Wilhelmina
102009176
Kelompok C5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6
Jakarta Barat 11510
E_mail : monk_w1n@yahoo.com
1. Pendahuluan
Tuberkulosis ( TB ) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan
TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyerang ke bagian atau organ lain dalam tubuh
manusia, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pada TB paru. Tuberkulosis pada anak
mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak,
permasalahan yang dihadapi masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan serta TB dengan
keadaan khusus.
Akhir tahun 1990-an, Whorl Health Organization ( WHO ) memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia ( 2 miliar orang ) telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis,
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Menurut perkiraan WHO pada
tahun 1999, jumlah kasus TB paru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas. Diagnosa pasti
itegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didaptkan spesimen diagnostik
yang dapat dipercaya. Karena sulitnya mendiagnosisi TB pada anak, sering terjadi
1
overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain sisi, ditemukan juga inderdiagnosis dan
indertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang
dewasa dengan sputum basil tahan asam positif sehingga penanggulangan TB ditegakkan
pada pengobatan TB dewasa. Akibatnya penanganan TB anak kurang diperhatikan.
2. Pembahasan
2.1. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat
dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap
orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai
aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang
merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya
sendiri.
Jika kita mencurigai adanya tuberkulosis ( TB ) pada pasien yang datang kepada kita,
terutama pasien anak, hendaklah kita lakukan anamnesis dengan baik dan kita harus menggali
secara dalam keterangan yang diperlukan untuk mendiagnosa TB. Diantaranya kita dapat
melakukan anamnesis sebagai berikut :1
a.
b.
c.
d.
Nama : kita bertanya nama pasien, nama ayah dan ibu jika pasiennya anak kecil.
Alamat atau lokasi tempat tinggal.
Usia dan jenis kelamin pasien.
Beran dan tinggi badan; jika pada anak kita nilai berat badannya menurut usia, dengan
apakah ada tonjolan atau tidak di bagian permukaan toraks, dan sebagainya.
Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.
Perkusis : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi paru; dan
Anak Afrika yang menderita tuberkulosis sering kali kehilangan pigmentasi kulit.
Maka, bila anak lebih putih daripada ibunya, pikirkan kemungkinan tuberkulosis.
Namun, harap diingat bahwa anak yang menderita kwashiorkor juga dapat memiliki
kulit yang pucat, atau bahwa ayah anak tersebut dapat saja pucat atau lebih putih.
2.2.2. Pemeriksaan penunjang2
2.2.2.1. Uji tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang
kuat. Jika disuntikan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB, maka
akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Uji tuberkulin cara Mantoux
dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml PPD RT- 23 2TU secara intrakutan di
bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul. Jika tidak timbul indurasi sama
sekali hasilnya dilaporkan sebagai negatif.
Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif
tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian besar disebabkan oleh
imunisasi BCG atau infeksi Mycobacterium atypical. Pada anak balita yang telah
mendapat BCG, diameter indurasi 10-14 mm dinyatakan uji tuberkulin positif,
kemungkinan besar karena infeksi alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh
BCG-nya, tapi bila ukuran indurasinya > 15 mm sangat mungkin karena infeksi
3
Catatan :
Diagnosis dengan sistem scoring ditegakkan oleh dokter
Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkarkan penyebab batuk kronik lainnya
didiagnosis tuberkulosis.
Berat badan dinilai saat pasien datang ( moment opname ) lampirkan tabel berat badan.
Gambaran sugestif TB berupa; pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa
infiltrate; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrate; atelektasis;
5
tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena diperlakukan secara
khusus.
Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka
dievaluasi dengan sistem scoring TB anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik.
Didiagnosis TB anak ditegakkan bila jumlah skor 6, ( skor maksimal 13 ).
Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada toraks, dan/atau
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan penurunan kesadaran serta
tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus dirawat inap di RS.
Malnutrisi,
merupakan
suatu
kondisi
dimana
terjadi
undernutrition
dan
menurun.
Ukuran lingkar lengan atas menurun
Maturasi tulang terhambat.
Rasio berat badan terhadap tinggi normal atau menurun.
Tebal lipat kulit normal atau mengurang.
