Pirs 2012 File PG Tex - 05
Pirs 2012 File PG Tex - 05
PG-25
ABSTRAK
Nanoemulsi dengan sistem emulsi minyak dalam air (o/w) merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kelarutan
dan stabilitas komponen bioaktif yang terdapat dalam minyak sawit merah. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan hasil
karakterisasi ukuran diameter droplet dan distribusi droplet nanoemulsi minyak sawit merah yang disiapkan dengan high
pressure homogenizer. Faktor yang berpengaruh terhadap ukuran diameter droplet emulsi, antara lain rasio fase minyak:fase
air, konsentrasi emulsifier, dan tekanan homogenisasi. Diameter droplet nanoemulsi minyak sawit merah yang dihasilkan
berkisar 10,5 sampai 23,8 nm. Semakin kecil rasio fase minyak:fase air, semakin besar konsentrasi emulsifier, dan semakin
tinggi tekanan, diameter droplet nanoemulsi menjadi semakin kecil.
Kata Kunci: Minyak sawit merah, nanoemulsi, high pressure homogenizer, diameter droplet
I.
PENDAHULUAN
kaya -karoten akan menstimulasi pertumbuhan kelenjar thymus dan meningkatkan jumlah sel limfosit yang
berperan dalam peningkatan fungsi kekebalan tubuh
dan sistem imunitas tubuh terhadap serangan infeksi.
Konsumsi makanan kaya -karoten juga berhubungan
dengan penurunan kejadian kanker, karena -karoten
memiliki kemampuan sebagai penangkal radikal bebas
yang merusak jaringan tubuh. Radikal bebas dapat
berasal dari bahan kimia, polutan, alkohol dan obatobatan, dan juga asap rokok. Kemampuan antioksidan
dari -karoten juga dapat memberikan perlindungan
terhadap kebutaan, khususnya yang disebabkan oleh
katarak.[5]
Berdasarkan kelebihan-kelebihan -karoten yang
dimilikinya, minyak sawit merah sangat potensial digunakan sebagai bahan fungsional dalam produk pangan.
Struktur molekul -karoten yang memiliki
banyak ikatan ganda terkonjugasi menyebabkan karoten menjadi tidak stabil. Proses kerusakan karoten yang umum adalah isomerisasi, oksidasi dan
fragmentasi molekul -karoten. Adanya panas, cahaya, dan asam akan menyebabkan isomerisasi bentuk
trans -karoten menjadi bentuk cis. Perubahan bentuk isomer ini menyebabkan aktivitas -karoten sebagai provitamin A menurun. Senyawa -karoten dalam
bentuk isomer trans mempunyai aktivitas provitamin
PG-26
A 100%. Jika telah mengalami isomerasi menjadi 13cis--karoten dan 9-cis--karoten, aktivitas provitamin
A senyawa isomer tersebut menurun menjadi 53% dan
38%.[6, 7]
Untuk memperbaiki stabilitas dan kelarutannya
dalam air, karotenoid dapat dilarutkan dalam fase
minyak dalam emulsi minyak dalam air (o/w) sehingga
dapat dengan mudah diformulasikan ke dalam produk pangan.[8] Nanoteknologi memberikan peluang
untuk meningkatkan kelarutan suatu komponen aktif dan meningkatkan bioavailabilitasnya. Di bidang
farmasi dan obat-obatan, pembuatan partikel berskala
nanometer menunjukkan peningkatan kelarutan dalam
air, dan mengarah pada peningkatan ketersediaan biologis (bioavailabilitas).[9] Beberapa hasil penelitian
mengenai pembentukan nanoemulsi -karoten dengan
agen pembawa medium chain triglyceride (MCT), long
chain triglyceride (LCT) seperti minyak jagung, menyatakan bahwa sistem nanoemulsi tersebut mampu
mempertahankan kestabilan -karoten terhadap agregasi, pemisahan akibat gravitasi, oksidasi, meningkatkan kelarutan, bioaccessibility dan bioavailabilitas karoten.[9, 10]
Berbagai penelitian minyak sawit merah sudah
banyak dilakukan dengan tujuan memanfaatkan kandungan -karoten minyak sawit merah. Salah satu
