Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT Sapta Indra Sejati (PT.SIS) merupakan salah satu kontraktor di lokasi
PKP2B PT. Adaro Indonesia. Penambangan batubara PT. SIS menggunakan
sistem tambang terbuka (open pit). PT. SIS melakukan penanganan masalah air
tambang (mine dewatering) secara baik agar proses produksi terkait dengan
penggalian dan pemuatan bahan galian di pit tidak terganggu dan kegiatan
tersebut dapat berlangsung aman dan dalam jangka waktu yang lama. Untuk
mengelola air yang akan masuk ke area kegiatan penambangan baik air hujan
maupun air tanah perlu pembuatan area yang terdalam pada tambang (Sump).
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainage tambang. Sistem
yang digunakan PT. SIS menggunakan sistem kolam terbuka (Open Sump).
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan dengan cara mengumpulkan air sump, kemudian dipompa ke
Settling Pond.
Pit central PT. SIS memiliki dua buah sump yaitu sump HW Barat yang
terletak di sebelah Barat dan Sump temporary yang terletak di sebelah timur.
Keberadaan sump HW Barat terletak pada Inter Burden Seam batubara T210
dan T220 sejalan dengan kemajuan tambang, air yang ada pada sump HW Barat
akan dikeluarkan dari dalam tambang. Salah satu cara yang digunakan untuk
mengeluarkan air dari dalam tambang ialah dengan sistem pemompaan akan
tetapi air yang akan dipompakan sudah bercampur dengan material lumpur.
Untuk

mengetahui

kinerja

pompa

tersebut

maka

dilakukan

penelitian

berdasarkan RPM yang berbeda-beda agar mengetahui debit yang optimal.


1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang perlu dicermati dalam penelitian ini antara
lain:
1. Debit aktual pompa yang akan diteliti adalah dengan menggunakan
Multiflow 420 dengan sistem rangkaian pemompaan dengan satu unit
pompa atau tunggal berdasarkan RPM yang berbeda pada pompa yang
berada pada sump HW Barat.

2. Kandungan lumpur yang terbawa air pada saat pemompaan berdasarkan


RPM pada pompa.
3. Besarnya daya pompa pada saat pemompaan berdasarkan RPM yang
berbeda-beda.
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dikaji pada penelitian berikut ini
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Tidak menghitung debit limpasan yang akan masuk ke Sump Hw Barat.


Lumpur pada sump HW Barat dianggap bersifat homogen
Lokasi penelitian berada pada sump HW Barat Pit Central
Jenis pompa yang diteliti adalah pompa yang digunakan aktual di

perusahan yaitu Multiflow 420 dengan sistem rangkaian tunggal.


5. Debit aktual pompa yang digunakan adalah air yang keluar dari multiflow
420 yang berasal dari Sump HW Barat
6. Penelitian tidak memperhitungkan penggunaan bahan bakar pompa dan
melingkupi masalah aspek ekonomi.
1.4. Maksud dan tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui Debit dan total Head yang dihasilkan pompa Multiflow 420
berdasarkan RPM yang berbeda-beda.
2. Mengetahui kinerja pompa Multiflow 420 berdasarkan RPM yang berbedabeda.
3. Mengetahui daya pompa yang digunakan pada saat pemompaan
berdasarkan RPM yang berbeda-beda.
4. Mengetahui banyaknya kandungan lumpur yang terbawa pada saat
pemompaan berdasarkan RPM yang berbeda-beda.
5. Memberikan rekomendasi sistem pemompaan sesuai RPM standar
perusahaan yaitu RPM 1200 agar kinerja pompa dalam pemompaan
secara optimal.
1.5. Manfaat
1. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan rancangan sistem
penyaliran pada tambang terbuka.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyelesaikan


permasalahan terhadap penyaliran tambang, sehingga diharapkan proses
produksi tidak terhambat pada saat curah hujan tinggi.
3. Untuk penerapan sistem penyaliran pada tambang terbuka, sehingga
memperoleh pengalaman secara langsung mengenai penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang didapat dalam dunia pendidikan pada
dunia kerja. Serta untuk melatih kemampuan analisa permasalahan yang
ada di lapangan berdasarkan teori yang telah diperoleh

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1.

Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara administratif, lokasi penelitian berada pada wilayah konsesi

PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, terletak Kabupaten Balangan


(Paringin, Lampihong, Awayan dan Batu Mandi) dan Kabupaten Tabalong
(Kecamatan Muara Harus, Murung Pudak, Upau, Tanta dan Kelua).

Daerah

operational PT. Adaro Indonesia secara geografis dibatasi pada 1152630 BT 1153310 BT dan 2730 LS - 25530 LS. Peta lokasi kesampaian daerah
dapat dilihat pada Gambar 2.1. PKB2B PT. Adaro Indonesia, yang berada pada
arah timur laut ibu kota Banjarmasin provinsi Kalimantan Selatan.
2.2.
Kondisi Umum Perusahaan
2.2.1. Sejarah Singkat PT. SIS
PT. Saptaindra Sejati memulai kiprahnya sebagai kontraktor kecil
peralatan berat dengan nama Dianlia Setyamukti.. Pada tahun 2002, para
pemegang saham dan pihak manajemen secara bertahap sepakat untuk
memindahkan semua aktivitas operasional yang mencakup tenaga kerja dan
asset ke PT. Saptaindra Sejati atau SIS sebagaimana yang dikenal sampai hari
ini. PT. Saptaindra Sejati adalah salah satu kontraktor yang melayani PT. Adaro
Indonesia. Berlokasi di Kalimantan Selatan, PT. Adaro Indonesia merupakan
tambang batubara terbesar nomor 5 di dunia. Mayoritas dari sumber daya
perusahaan, baik dari segi peralatan berat dan tenaga kerja melayani PT. Adaro
Indonesia. Aktivitas PT. Saptaindra Sejati di PT. Adaro Indonesia meliputi
perencanaan tambang, penambangan batubara dan transportasi.

Sumber : PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.1
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

2.2.2. Tahapan Kegiatan Penambangan


Adapun tahapantahapan

kegiatan penambangan pada umumnya

adalah sebagai berikut :


a. Pembukaan Lokasi Penambangan Dan Pembersihan Lahan (Land
Clearing)
Pembukaan lahan adalah tahap awal kegiatan penambangan,

dengan

membersihkan

dengan

lahan

dari

semak-semak

dan

pohon-pohon,

menggunakan alat mekanis (bulldozer


b. Pengupasan Tanah Pucuk ( Pre Stripping Top Soil )
Pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang sangat kaya akan unsur hara.
Biasanya ketebalan tanah pucuk adalah 10 sampai 30 cm. Pengupasan lapisan
tanah pucuk memerlukan alat mekanis yaitu Bulldozer, Backhoe dan Power
Shovel sebagai alat gali.
c. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Pengupasan tanah penutup harus sesuai dengan desain yang sudah
direncanakan oleh perusahaan, biasanya pengupasan tanah penutup dibuat
jenjang-jenjang dengan tinggi rata-rata 12 meter, lebar 5 meter, dengan
kemiringan untuk low wall 40 atau mengikuti kemiringan batubara, sedangkan
untuk high wall biasanya lebih curam yaitu antara 50 sampai 60. Pengupasan
tanah penutup dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1) Direct-Digging
2) Riping dan Dozing
3) Drilling dan Blasting
Pada PT. Saptaindra Sejati kegiatan pengupasan tanah penutup
menggunakan metoda Drilling dan Blasting. Alat gali yang digunakan untuk
pengupasan tanah penutup yaitu Big Fleet PC 3000, Liebherr 9350, Liebherr
9250, Liebherr 9400, Komatsu PC 2000 dan Hitachi 3600 serta PC 4000.
d. Penimbunan Tanah Penutup Ke Disposal
Setelah tanah penutup dikupas maka perlu suatu tempat untuk lokasi
penumpukan dan penyimpanan tanah penutup tersebut (disposal) dari lokasi
penambangan (pit). Jarak pengangkutan dari pit ke disposal dengan jarak rata-

