yang lain, siswa dengan
guru, untuk memperluas komunitas sehingga terjadi saling memberi menerima.
9) Fun, membuat suasana kelas menyenangkan sehingga siswa maupun guru
menikmatinya
3. Jigsaw
Kata Jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti gergaji ukir. Pembelajaran
kooperatif Jigsaw, diantara siswa akan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara
bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama, Pembelajaran kooperatif
Jigsaw juga diartikan sebagai pembelajaran yang membuat siswa untuk saling mengajari.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam jurnal Zalalia (2014) adalah
sebagai berikut:
1. Setiap siswa dalam kelompok diberi nomor. Semua anggotakelompok yang
mempunyai nomor yang sama akan membentuk grup ahli (expert group)
2. Bahan diskusi diberi oleh guru. siswa mendiskusikan bahan yang telah dibagi menjadi
bagian-bagian. Setiap bagian bahan ditangani oleh grup ahli (expert group)
3. Setelah pembicaraan matang, terakhir setiap anggota grup kembali ke induknya
(home group)
4. Setiap anggota di home group memberitau apa yag telah dipelajari di expert group.
Semua expert group akan melengkapi atau menyelesaikan tugas menggunakan
pengetahuan yang diperoleh expert group
5. Setelah selesai membahas dikelompok asal, akan diadakan tes.
Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran

cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah belajar secara bersama-sama,


saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam belajar, dan memastikan bahwa
setiap siswa dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif adalah falsafah

homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial,
kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup,
(Taufiq, 2011)
Metode pembelajaran Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekanrekan sejawatnya. Pada metode Jigsaw siswa-siswa ditempatkan pada kelompokkelompok belajar heterogen beranggota tiga sampai enam orang (kelompok asal).
Berbagai materi disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Selanjutnya para anggota dari kelompokkelompok yang berbeda tetapi membicarakan topik yang sama (kelompok ahli) bertemu
untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Kemudian siswa
kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajari dalam
kelompok ahli kepada anggota-anggotanya di kelompok asal. Setelah pertemuan dan
diskusi pada kelompok asal selesai, siswa mengerjakan kuis secara individu tentang
berbagai materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai
fasilitator dan mediator dalam proes belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya, (Haetami, 2010)
1. Syntak pembelajaran kooperatif Jigsaw
Dalam pembelajaran ini, penyampaian materi dilakukan dengan cara metode
demonstrasi sedangkan pembelajaran tipe jigsaw dilakukan untuk membentuk tim
ahli dalam menjawab soal jenis tertentu. Setiap kelompok akan membahas soal yang
berbeda, misalnya ahli menjawab soal tentang termometer Reamur.
Fase-fase pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut dalam tabel:
Tabel 2.3. Tabel Sintak Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw

Sintak Pembelajaran Kooperatif


Teknik Jigsaw Langkah
Fase 1 Membentuk kelompok besar
yang heterogen
Fase 2 Membagikan tugas materi
membentuk ahli
Fase 3 Diskusi kelompok ahli

Fase 4 Diskusi kelompok besar/asal

Tingkah Laku
Guru membagi siswa dalam kelompok
yang berjumlah 5-6 orang disebut
kelompok asal
Membagi tugas materi yang berbeda pada
tiap siswa dalam tiap kelompok.
Siswa berdiskusi dalam kelompok
berdasarkan kesamaan materi yang
diberikan pada masing-masing siswa.
Siswa berdiskusi kembali dalam

Fase 5 Pemberian kuis individu


semua materi (Evaluasi)
Fase 6 Pemberian Penghargaan

kelompok asalnya masing-masing


berdasarkan ketentuan guru.
Guru melakukan penilaian untuk
mengukur kemampuan dan hasil belajar
siswa mengenai seluruh pembahasan.
Memberikan penghargaan kepada
kelompok dan siswa berprestasi.
(Bisara, 2013)

4. Syntak perpaduan PjBL dan Jigsaw


Berikut merupakan sintak perpaduan pembelajaran PjBL dan Kooperatif Jigsaw:
Tabel 2.4. tabel sintak perpaduan pembelajaran PjBL dan Jigsaw
No
1