Anemia ringan, diet yang menyebabkan KEP sering tidak mengandung cukup zat
KEP berat terdiri dari marasmus, kwashiorkor, dan gabungan keduanya. Kwahshiorkor
memiliki ciri sebagai berikut :
longgar)
perut cekung, dan iga gambang
seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
2.5. Etiologi3
Penyebab tuberkulosis pada anak kebanyakan adalah karena terinfeksi Mycobacterium
tuberkulosis.Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, tidak membentuk spora,
tidak berkapsul, nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta
memiliki
mikrometer dan
lebarnya
0,2-
dengan waktu generasi 12-24 jam. Pengisolasian dari specimen klinis dari media
sintetik yang solid membutuhkan waktu 3-6 minggu dan untuk uji sensitivitas terhadap
obat membutuhkan tambahan waktu 4 minggu. Sementara itu pertumbuhan bakteri ini
dapat dideteksi dalam 1-3 minggu dengan menggunakan medium cair yang selektif
seperti BACTEC dan uji sensitivitas terhadap obat hanya membutuhkan waktu
tambahan 3-5 hari.
Penularan Mycobacterium tuberculosis adalah dari orang ke orang dengan cara droplet
lendir berinti yang dibawa oleh udara. Penularann jarang terjadi dengan kontak
langsung dengan kotoran cair terinfeksi atau barang-barang yang terkontaminasi.
Peluang penularan bertambah bila penderita mempunyai ludah dengan basil pewarnaan
tahan asam, infiltrate dan kaverna lobus atas yang luas, produksi sputum encer banyak
sekali, dan batuk berta serta kuat. Faktor lingkungan terutama sirkulasi udara yang
buruk, memperbesar penularan. Kebanyakan orang dewasa tidak menularkan organism
dalam beberapa hari sampai 2 minggu sesudah kemoterapi yang cukup, tetapi beberapa
penderita tetap infeksius selama beberapa minggu. Anak muda dengan tuberculosis
jarang menginfeksi anak lain atau orang dewasa. Basil tuberkel sedikit disekresi
endobronkial anak dengan tuberkulosis paru, dan batuk sering tidak ada atau tidak ada
dorongan batuk yang diperlukan untuk menerbangkan partikel-partikel infeksius ukuran
yang tepat.
2.6. Epidemiologi3
Organisasi kesehatan dunia ( WHO ) memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia
( 2 milyar orang ) terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis. Angka infeksi
tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika dan Amerika Latin. Tuberculosis
terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak,
perawatan kesehatan yang tidak cukup, dan perpindahan tempat. 10-20 juta orang yang
hidup di Amerika Serikat mengandung basil tuberkel.
Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh sebelum
penemuan obat-obat antituberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi kehidupan.
Insiden di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan orang di negara
maju tetap berisiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk kelompok-kelompok
tertentu yang sengat terbatas. Kota-kota dengan populasi lebih besar dari 250.000
merupakan 18% populasi Amerika Serikat tetapi ada lebih dari 45% kasus tuberkulosis.
Pada setiap umur, frekuensi ikasus tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu kulit
9
berwarna yang lahir diluar negri. Genetik mungkin memaikan peran kecil, tetapi faktorfaktor lingkungan seperti status sosioekonomi jelas memainkan peran besar pada
insidens.
Di Amerika Serikat kebanyak anak terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis di
rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberculosis anak juga
terjadi pada sekolah-sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak,
rumah, gereja, bus sekolah, dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus
defisiensi imun manusia ( HIV ) dengan tuberculosis dapat menularkan Mycobacterium
tuberculosis ke anak, beberapa darinya berkembang penyakit tuberculosis, dan anak
dengan infeksi HIV bertambah risiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi.
Di Indonesia, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun
1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) menunjukkan bahwa penyakit
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskular
dan penyakit saluran nafas pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan
penyakit infeksi. Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004,
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 110 pasien baru tuberkulosis
paru.
Insiden tuberkulosis obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika Serikat, sekitar
14% isolate Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap sekurang-kurangnya satu
obat, sementara 3% resisten terhadap isoniazid maupun rifampisin. Namun di beberapa
negara frekuensi resisten obat berkisar dari 20% sampai 50%. Alasan utama terjadinya
resisten obat adalah kesetiaan penderita yang buruk pada pengobatan dan peresepan
regimen obat yang tidak adekuat oleh dokter.
2.7. Patofisiologi4
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang
sangat kecil ( <5 m ), kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup dapat mencapai
alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh
mekanisme imunologis non spesifik. Akan tetapi pada sebagian kasus, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan
tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang
biak dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman
TB membentuk lesi ditempat tersebut, yang dinamakan focus primer Ghon.