rata 3,4 km. Alat yang digunakan dalam pengangkutan lapisan tanah penutup
menggunakan Komatsu HD 785, Komatsu HD 1500, Hitachi Euclid 1700, Hitachi
Euclid 3500, dan Cat 785, serta Cat 789. Untuk desain lokasi penimbunan ini
diatur oleh PT. Adaro Indonesia dengan mempertimbangkan daerah yang sudah
dibebaskan.
e. Pengupasan Dan Pengangkutan Batubara
Batubara dikupas setelah lapisan tanah penutup di atasnya diambil untuk
mendapatkan batubara yang bersih dari pengotor dan batubara halus, maka
lapisan batubara biasanya disisakan sekitar 30 cm dengan menggunakan alat
gali ukuran kecil (PC 200/PC 300) untuk mencegah kontaminasi, cara ini disebut
cleaning batubara. Penggalian batubara biasanya dengan menggunakan alat,
yaitu Big Fleet PC 2000 dan PC 1250. Jarak pengangkutan dari pit ke ROM
dengan jarak rata-rata 3 km. Alat yang digunakan untuk pengangkutan yaitu Big
Coal HD 785, HD 1500, dan Hitachi Euclid 1700.
f.

Pengangkutan Batubara Dari Rom Ke Crushing Plant

Dari ROM batubara tambang Tutupan diangkut ke Crushing Plant di Kelanis


menggunakan Trailer roda 54 yang biasanya membawa 2 vessel, dengan
kapasitas satu vessel rata-rata 70 ton menggunakan hauling road sejauh 82 km.
g. Pengolahan Batubara
Dalam perjalanan ke Crushing Plant di Kelanis pada kilometer 35 akan ada
penimbangan batubara pada tiap Vessel, sekaligus untuk menentukan Hopper
mana yang akan digunakan untuk dumping batubara. Selanjutnya batubara
ditumpahkan ke Hopper.
Setelah dimasukkan ke lima unit Hopper, batubara dihancurkan oleh
primary crusher dengan ukuran maksimum 200 mm, setelah keluar dari primary
crusher batubara selanjutnya diayak di vibrating screen untuk mendapatkan
ukuran batubara yang maksimal sebesar 50 mm. Batubara dengan ukuran lebih
besar dari 50 mm, akan dimasukkan ke secondary crusher yang dilanjutkan
dengan pengayakan pada vibrating screen kembali. Untuk batubara yang
berukuran kurang dari 50 mm langsung diangkut ke stockpile berkapasitas
500.000 ton dengan belt conveyor
h. Pengapalan

Batubara yang telah di crushing pada primary crusher dapat digunakan


dimasukkan di stockpile atau langsung dimasukkan menggunakan conveyor ke
tongkang yang kemudian akan ditarik oleh kapal motor. Tongkang membawa
batubara menyusuri Sungai Barito sepanjang 240 km ke hilir, sebelum dialihkan
ke kapal-kapal berbobot sampai 225.000 DWT bagi konsumen internasional.
2.3.

Iklim Dan Cuaca


Lokasi penambangan PT. Saptaindra Sejati berada pada wilayah

khastuistiwa yang beriklimkan tropis dan umumnya mempunyai curah hujan yang
cukup tinggi. Selain itu pada iklim tropis biasanya terdapat dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan.

Sumber : PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.2
Rata-rata Curah Hujan per Bulan

BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1.