Langkah-langkah
Start with the
Essential
Question (PjBL)
Design a
Plan for the
Project (PjBL)

a. Membentuk kelompok besar


yang heterogen (Jigsaw fase
1)
b. Membagikan tugas materi
membentuk ahli (Jigsaw fase
2)
Create a
Schedule (PjBL)

a. Diskusi kelompok ahli


(Jigsaw fase 3)
4

Monitor the

Penjelasan
Pembelajaran dimulai dengan memberikan
pertanyaan
esensial,
yaitu
pertanyaan
yangmerujuk pada topik yang harus mereka
selesaikan melalui sebuah proyek.
Meminta siswa untuk menyusun rancangan
proyek. Perencanaan berisi tentang cara mereka
bekerja,
pemilihan
aktivitas
yang
dapatmendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial,serta memilih alat dan bahan yang
dapatdigunakan untuk membantu penyelesaian
proyek.
Guru membagi siswa dalam kelompok yang
berjumlah 5-6 orang disebut kelompok asal
Membagi tugas materi yang berbeda pada tiap
siswa dalam tiap kelompok.
Meminta siswa untuk menyusun jadwal aktivitas
dalam
menyelesaikan
proyek.
Aktivitas
padatahap ini antara lain membuat timeline
untuk
menyelesaikan
proyek,
membuat
deadline penyelesaian proyek, dsb.
Siswa berdiskusi dalam kelompok berdasarkan
kesamaan materi yang diberikan pada masingmasing siswa.
Melakukan pemantauan terhadap aktivitas

Students and
the Progress
of the Project (PjBL)
Assess the
Outcome (PjBL)

a. Diskusi kelompok
besar/asal (Jigsaw fase 4)

Evaluate the
Experience (PjBL)

a. Pemberian kuis individu


semua materi (Evaluasi)
(Jigsaw fase 5)
b. Pemberian Penghargaan
(Jigsaw fase 6)

peserta
didik selama menyelesaikan proyek.
Menilai
hasil
proyek
yang
sudah
dikerjakansiswa. Penilaian dilakukan untuk
membantupengajar
dalam
mengukur
ketercapaian
standar,berperan
dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa,
memberi
umpan
balik
tentangtingkat
pemahaman yang sudah dicapai siswa
Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok
asalnya masing-masing berdasarkan ketentuan
guru (sharing antar anggota kelompok ahli
mengenai proyek yang telah dibuat dari
perencanaan hingga produk jadi)
Memberikan refleksi terhadap aktivitas dan
hasilproyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksidilakukan baik secara individu maupun
kelompok.Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk
mengungkapkan
perasaan
dan
pengalamanya. selama menyelesaikan proyek.
Guru melakukan penilaian untuk mengukur
kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai
seluruh pembahasan.
Memberikan penghargaan kepada kelompok dan
siswa berprestasi.

5. Berfikir kreatif
Menurut Torrance (1990) keterampilan berpikir kreatif dimaksudkan kemampuan
berpikir dengan menggunakan berbagai operasi mental, yaitu kelancaran, kelenturan,
keaslian, dan pengungkapan idea untuk menghasilkan sesuatu yang asli, baru dan
bernilai. Ini dimaksudkan sewaktu menggagas idea baru, otak berpikir untuk
menghasilkan idea yang banyak (kelancaran), idea yang bervariasi, berbeda-beda
(kelenturan), idea yang unik (asli), dengan paparan yang terperinci dan berguna
(bernilai).
Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan perilaku
kreatif, menggerakkan potensi kreativitas siswa seperti berpikir kreatif, dan menimbulkan
berbagai penemuan terhadap hal yang sebelumnya belum dikenal atau dipahaminya.

Sebagai pengalaman belajar yang menyenangkan, pada pembelajaran kreatif siswa


terlibat secara aktif mendalami bahan yang dipelajari dengan menggunakan proses
berpikir kreatif (Utami, 2014)
Baker

dan

Rudd

(2001)

menjelaskan

pendorong

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi model proses berpikir kreatif. Mereka menggambarkan dalam sebuah


Creative Process Cycle yang didalamnya terbagi menjadi 3 hal yaitu an initial catalyst, a
gestation period, and a problem solution andverification phase. Pada kehidupan nyata,
pengalaman suatu permasalahan yangterjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah
benih atau input yang disebut initial catalyst atau katalisator pertama. Setelah initial
catalyst akan memasukiperiode persiapan atau gestation period yang merupakan
gambaran (delineate) dari permasalahan yang akan diselesaikan atau dicari solusinya.
Kemudian yang terakhir adalah problem solution and verification yaitu ditemukannya
solusi dari permasalahan dan proses verifikasi dari permasalahan yang menjadi topik
pembahasan. Periode persiapan atau gestation periode dipengaruhi oleh beberapa
variabel pendukung dan penghambat diantaranya Interpersonal Variables,Educational
Variables, Biological Variables, dan Cultural Variables. Interpersonal Variables
merupakan variabel perseorangan atau hubungan antar-perseorangan yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kreatif seseorang misalnya peran mereka dalam anggota keluarga
dan lingkungan sekitar apakah mendukung berkembangnya kemampuan berpikir atau
justru menghambat kemampuan berpikir seseorang. Educational Variables terdiri dari
model pembelajaran, motivasi, model respon kreatif, pengetahuan dan educationalsetting.
Peran lembaga pendidikan seperti sekolah dalam hal ini sangat berperankhususnya guru
sebagai pentransfer ilmu di kelas. Biological Variables dipengaruhi oleh umur, genetik,
status kesehatan, jenis kelamin. CulturalVariables terdiri dari status sosial ekonomi, latar
belakang etnik, kepercayaan/agama, dan keadaan emosional.
a. Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Hawadi, dkk. (2001) mengemukakan bahwa kreativitas memiliki tiga tekanan
kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi,
kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan operasional anak kreatif,
(Utami, 2014). Ciri-ciri atau aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif menurut
Hawadi, dkk. (2001) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
No Ciri-ciri atau Aspek-aspek

Definisi

1.