Dari fokos primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaituu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus
10
12
13
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secar klini tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum tuberkulosis anak :
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas/tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi.
Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat ( failure to
thrive ).
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas ( bukan tifus, malaria, atau infeksi
saluran nafas akut ), dapat disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.
Batuk lama lebih dari 30 hari.
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
b. Gejala khusus :
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus ( saluran yang menuju ke paru-paru ) akibat penenkanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi ,
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala TB, dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TB dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TB paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
2.9. Faktor resiko
Risiko infeksi TB
Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang
dewasa dengan TB aktif ( kontak TB positif ), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan
14
yang tidak sehat ( hygiene dan sanitasi yang tidak baik ) yang banyak terdapat pasien
TB dewasa aktif.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak lebih tinggi jika pasien
dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrate luas atau kavitas pada lobus
atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat faktor
lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara yang kurang baik.
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di
sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam secret
endobronkial pasien anak. Hal tersebut karena :
a. Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit ( paucibacillary ), tetapi karena
imunitas anak masih lemah jumlah yang sedikit tersebut sudah mempun
menyebabkan sakit.
b. Lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit TB primer
biasanya terjadinya di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak
terjadi produksi sputum.
c. Sedikitnya atau tidak ada produksi sputum dan tidak terdapatnya reseptor
batuk di daerah pernekim menyebabkan jarangnya gejala batuk pada TB anak.
Risiko sakit TB
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB.
a. Usia
Anak berusia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi
infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna ( imatur ). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring dengan pertambahan usia. Anak berusia < 5 tahun memiliki
risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata ( seperti TB milier dan
meningitis TB ). Pada bayi, rentang waktu antara terjadinya infeksi dan
timbulnya sakit TB singkat ( kurang dari 1 tahun ) dan biasanya timbul gejala
yang akut.
b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin ( dari
negative menjadi positif ) dalam 1 tahun terakhir.
c. Sosial ekonomi yang rendah, kepadatan hunian, penghasilan yang kurang,
pengangguran, pendidikan yang rendah.
d. Faktor lain yaitu malnutrisi, imunokompromais ( misalnya pada infeksi HIV,
keganasan, transplantasi organ dan pengobatan imunosupresi ).
e. Virulensi dari Mycobacterium tuberculosis dan dosis infeksinya.
2.10.
Penatalaksanaan
15
Basil tuberkel dapat dibunuh hanya selama replikasi. Organisme tertentu yang secara
lamiah resisten terhadap setiap obat antimikobakteria muncul dalam populasi besar
Mycobacterium
tuberculosis.
Semua
obat
yang
diketahui
resisten
dalam
risiko
hepatotoksisitas,
yang
dapat
diminimalkan
dengan
17
tuberkulosis resisten obat bila agen-agen lain tidak tersedia atau tidak dapat
digunakan.
Etionamid ( ETH )
Etionamid adalah obat bakteriostatik yyang tujuan utamanya adalah
pengobatan tuberkulosis resisten-obat. Etionamid menembus ke dalam CSS
amat baik dan mungkin terutama berguna pada kasus meningitis tuberkulosa.
Obat ini biasanya ditoleransi dengan baik oleh anak tetapi sering harus
diberikan dosis harian terbagi 2-3 kali karena gangguan saluran cerna.
Etionamid secara kimia serupa dengan INH dan dapat menyebabkan hepatitis
yang berarti.
Nama obat
Dosis harian
Dosis maksimal
(mg/kgBB/hari)
(mg/hari)
Efek samping
hepatitis, neuritis
perifer,
Isoniasid
5-15*
300
hipersensitivitas
gastrointestinal,
reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim
hati, cairan tubuh
berwarna orangye
Rifampisin**
10-20
600
kemerahan
toksisitas hati,
artralgia,
Pirasinamid
15-30
2000
gastrointestinal
Etambutol
15-20
1250
neuritis optik,
ketajaman mata
berkurang, buta
warna merah-hijau,
penyempitan lapang
pandang,
hipersentivitas,
18
gastrointestinal
ototoksik,
Streptomisin
15-40
1000
nefrotoksik
intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan ( penyuntikan lebih mudah dan
lemak subkutis lebih tebal, ulkus tidak mengganggu struktur otot dan sebagai
tanda baku ). Bila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakuakn uji tuberkulin terlebih dahulu. Insiden tuberkulosis anak yang
mendapat BCG berhubungan dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian
vaksin, jarak pemberian vaksin dan intensitas pemaparan infeksi.
