Anda di halaman 1dari 4

Etiologi

1. Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien dengan
gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti
norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan
gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).
2. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam
patofisiologi gangguan mood.
a. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian dikatakan
bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor 2 adrenergik dan
penurunan respon terhadap antidepressant berperan dalam terjadinya gangguan depresi
(Kaplan, et al,2010).
b. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan depresi,
dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau megakhiri hidupnya mempunyai
kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan
konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan,et al,2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan depresi dan
efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang
berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar serotonin (Kaplan,et al,2010).
3. Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar pada korteks
cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat hubungan yang interaktif
terhadap semua sistem yang mengatur monoamine neurotransmitte. Kadar choline yang
abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal
pada pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
4. Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam gangguan mood,
terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang

berperan dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan
tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3
komponen penting dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan
korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh berkoneksi
dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan,et al , 2010).
5. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan, positronemission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI) telah menemukan
abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut
adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya
reduksi dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal,
secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau
gangguan bipolar (Kaplan,et al, 2010).
Gejala klinis
1. Mood yang rendah
Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood yang rendah,
pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara kualitatif dengan orang
yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang
pada umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin
menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk (W.Lam R, Mok H, 2000)
2. Minat
Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada merupakan salah
satu tanda penting pada depresi. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum
terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau konflik rumah
tangga (W.Lam R, Mok H, 2000)
3. Tidur
Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah terbangun
dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia), tetapi tidur dengan
kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga umum
terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat

saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala
yang umum terjadi pada pasien depresi (W.Lam R, Mok H, 2000)
4. Tenaga
Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit untuk
memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa berhubungan
dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti
kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu (W.Lam R, Mok H, 2000)
5. Rasa bersalah
Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum dipikirkan
oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah menginterpretasikan
kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan
mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai dan
rasa bersalah yang muncul kembali (W.Lam R, Mok H, 2000)
6. Konsentrasi
Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang sering dialami
oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan permasalahan pada
perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia
onset dini (W.Lam R, Mok H, 2000)
7. Nafsu makan
Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan kehilangan
berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan.
Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi,
atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. (W.Lam R, Mok H,
2000)
8. Aktivitas psikomotor
Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa adanya
kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran psikomotor
meliputi sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon
pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau
katatonik (W.Lam R, Mok H, 2000)
9. Bunuh diri

Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan
semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang
dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering
kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk
terjadinya bunuh diri adalah saat awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai
berkembang baik selain gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin
bertindak seperti apa yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri (W.Lam R, Mok
H, 2000)
10. Gejala lain
Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada depresi.
Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan,
dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal
mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul.Depresi sering menyebabkan
berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna
didukung dengan keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi
sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya (W.Lam R,
Mok H, 2000)
11. Gejala pada orang tua
Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda, sering
hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan gangguan
kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi kognitif yang
memburuk (W.Lam R, Mok H, 2000)
Daftar pustaka
Kaplan H, Sadock, Benjamin J., Sadock Virginia A. 2010. Kpalan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC
W. Lam R, Mok H. 2000. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes

Anda mungkin juga menyukai