upaya untuk melindungi -karoten dalam minyak
sawit merah adalah dengan cara melindunginya
dalam matriks polimer yang disebut dengan proses
mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi minyak sawit
merah menggunakan tiga jenis bahan pengisi, yaitu
maltodeksrin, gelatin, dan CMC, dengan pengering lapis tipis (thin layer), namun mikroenkapsulat minyak sawit merah yang dihasilkan belum stabil.[11] Selama penyimpanan kadar air mikroenkapsulat meningkat, sehingga reaksi hidrolisa meningkat ditunjukkan dengan meningkatnya kadar asam lemak bebas meningkat dari 0,36% menjadi 0,43%. Peningkatan
kadar air juga menyebabkan struktur penyalut menjadi terbuka, sehingga memperbesar kontak minyak dengan oksigen dan menimbulkan autooksidasi.[12] Oleh
karena itu upaya enkapsulasi minyak sawit merah yang
sebelumnya telah diberi perlakuan nanoemulsifikasi
diduga dapat memperbaiki kestabilan minyak sawit
merah.
Berdasarkan hasil studi literatur tersebut, nanoemulsi dengan sistem emulsi minyak dalam air
merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan
kelarutan dan stabilitas komponen bioaktif yang terdapat dalam minyak sawit merah, dalam hal ini adalah karoten. Metode yang digunakan untuk penyiapan nanoemulsi adalah metode energi tinggi dengan high pressure homogenizer. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan hasil karakterisasi nanoemulsi minyak sawit
merah yang disiapkan dengan high pressure homogenizer.
II.
METODOLOGI
III.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pendekatan energi tinggi dengan ultraturrax homogenizer
dan pendekatan energi rendah dengan metode emulsifikasi spontan belum dapat menghasilkan emulsi
minyak sawit merah dengan ukuran droplet emulsi
Prosiding InSINas 2012
Pengaruh tekanan homogenisasi terhadap ukuran diameter dan distribusi diameter droplet
emulsi
Larutan nanoemulsi minyak sawit merah disiapkan dengan rasio fase minyak:fase air 5:95 (v/v) dan
emulsifier Tween 80 pada konsentrasi 5% (v/v) dengan kondisi homogenisasi 10 siklus dan tiga variabel
tekanan, yaitu 5.000, 10.000, dan 15.000 psi. Hasil
pengukuran diameter dan distribusi ukuran droplet
yang disajikan pada TABEL 1 menunjukkan nanoemulsifikasi pada tekanan 5.000, 10.000 maupun 15.000 psi
dapat menghasilkan larutan nanoemulsi dengan ukuran diameter droplet berkisar 20,7 0,90 sampai 23,8
0,208 nm. Semua larutan nanoemulsi yang dihasilkan memiliki droplet berukuran kurang dari 100 nm.
Peningkatan tekanan homogenisasi akan menurunkan
ukuran diameter droplet nanoemulsi, namun pengaruh homogenisasi pada tekanan 10.000 dan 15.000 psi
tidak signifikan terhadap ukuran diameter droplet nanoemulsi yang dihasilkan.
Nano-emulsi minyak sawit merah disiapkan dengan
emulsifier Tween 80 pada konsentrasi 5% (v/v), rasio fase minyak:fase air adalah 5:95 (v/v), dan homogenisasi 10 siklus.
Nilai indeks polidipersitas menunjukkan penyebaran distribusi ukuran droplet. Semakin kecil nilai
indeks polidispersitas menunjukkan distribusi ukuran
droplet semakin sempit, yang berarti ukuran diameter droplet semakin homogen.[13] Homogenisasi pada
tekanan 5.000, 10.000, dan 15.000 psi memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai indeks polidispersitas. Ini berarti homogenisasi pada tekanan
5.000 psi dengan 10 siklus sudah dapat menghasilkan
larutan nanoemulsi minyak sawit merah dengan ukuran diameter droplet emulsi kurang dari 100 nm dan
distribusi ukuran diameter droplet yang relatif homogen (nilai IP 0,289 0,003).