Manfaat BCG telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, yaitu anatara 0-80%.
Imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB dan
spondilitis TB pada anak. Imunisasi ini memberikan perlindungan terhadap
terjadinya TB milier, meningitis TB, TB sistem skeletal, dan kavitas. Fakta di
klinik sekitar 70% TB berat dengan biakan positif telah mempunyai parut BCG.
Imunisasi BCG ulangan dianjurkan di beberapa negara, tetapi umumnya tidak
dianjurkan di banyak negara lain, termasuk Indonesia. Imunisasi BCG relative
aman, jarang timbul efek samping yang serius. Efek samping yang sering
ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis ( adenitis supuratif ) dengan
insidens
0,1-1%.
Kontraindikasi
imunisasi
BCG
adalah
kondisi
imunokompromais, misalnya defisiensi imun, infeksi berat, gizi buruk dan gagal
tumbuh. Pada bayi premature, BCG ditunda hingga bayi mencapai berat badan
optimal.
2.12.2. Kemoprofilaksis7
Terdapat dua jenis kemoprofilaksis, yaitu kemoprofilaksis primer dan
kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi TB, sedangkan kemoprofilaksis sekunder untuk mencegah
berkembangnya infeksi menjadi sakit TB. Pada kemoprofilaksis primer diberikan
isoniazid
dengan
dosis
5-10
mg/kgBB/hari
dengan
dosis
tunggal.
normal. Tidak semua anak diberik kemoprofilaksis sekunder, tetapi hanya anak
yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi untuk berkembang sakit TB, yaitu
anak-anak
pada
keadaan
imunokopromais.
Contoh
anak-anak
dengan
22
dan pengobatan lengkap, kebanyakan anak sembuh dengan gejala sisa yang minimal.
Terapi ulangan lebih sulit dan kurang memuaskan hasilnya.
3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan
Pulmonary TB. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain di
dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB.
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi
sistemik yang dapat dialami anak yaitu, demam lama ( > 2 minggu ) dan/atau
berulang tanpa sebab yang jelas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau
tidak naik dalam 1 bulan, anoreksia dengan failure to thrive, pembesaran kelenjar
limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple, batuk lama lebih dari 3
minggu, diare persisten serta malaise ( letih, lesu, lemah, lelah ).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah tuberkulin, interferon, radiologi,
tes serologi, mikrobiologi dan pemeriksaan patologi anatomi.
Untuk memudahkan diagnosis dapat digunakan sistem scoring TB.
Prinsip dasar pengobatan TB minimal tiga macam obat pada fase intensif dan
dapat dilanjutkan dengan dua macam obat fase lanjutan ( 4 bulan atau lebih ).
Obat TB utama ( first line, lini utama ) saat ini adalah Rifampisin, isoniazid,
pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Rifampisin dan isoniazid merupakan
obat pilihan utama dan ditambah dengan pirazinamid, etambutol, dan
streptomisin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah limfadenitis, meningitis, osteomielitis,
arthtritis, enteritis, peritonitis, penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit
dapat terjadi.
3.2. Saran
Banyaknya jumlah anak yang terinfeksi TB menyebabkan tingginya biaya
pengobatan yang diperlukan. Oleh karena itu, pencegahan infeksi TB merupakan
salah satu upaya penting yang harus dilakukan. Pencegahan ini dilakukan dengan
pengendalian berbagai faktor risiko infeksi TB.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, diperlukan usaha penyegaran
kembali tentang TB anak, khususnya bagi dokter umum maupun dokter anak
yang sering menangani kasus TB anak.
23
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, eds. Pulmonologi Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006.h.256-78.
2. Rudolph Am, Rudolph CD, Hoffman JIE. Buku ajar pediatric. Volume 1.
Jakarta:EGC;2006.h.801-3.
3. Aditama Y. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.
4. Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis klinis. Edisi ke 2. Jakarta: Widya
Medika;2002.h.31-49
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, eds.
Pulmonologi Anak Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Media
Aesculapius, 2008
6. Pradip RP. Lecturer notes radiologi. Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga;2008.h.38-39.
7. Sunarjo D. Tuberkulosis Pada Anak.SMF ANAK BRSD RAA.SOEWONDO
PATI, 2007
24