Keterampilan berpikir
lancar (fluency)

2.

Keterampilan berpikir
luwes (flexibility)

3.

Keterampilan berpikir
orisinal (originality)

4.

Keterampilan memerinci
atau mengelaborasi
(elaboration)

a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban,


penyelesaian masalah atau pertanyaan.
b. Memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal.
a. Menghasilkan gagasan, jawaban atau
pertanyaan yang bervariasi.
b. Mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda-beda.
a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan
unik.
b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang
tidak lazim dari bagian-bagian.
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan
suatu gagasan atau produk.
b. Memperinci suatu objek atau gagasan secara
detail sehingga lebih menarik.

Berdasarkan definisi dari setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada tabel
2.3, maka setiap aspek dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator. Penjabaran
aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif menjadi beberapa indikator tertentu dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Aspek dan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Aspek KBK
Keterampilan berpikir
lancar (fluency)
Keterampilan berpikir
luwes (flexibility)

Indikator KBK
a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada
pertanyaan.
b. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah.
a. Memberikan macam-macampenafsiran (interpretasi)
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
b.

Keterampilan berpikir
orisinal (originality)
Keterampilan memerinci
atau mengelaborasi
(elaboration)

Menggolongkan hal-hal menurut pembagian


(kategori) yang berbeda-beda.

a. Setelah membaca atau mendengar gagasan- gagasan,


bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang
lain.
(Yulia, 2013)

Utami Munandar mengungkapkan pula tentang ciri-ciri atau aspek kemampuan


berpikir kreatif yang meliputi lima aspek yaitu :

Keterampilan berpikir lancar dengan definisi mampu mencetuskan banyak


gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) hampir sama dengan berpikir lancar.


Pada berpikir luwes gagasan yang diajukan lebih variatif dan dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Keterampilan berpikir rasional yaitu mampu berpikir yang baru dan unik.

Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan


mengembangkan suatu gagasan atau produk.

Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu menentukan patokan penilaian


sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat
atau suatu tindakan bijaksana (Yulia, 2013)

b. Teori Tentang Produk Kreatif


Pada teori tentang produk kreatif memaparkan model dari Basemer dan
Treffinger. Istilah produk dalam hal ini tidak terbatas pada produk yang bersifat
benda yang bernilai komersial saja, tetapi juga meliputi keragaman lain seperti
gagasan dan hasil karya yang lainnya. Basemer dan Treffinger menggolongkan
produk kreatif menjadi tiga kategori yaitu :
1

Kebaruan (novelty) yaitu sejauh mana produk tersebut baru dalam hal jumlah,
luas, teknik, bahan, konsep baru dan lain-lain.

Pemecahan (resolution) yaitu menyangkut derajat sejauh mana produk tersebut


berguna untuk memenuhi kebutuhan dari permasalahan yang muncul. Dalam
dimensi ini kriteria produk tersebut haruslah bermakna (valuable), logis, dan
berguna.

Kerincian (elaboration) dan Sintesis yaitu sejauh mana produk tersebut mampu
menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama menjadi satu kesatuan yang
koheren dan canggih (logis). Dalam dimensi ini juga harusmemenuhi beberapa
kriteria diantaranya organis, elegan, kompleks, dapat dipahami (Utami, 2014)

6.

Penelitian yang Relevan


Referensi mengenai hasil penelitian yang menjelaskan pemanfaatan Project Based
Learninf dalam upaya meningkatkan berpikir kreatif dalamberbagai jenjang pendidikan
dan berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran.

a. Penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2013), yang menunjukan bahwa pembelajaran
berbasis proyek yang dipandu dengan Journal notes pagesdapat meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif siswa.
b. Penelitian dari Utami (2014), Project based learningmemiliki pengaruh terhadap daya
berpikir kreatif siswa. Utami menggunakan Instagram sebagai media penyaluran hasil
pemikiran kreatif siswa.
c. Jurnal yang merupakan penelitian dari Taufik (2011) yang meneliti bahwa
pembelajaran yang menggunakan kooperatif jigsaw mampu meningkatkan sikap
positif seperti kreativitas.