Hidrologi Daerah Tambang


Air dalam jumlah banyak merupakan masalah besar dalam pekerjaan

tambang, baik secara langsung maupun secara tidak langsung berpengaruh


terhadap produktivitas. Secara langsung air dapat menghentikan seluruh aktifitas
penambangan, misalnya pada saat hujan sangat deras. Secara tidak langsung
air

berpengaruh

terhadap

kondisi

tempat

kerja,

berpengaruh

terhadap

kemantapan lereng tambang. Bentuk-bentuk system penyaliran tambang antara


lain saluran, paritan, sump, terowongan air (tunnel), sumur dalam dan sumur
pompa. (Suwandi,2004:1)
3.1.1 Daur Hidrologi
Daur atau siklus hidrologi adalah suatu sistem sirkulasi alam yang meliputi
air-air di bumi dan digerakkan oleh energi matahari (solar energy)

Sumber : Schultzs, 2007

Gambar 3.1.
Siklus Hidrologi

3.1.2

Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas,

dinyatakan dalam milimeter (Budiarto, 1997: 19). Curah hujan yang diperlukan
untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkuta.
Penentuan periode ulang hujan untuk perencanaan sarana penirisan tambang

dapat dilakukan dengan berdasarkan pada acuan periode ulang. Untuk sumuran
utama dalam sistem penirisan tambang, harga acuan periode ulang hujan adalah
10-25 tahun
3.1.3

Daerah Tangkapan Hujan


Pada daerah tangkapan air, komponen masukkan daur hidrologi daerah

tangkapan air adalah berupa presipitasi yang disalurkan melalui rangkaian


penyimpanan (storage) air, sebelum air tersebut terbebaskan keluar dari daerah
tangkapan sebagai limpasan.
Terdapat 5 bagian komponen pada daerah tangkapan hujan untuk
keseimbangan air, yaitu:
1. Presipitasi saluran (channel precipitation)
2. Aliran di atas tanah (overland flow)
3. Aliran permukaan (through flow)
4. Aliran antara bawah permukaan (interflow)
5. Aliran air tanah
3.1.4

Air Limpasan
Limpasan adalah bagian dari presipitasi (juga kontribusi-kontribusi

permukaan dan bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan
nampak pada saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus.
3.1.5 Sumuran (Sump)
Sump (kolam penampung) merupakan kolam penampungan air yang
dibuat untuk penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu
dipompakan, serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur.
.
3.2.

Sistem Pemompaan
Pada dewatering pump, system pemasangan rangkaian pompa terbagi

menjadi tiga macam, yaitu :


1. Sistem rangkaian pemompaan dengan satu unit pompa (Tunggal)
Metode ini merupakan salah satu rangkaian dalam sistem pemompaan pada
dewatering pump yang mana mesin pompa yang digunakan adalah
berjumlah satu.

Sumber : Anonim, 2011 3;13

Gambar 3.2
Sketsa Pemompan Tunggal
2. Sistem rangkaian pemompaan seri
Sistem seri merupakan dasar pompa multi tingkat (multi stage pump),
dimana debit dari pompa pertama (tingkat pertama) dikirim ke pipa hisap
pompa kedua dan seterusnya. Debit yang sama mewakili masing masing
pompa menerima tekanan perkuatan (boost) pompa berikutnya. Pada
gambar 3.3 memperlihatkan system pompa seri serta lengkung karakteristik
tinggi tekan terhadap debit. Pada sistem seri semua ompa dioperasikan.
(Suripin, 2003:218).

Sumber : Suripin, 2003

Gambar 3.3
Sistem Pompa Seri
3. Sistem rangkaian pompa parallel
Stasiun pompa sering terdiri dari beberapa pompa yang dipasang secara
parallel. Dalam pompa dapat dioperasikan secara individual atau bersama
sama. Tujuan dari pemasangan pompa parallel adalah untuk membuang air
dengan debit yang bervariasi.

Sumber :Suripin, 2003

Gambar 3.4
Sistem Parallel
3.3.