PG-27
B.
IV.
KESIMPULAN
PG-28
TABEL 1: Ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet nanoemulsi minyak sawit merah berdasarkan perbedaan tekanan homogenisasi
Tekanan (Psi)
D (nm)
Indeks Polidispersitas
5.000
23,8 0,208a
0,289 0,003A
10.000
23,2 0,252b
0,291 0,020 A
15.000
20,7 0,90b
0,314 0,048 A
Nanoemulsi minyak sawit merah disiapkan dengan emulsifier Tween 80 pada konsentrasi 5% (v/v), rasio fase
minyak : fase air adalah 5:95 (v/v), dan homogenisasi 10 siklus.
TABEL 2: Ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet nanoemulsi minyak sawit merah berdasarkan perbedaan rasio fase
minyak:fase air dan konsentrasi emulsifier
Parameter
5 : 95
D (nm)
Indeks Polidispersitas
D (nm)
Indeks Polidispersitas
D (nm)
Indeks Polidispersitas
10 : 90
15 : 85
Nanoemulsi minyak sawit merah disiapkan dengan homogenisasi pada tekanan 5.000 psi dan10 siklus.
[9]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Edem DO. (2002). Palm oil: Biochemical, physiological, nutritional, hematological, and toxicological aspects: A review. Plant Foods for Human Nutrition 57: 319341.
[2] Mayamol PN, Balachandran, Samuel T, Sundaresan A, Arumughan C. (2007). Process technology
for the production of micronutrient rich red palm
olein. J. Amer Oil Chem Soc 84:587-596.
[3] Moraru CI, Panchapakesan CP, Huang Q, Takjistov
P, Liu S, Kokini JI. (2003). Nanotechnology: a new
frontier in food science. Food Technology 57 (12),
2429.
[4] Man YBC, Tan CP. (2003). The carotenoids. In:
Gunstone, F.D. (Ed.), Lipids for Functional Foods
and Nutraceuticals. The Oily Press, Bridgewater.
2552.
[5] Chew BP, Park JS. (2004). Carotenoid action on the
immune response. J Nutr 134(1):257S-61S.
[6] Fennema. (1996). Food Chemistry [Third Edition].
Marcel Dekker, Inc. New York.
[7] Fernandez-Garcia E, Carvajal-Lrida I, Jaren-Galan
M, Garrido-Fernandez J, Perez-Galvez A, HorneroMendez D. (2011). Review : Carotenoids bioavailability from foods: from plant pigments to efficient
biological activities. Food Research International,
in press.
[8] McClements DJ, Decker EA, Park Y, Weiss J. (2009).
[10]
[11]
[12]
[13]
Structural design principles for delivery of bioactive components in nutraceuticals and functional
foods. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 49;6:577606.
Tan CP, Nakajima M. (2005). -Carotene nanodispersions: preparation, characterization and stability evaluation. Food Chemistry 92:661671.
Qian C, Decker EA, Xiao H, McClements DJ.
(2012). Nanoemulsion delivery system:Influence
of carrier oil on -carotene bioaccessibility. Food
Chemistry 135, 1440-1447.
Simanjuntak M. (2007). Optimasi formula
mikroenkapsulat minyak sawit merah menggunakan maltodekstrin, gelatin, dan caroxymethyl
cellulose dengan proses thin layer drying [skripsi].
Bogor:Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Novia S. (2009). Stabilitas mikroenkapsulat minyak
sawit merah hasil pengeringan lapis tipis selama
penyimpanan [skripsi]. Bogor:Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Yuan Y, Gao Y, Zhao J, Mao L. (2008). Characterization and stability evaluation of -carotene nanoemulsions prepared by high pressure homogenization under various emulsifying conditions.
Food Research International 41:6168.