B. Kerangka Berfikir
Permasalahan yang seringkali muncul dalam pembelajaran Biologi di sekolah
diantaranya pembelajaran yang belum mengakomodasi siswa untuk berpikir mandiri
karena guru sebagai pentransfer materi pelajaran dan siswa hanya mendengarkan
sehingga proses pembelajaran berlangsung satu arah. Pembelajaran seringkali identik
dengan kegiatan menghafal semua informasi. Siswa kurang lancar mengungkapkan
gagasan-gagasan yang dimiliki, kurang mengungkapkan gagasan yang bervariasi, kurang
mampu menjelaskan pemecahan masalah dalam lingkungan sekitarnya dalam langkahlangkah terperinci, kurang mampu menciptakan ide-ide/ karya yang baru atau orisinal.
Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang dan
belum dikembangkan. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut untuk dapat
mengeksplore kemampuan mereka sehingga sangat tepat sekali jika dalam pembelajaran
Biologi kemampuan kreativitas perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Daya kreativitas seseorang dapat dimunculkan dan dikembangkan salah satunya dengan
diterapkannnya model pembelajaran yang menyenangkan yaitu model pembelajaran yang
bersifat konstruktif sehingga siswa akan mengkostruk pengetahuannya sendiri dengan aktif
dan model pembelajaran yang mampu meningkatkan daya pikir kreatif siswa.
Model pembelajaran berbasis project atau project based learning merupakan model
instruksional yang komprehensif untuk melibatkan siswa dalam penyelidikan yang
berkesinambungan. Model pembelajaran tersebut berfokus pada konsep dan prinsip inti
sebuah disiplin, memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugastugas bermakna lainnya, studentscentered, dan menghasilkan produk nyata (Santyasa, 2007;
Gokhan, 2011).

Pada penelitiannya, Taufiq (2011) juga menyatakan Project BasedLearning mampu


meningkatkan sikap positif seperti kreativitas. Selain itu,manfaat berpikir kreatif diantaranya:
Melatih siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam memecahkan masalah, menumbuhkan sikap kolaboratif dan kreativitas
siswa dalam menghasilkan karya-karya dan memamerkannya (Torrance, 1990)
Selain model pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk berpikir kreatif,
kemampuan berpikir kreatif juga perlu dioptimalkan. Kemampuan berpikir kreatif dapat
dioptimalkan dengan

Cooperative learning Jigsaw karena siswa akan saling bertukar

pemikiran termasuk pemikiran kreatif dalam diskusi kelompok ahli maupun kelompok asli,
(Taufiq, 2011)
Dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learningdipadu dengan
cooperative lerning jigsawpada pembelajaran biologi, diharapkan terjadi peningkatan pada
kemampuan berpikir kreatif siswa.

PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI


Pembelajaran yang belum mengakomodasi siswa untuk berpikir mandiri karena guru
sebagai pentransfer materi pelajaran dan siswa hanya mendengarkan sehingga proses
pembelajaran berlangsung satu arah. Pembelajaran seringkali identik dengan kegiatan
menghafal semua informasi.
Kemampuan berpikir kreatif siswa belum dikembangkan
Fakta : siswa kelas X ICT SMAN Kebakramat mempunyai kemampuan berpikir kreatif
yang rendah
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (Project Based Learning)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATFI JISSAW

Menurut The George Lucas

Metode pembelajaran Jigsaw dikembangkan

Educational Foundation (2007) adalah

dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-

memulai dengan pertanyaan mendasar

rekan sejawatnya. Pada metode Jigsaw

atau start with the essential question,

siswa-siswa ditempatkan pada kelompok-

merencanakan desain proyek atau

kelompok belajar heterogen (kelompok asal)

design a plan for the project, membuat


jadwal atau cerate a schedule,
mengawasi siswa dan kemajuan proyek
atau monitor the student and the
progress of the project, penilaian
terhadap hasil atau asses the outcome,
kemudian yang terakhir adalah

yang setiap anggotanya bertanggung jawab


untuk mempelajari satu porsi materinya.
Selanjutnya para anggota dari kelompokkelompok yang berbeda tetapi membicarakan
topik yang sama (kelompok ahli) bertemu
untuk belajar dan saling membantu dalam

mengevaluasi pengalaman atau

mempelajari topik tersebut. Kemudian siswa

evaluate the experience

kembali ke kelompok asalnya dan


mengajarkan materi yang telah mereka
pelajari dalam kelompok ahli kepada
Meningkatkan dan mengoptimalkan
kemampuan berpikir kreatif yang (aspek

fluency, flexibility,originality, elaboration)


Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka dalam
penelitian ini dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dipadu dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X ICT SMAN Kebakkramat pada materi
Animalia.

Anda mungkin juga menyukai