Pengukuran Debit Pompa


Untuk memperkirakan debit

pemompaan

dihitung

dengan

Metode

Discharge. Langkah kerja metode ini yaitu buat alat ukur berbentuk L. Sisi yang
pendek berukuran 4 inchi dan sisi yang lebih panjang merupakan panjang
kekuatan air (X) dinyatakan dalam satuan mm. Ketika air mengalir keluar dari
pipa, letakan sisi L yang panjang pada bagian atas pipa yang ditentukan pada
saat sisi yang pendek menyentuh aliran air seperti yang terlihat pada gambar.
Kemudian catat panjang X (Cassidy, 1973 : 174-176).

Sumber : Cassidy, 1973 : 176

Gambar 3.5.
Pengukuran Debit Pompa dengan Metode Discharge
Dengan pendekatan rumus, debit aktual pompa dapat dihitung dengan :

x
Q=X

Dimana :
Q = Debit pompa (gpm)

x
1,28

D2

...........................(3.1)

X = Jarak horisontal (inch)


D = Diameter dalam pipa (inch)
3.4.

Head Pompa
Head yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada

kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang dipompa, maka head juga akan
semakin besar. Head total pompa untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang
direncanakan dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh
pompa tersebut.
Dari total head dapat digunakan sebagai acuan operational pompa itu
sendiri seperti halnya untuk mengetahui layak atau tidaknya pompa tersebut
beroperasi pada suatu area kerja juga untuk mengetahui berapa flow rate yang
dihasilkan.

Berikut persaman yang digunakan dalam menentuan Head Total, yaitu


sebaga berikut :

Ht h s h f 1 h f 2 h v
.... (3.2)

Dimana :
Ht = Head total pompa (m).
hs = Head statis pompa (m).
hf1 = Head head gesekan pipa (m).
hf2 = Head untuk mengatasi berbagai hambatan pada pompa dan pipa, seperti
head belokan (m).
Hv = Head kecepatan (m)
Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :
1. Head statis (hs)

h s h 2 h1
.... (3.3)
Dimana :

h1 = Elevasi sisi isap (m)


h2 = Eevasi sisi keluar (m)
2. Head Gesekan (hf1)

h f 1=f 1

LV 2
2 Dg

( )

..... (3.4)

Dimana
f = Koefisien gesek (tanpa satuan)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan:

1
3,7 D
2 log
k
f
(3.5)
Dimana
k = Koefisien kekasaran pipa
D = Diameter pipa
Tabel 3.1.
Koefisien Kekasaran Beberapa Jenis Pipa
Bahan
Baja : baru

Koefisien kekasaran pipa (K)


0,01mm

lapisan plastik non poros


Besi tuang : baru

0,03 mm
0,1 1,00 mm

lapisan bituman

0,03 0,10 mm

lapisan semen

0,03 0,10 mm

Polyethylene

0,03 0,10 mm

Kuningan, tembaga

0,10 mm

Aluminium baru

0,15 0,16 mm

Beton : baru centrifuge

0,03 mm

baru rata

0,20 0,50 mm

tanah yang telah diolah

1,00 2,00 mm

Semen asbes baru

0,03 0,10 mm

Bahan dari batu/kaca

0,10 1,00 mm

Sumber : Triatmodjo, 1993

3. Head Belokan (hf2)

v2

h f 2 k
2g
. (3.6)
Dimana
k = koefisien kerugian pada belokan

4. Head kecepatan (hv)

v2

hv
2
g

.. (3.9)
Dimana :
v = kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = gaya gravitasi bumi (m/detik2)
(Sularso dan Tahara, 1991: 26-27).

3.5.

Break Horse Power (BHP)


Break horse power disebut juga daya pompa, yaitu besarnya energi per

satuan waktu atau kecepatan melakukan kerja. Persamaan untuk menghitung


Break horse power, yaitu :

BHP=

Flow x Total Head x S . g


Efficiency x 102

...........................

(3.10)
Dimana :
BHP : Break Horse Power (kW)
Flow : Debit pompa (l/s)
Total Head : Head pompa (m)
Efficiency
SG

: Desimal

: Berat jenis campuran

(PT. SIS Batas Operasi MFV 420, 2007: 7)

3.6.

Total Suspended Solids (TSS)


Total suspended solids (TSS) adalah banyaknya zat tersuspen dalam air.

TSS ditentukan dalam laboratorium dengan meloloskan suatu volume air yang
diketahui dalam sebuah saringan microfiber ukuran 1,5 m yang sudah
ditimbang sebelumnya, kemudian dikeringkan hasil saringan pada suhu 103 oC,
lalu hasil saringan ditimbang kembali.

TSS=

mff m fi
V

(3.11)
Dimana :
TSS : Total suspended solids (mg/L)
mfi

: Massa saringan awal (mg)

mff

: Massa saringan setelah pengeringan (mg)

(Serrano, dalam Putri, 2010: 3-19)

..................................

BAB IV
HASIL PENELITIAN

5.1.

Data Penelitian
Sistem penyaliran yang digunakan pada PT. SIS menggunakan

mine

dewatering yaitu penyaliran dengan menggunakan Sump.


Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan atau
dialirkan kembali melalui saluran. Sistem ini diterapkan untuk membuang air
yang telah masuk ke daerah penambangan dengan cara mengumpulkan air di

suatu daerah yang paling rendah pada daerah tambang, kemudian dipompa
ke Settling Pond. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan.
Adapun sistem pemompaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
pemompaan secara tunggal yaitu pemompaan yang langsung dilakukan dari
inlet menuju Outlet . Elevasi muka lubang pipa isap air (inlet) berada pada 45,48 m diatas permukaan laut (dpl) sedangkan pada elevasi muka lubang
pipa buang air (outlet) berada pada elevasi 7 m diatas permukaaan laut (dpl).
Pompa yang digunakan adalah Pompa jenis Multiflow 420 mempunyai
kemampuan maksimum mengeluarkan debit 273 liter/ detik dengan head total
maksimum 150 meter. Posisi pompa Multiflow 420 ini berada pada di tengah
Sump Hw barat sehinga dalam pemompaan nya dapat maksmal karena pada
posisi tengah adalah bagian yang terdalam pada Sump Hw Barat.
Pipa yang digunakan dalam kegiatan pemompaan adalah pipa jenis
HDPE (High Density Polyethylene), dengan diameter luar 12 ichi dan diameter
dalam 10 inchi. Berikut Pipa HDPE (High Density Polyethylene) dengan panjang
dari sisi isap (inlet) ke sisi buang (outlet) sepanjang 1080 meter di sepanjang
instalasi pipa dari inlet ke outlet terdapat 5 belokan dan disetiap belokan
mempunyai sudut sebesar 600, semakin tajam maka semakin besar pula
hambatan yang dihasilkan.

5.2.

Pembahasan
Dalam kegiatan pemompaan ada beberapa parameter yang dapat

mempengaruhi proses pemompaan. Parameter tersebut antara lain adalah ,


RPM, Debit Pompa (flow rate),Total Head, Efficiency, Break Horse Power (BHP),
banyaknya kandungan lumpur yang terbawa air pada saat pemompaan.
Beberapa parameter tersebut saling berhubungan satu sama lain dan akan
berpengaruh terhadap kinerja pompa tersebut untuk memindahkan air dari inlet
sampai ke outlet pipa.
Besarnya RPM pada penelitian ini dilakukan dengan RPM yang berbedabeda dimulai dari RPM 1110, RPM 1150, RPM 1200, RPM 1250, RPM 1300

sehingga mendapatkan nilai yang Debit, Total Head, yang Head total, BHP yang
berbeda-beda pula agar mengetahui kinerja suatu pompa dalam memindahkan
air dari inlet ke outlet pipa.
Pada RPM 1100 merupakan RPM terkecil untuk pengambilan data
penelitian. Pada RPM ini debit air yang dihasilkan adalah sebesar 56,05 liter/
detik, pada Total Head nilai yang dihasilkan adalah 84,49 meter sehingga Break
Horse Power nya adalah 128,023 Kw dengan kandungan lumpur yang terbawa
pada saat pemompaan 1.325,33 mg/ L.
Pada RPM 1150 debit air yang dihasilkan adalah sebesar 75,34 liter/
detik, pada Total Head nilai yang dihasilkan adalah 111,77 meter sehingga Break
Horse Power nya adalah 205,756 Kw dengan kandungan lumpur yang terbawa
pada saat pemompaan 2.913mg/ L.
Pada RPM 1200 debit air yang dihasilkan adalah sebesar 79,16 liter/
detik, pada Total Head nilai yang dihasilkan adalah 117,66 meter sehingga Break
Horse Power nya adalah 223,287 Kw dengan kandungan lumpur yang terbawa
pada saat pemompaan 45.290,33 mg/ L.
Pada RPM 1250 debit air yang dihasilkan adalah sebesar 84,24 liter/
detik, pada Total Head nilai yang dihasilkan adalah 126,55 meter sehingga Break
Horse Power nya adalah 241,879 Kw dengan kandungan lumpur yang terbawa
pada saat pemompaan 33.747,67 mg/ L.
Pada RPM 1300 debit air yang dihasilkan adalah sebesar 92,51 liter/
detik, pada Total Head nilai yang dihasilkan adalah 142,93 meter sehingga Break
Horse Power nya adalah 292,179 Kw dengan kandungan lumpur yang terbawa
pada saat pemompaan 27.166mg/ L.
Faktor faktor yang menyebabkan kemampuan pompa aktual lebih kecil
dari pada kondisi teori antara lain, yaitu :
1. Kandungan lumpur yang terbawa Air yang dipompa
Berdasarkan kondisi dilapangan air yang dipompa mengandung material
padatan (mud). Ini dapat dilihat dari kandungan lumpur yang terbawa air
pada saat pemompaan (lampiran F).Kondisi ini merupakan salah satu yang
menyebabkan debit yang dihasilkan terlalu kecil karena berat jenis air yang
dipompa bertambah sehingga menambah beban saat pemompaan.
2. Terdapat kebocoran pipa
Karena jarak inlet pompa ke outlet pipa terlalu jauh maka pipa yang
digunakan juga memerlukan banyak pipa yaitu 1020 meter. Pipa yang

digunakan adalah 60 meter dalam setiap penyambungannya sehingga


otomatis menyebabkan bayak terjadi kebocoran Biasanya kebocoran yang
terjadi pada sambungan antar pipa yang kurang baik, selain itu bisa juga
disebakan oleh aktivitas penggalian excavator yang tidak sengaja merobek
pipa.
3. Pengunaan kecepatan putaran mesin (RPM)
Dari hasil pengamatan dilapangan penggunaan

RPM

pada

saat

pengoperasian pompa tidak dilakukan secara maksimal ini dimaksudkan


untuk menjaga mesin pompa agar tidak cepat rusak. Besarnya head
ditentukan dengan satuan meter (jarak). Dari head total kita dapat
menentukaan

besarnya

RPM

yang

akan

digunakan

pada

saat

pengoperasian pompa. Penentuan secara teori dapat dilakukan dengan


membaca Performance Curva Pump sesuai dengan model dan tipe pompa
yang dioperasikan. Dalam hal ini besarnya RPM yang digunakan secara
tidak langsung akan mempengaruhi tingkat Efficiency dan besar debit pompa
(flow rate) yang dihasilkan saat pompa beroperasi. Selain Head total debit
pompa (flow rate) maka Break Horse Power (BHP) atau daya poros pompa
secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap penentuan layak atau
tidaknya pompa tersebut beroperasi pada suatu area kerja.
Berdasarkan hasil perhitungan data aktual, maka untuk mendapatkan
kinerja pompa yang optimal maka RPM 1300 yang paling sesuai karena
menghasilkan debit yang paling tinggi secara aktual dilapangan akan tetapi tidak
sesuai dengan RPM standar perusahaan yaitu RPM 1200. Sehingga untuk
mencapai debit yang paling tinggi secara aktual sebesar 92,51 L/s (RPM 1300),
maka pada RPM 1200 tersebut dilakukan rekomendasi yaitu dengan
menambahkan 1 unit pompa Multiflow 420 dengan sistem paralel. Pertimbangan
untuk rekomendasi sistem paralel karena pada perhitungan aktual menghasilkan
head total yang sudah sesuai akan tetapi debit yang dihasilkan kecil.
Dari perhitungan secara teoritis 1 unit pompa dengan RPM 1200
menghasilkan debit 79,16 L/s dengan total head 117,66 meter, maka jika terdapat
2 buah pompa yang sama- sama menggunakan RPM 1200 dengan
menggunakan sistem paralel menghasilkan debit 2 x 79,66 L/s = 158, 32 L/s,
nilai tersebut melebihi nilai debit yang dihasilkan 1 pompa dengan RPM 1300.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Debit terbesar yang dihasilkan pompa Multiflow 420 dengan sistem
pemompaan tunggal pada Sump Hw Barat yaitu pada RPM 1300 dengan
debit 92,51 liter/ detik sedangkan debit yang terkecil pada RPM 1100 dengan
debit 56,05 liter/ detik.
2. Total Head terbesar yang dihasilkan pompa Multiflow 420 dengan sistem
pemompaan tunggal pada Sump Hw Barat yaitu pada RPM 1300 dengan
142,93 meter sedangkan total head yang terkecil pada RPM 1100 dengan
84,49.
3. Kinerja pompa Multiflow 420 berdasarkan plotting pada grafik yaitu nilai total
head dan debit yang dihasilkan, pada RPM 1100 nilai effisiensi kinerja

pompa sebesar 47% dan merupakan nilai effisiensi terkecil sedangkan nilai
effisiensi kinerja terbesar pada RPM 1300 yaitu 57,5%
4. Daya pompa terbesar yang dihasilkan pada penelitian ini adalah pada RPM
1300 yaitu 292,179 Kw sedangkan daya pompa yang terkecil pada RPM
1100 yaitu 128,023 Kw.
5. Banyaknya kandugan lumpur yang terbawa air pada saat pemompaan
berdasarkan RPM yang berbeda-beda, kandungan lumpur yang terbesar
pada RPM 1200 yaitu 45.290,33 mg/l sedangkan kandungan lumpur yang
terkecil pada saat pemompaan pada RPM 1100 yaitu 1.325,33 mg/l.
6. RPM maksimal pada saat penelitian adalah pada RPM 1300 karena
menghasilkan debit yang paling besar akan tetapi tidak sesuai dengan
standar perusahaan yaitu RPM 1200.

6.2.

Saran
Dari pengamatan selama penelitian dilapangan dan hasil pengolahan data,

ada beberapa saran saran yang dapat diberikan, sebagai berikut:


1. Untuk mengukur debit aktual pompa yang keakuratannya lebih tepat
sebaiknya perusahaan menggunakan alat Flowmeter agar debit yang
dihasilkan pada saat pemompaan lebih terkontrol.
2. Agar pemompaan lebih maksimal dalam penanganan lumpur sebaiknya
perusahaan

memasang

pompa

agitator

untuk

mencegah

terjadinya

pengendapan.
3. Untuk meningkatkan debit yang dihasilkan maka ditambah 1 unit pompa
Multiflow 420 yang dipasang secara paralel dengan RPM 1200 yang sudah
menjadi RPM standar perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai