Digital - 19424 - ( - Konten - ) - Konten 492 5
Digital - 19424 - ( - Konten - ) - Konten 492 5
INSINYUR
INDONESIA
YANG KOMPETEN
DAN PROFESIONAL
DALAMRANGKA
MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN
NASIONAL
pada
Disajikan
Konperensi
danseminarNasional
Persatuan
lnsinyurIndonesia
(pll)
di Jakarta,
tanggal8 Agustus1996
Oleh:
GinandjarKartasasmita
MenteriNegaraPerencanaan
Pembangunan
Nasional/
KetuaBadanPerencanaan
Pembangunan
Nasional
BadanPerencanaan
Pembangunan
Nasional
Jakarta
1996
MEWUJUDKAN
INSINYUR
INDONESIA
YANGKOMPETEN
DAN PROFESIONAL
DALAMRANGKA
MENINGKATKAN
PEMBANGUNAN
NASIONAL
oleh:
GinandjarKartasasmita
MenteriNegaraPerencanaan
Pembangunan
Nasional/
KetuaBadanPerencanaan
Pembangunan
Nasional
I.
PENDAHULUAN
Pertama-tama
saya ingin menyampaikan
selamatkepada
Persatuan Insinyur Indonesia (Pll) yang kini sedang
menyelenggarakan
Konperensi
dan SeminarNasionaldengan
Tema "MewujudkanlnsinyurIndonesiayang Kompetendan
Profesional".Tema yang dipilihPll dalam Konperensidan
Seminarini amat tepat sejalandengantujuan pembangunan
yang majudan mandiri.
nasionalyaitu membangun
masyarakat
Kita sadari betul bahwa kemajuandan kemandiriansangat
tergantungkemampuan
kita menguasaiilmu pengetahuan
dan
teknologi(iptek)dimanapara insinyuradalahtulangpunggung
bangsauntukkemajuan
di bidangini. Untukmampumenguasai
iptek para insinyur haruslahorang yang profesionaldan
kompeten
dalambidangnya.
Profesionalisme
mencerminkan
sikap seseorangterhadap
profesinya,kesungguhan
hati untuk mendalami,menguasai,
jawab atas profesinya.Seorang
menerapkan
dan bertanggung
jika
insinyurtidakotomatisdapatdikatakaninsinyurprofesional
ia tidak bergerakdalamprofesiyang dikuasainya,
dan dalam
berkiprahdalamprofesinyaitu tidak menunjukkan
sikapseperti
yang disebutkandi atas. Seorangyang bekerjatanggungtanggung
tidakdisebutprofesional.
profesionalisme
Secarasederhana
dapatdiartikansebagai
perilaku,cara atau kualitasyang mencirikansuatu profesiatau
orangyang profesional.
Seorangdikatakanprofesional
apabila
pekerjaannya
dicirikanoleh atau memilikistandarteknis atau
etika suatu profesi.Sedangkanprofesiadalahsuatu aktivitas
yang memerlukan "specialized knowledge" yang sering
memerlukan
waktudan persiapan
akademikyang panjangdan
intensif.
Kompetensi
merupakan
suatukonsepyang erat kaitannya
dengan profesionalisme.
Kompetensimerujuk pada suatu
keadaan dimana seseorang dapat dipercaya berdasarkan
kemampuannya.
Dengan demikian,kompetensimerupakan
konsepkeandalandari suatuorganisasiatau seorangindividu
dimanakeandalan
tersebutdiperolehmelaluiduniaprofesiyang
juga menunjukkan
digelutinya.Kompetensi
kadar penguasaan
suatu profesiatau bidangtanggungjawab. Seseorangyang
tidak atau rendahkadar penguasaanatau pengetahuanatau
tanggungjawabnya,tidak dapat dikatakankompetenuntuk
bidangyangbersangkutan.
Pada kesempatanini saya ingin menguraikanmengapa
kita perlu mewujudkaninsinyurIndonesiayang kompetendan
profesional,khususnyadalam menghadapimasalah besar
nasionaldalambidangpangan,bioteknologi,
pertanian
dan tata
ruangsebagaimana
dimintaolehpanitia.
II.
TANTANGANKEDEPAN
Dalammengarungi
zamanbaru itu, keselamatan
bangsa
tergantungpada kemampuankita dalam menyesuaikan
diri
terhadapsegala bentuk perubahan.Dalam zaman ini suatu
konsep,gagasanatau teknologisangatcepat menjadiusang.
Kitasudahmerasakan
halinisetiaphari.Sudahsulitdikatakan
di
mana suatu produkdibuat karenaprosesatau komponennya
tersebar di berbagai negara. Sekarang ini, yang paling
menentukan
bukanlagi di manasuatuprodukdihasilkan
tetapi
berapabiayanyadan apakahproduktersebutdapatmembentuk
proteksi
selerakonsumen.Kita tidakdapatlagi mengandalkan
sebagaisenjatapelindung
ekonomikitasekarang
ini.
Apa strategikita agar selamatdalammangarungi
zaman
baru ini? Jelas kita harus mampu menguasaiiptek baik
menguasaidalamafti memanfaatkan
secaraefisiendan efektif,
maupun menguasai dalam arti mengembangkandan
merumuskan
iptek-iptek
barusebagaikaryabangsakita.
Sebagaipenggunaiptek dengansendirinyapenguasaan
iptek berartikemampuansumberdaya manusiadan institusiinstitusipembangunan
untukmenyerap
dan memanfaatkan
iptek
yangtelah berkembang
baikdi dalamnegerimaupundi negara
lain. Kendalayang kita hadapi adalah dunia industrikita
kemampuannyamasih terbatas pada tahap pemanfaatan
yangterkandung
teknologi
dalamberbagai
sistemdan peralatan
yangdigunakan.
Dengandemikianmasihbesarketergantungan
kita pada paket-paketteknologiyang didapat melaluiproses
imporataulisensi.Tampakdi sinibahwaindustrinasionalmasih
merupakanperpanjanganatau perluasanpasar dari produkprodukteknologi
luar.
jugamasih
Strategiindustrinasional
saatinidayasaingnya
tergantungpada produkyang kandunganteknologinya
relatif
rendah dengan mengandalkanfaktor biaya produksi yang
rendah,terutamabiayatenagakerjayangrendah.Duniaindustri
diperlukandukunganpengembangan
prasaranayang tidak
hanyamemecahkan
masalahketerpencilan
wilayahdi satu sisi
dan menghilangkan "bottlenecks" akibat permintaan
pertumbuhanyang terlalu tinggi di sisi lain, tetapi juga
mengembangkanpotensi ekonomi wilayah seda mengakomodasi
mobilitas
ekonomiyangsemakinmeningkat
tajam.
Kita juga memahamibahwa aksesibilitaskawasandan
prasaranamerupakanprasyaratbagi modal dan
ketersediaan
investasi baik dari dalammaupundari luar negeri. Di dalam
prasarana
duniayangmakinmenyatu,
dukungan
berupajaringan
jasa transporlasi
fisik dan pelayanan
dan telekomunikasi
secara
nasionalmerupakan
subsistem
dari jaringanpelayanan
regional
danglobal.
Dengan semakintingginyadukunganprasaranayang
diperlukanbagi pengembangan
wilayah-wilayah
andalanyang
baru, maka semakin besar pula kebutuhanbiaya investasi
prasarana. Sementara itu mengingat dana pembangunan
pemerintahsemakinterbatas, makadalamalur keb'rjaksanaan
pembangunan (policy mainstream) dituntut peranan yang
semakin besar dari sektor swasta dalam penyelenggaraan
pelayanandan pembangunanprasarana.Keberhasilankita
menerapkanskim ini akan menjadi indikator keberhasilan
pembangunan
prasarana
dan dengandemikiankemampuan
kita
untuk memelihara momentum perlumbuhandan gerak
pemerataan secara berkesinambungan. Mengapa juga
pemerataan,
olehkarenake manainvestasiprasarana
diarahkan
pula pemerataankegiatanpembangunan.
akan mempengaruhi
sekali lagi dalam kesemuahal itu para insinyurIndonesia
ditantangdandituntutperanannya.
III.
KOMPETENSI
DANPROFESIONALISMESDM{PTEK
Kompetensidan profesionalisme
merupakanprodukdari
suatubudaya.Tuntutanprofesionalisme
berkaitdengantuntutan
peningkatankualitas sumber daya manusia yang dapat
menandingi kecepatan akumulasi beban pekerjaan
pembangunan
nasional.
Sumberpersoalannya
adalahmenyatudenganvisisumber
dayamanusiadan masyarakat
kitaterhadapkreativitas
dan daya
inovasi.Kitamemangditantang
untukmembangun
sumberdaya
manusia yang memiliki semangat profesional,semangat
pembaharuan
dan tekadyang kuat untukmengubahkeadaan
dan memperbaiki
nasibbangsanya.
Lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi,
merupakanlembagayang sangatpentinguntukmenghasilkan
sumberdaya manusiadan masyarakatsepertiitu. Kita perlu
mendoronglebihkuat lagi perguruantinggiuntukmenghasilkan
kader-kaderpembangunan
yang menjadiintinyasumberdaya
manusiaIndonesia
yangberkualitas.
Kitajuga perlumeningkatkan
parapenelitidan
kemampuan
lembaga-lembaga
yang bergerakdi bidangiptek.Kita memang
belum memiliki indikator yang baik untuk mengukur
profesionalisme
dan kompetensidi bidang ini. Namun,untuk
gambarankasar hasil seleksiRiset UnggulanTerpadu(RUT)
dan RisetUnggulan
Kemitaraan
dapatkiranyadigunakan.
Dalamsepuluhbidangpenelitian
RUT,yaitubioteknologi,
rancangbangun,ilmu bahan/material
baru, ilmu kimia/proses,
teknologi energi, elektronika dan informatika, teknologi
perlindungan
lingkungan,
dan dinamikasosial ekonomipada
tahun1995/96telahmasuk1659usulan.Darisebanyakusulan
PENUTUP
pll menjadi
Sebagaipenutupuraianini,kitamengharapkan
organisasiyang makinkompetendan profesional.Pll harus
menjadiandalanmasyarakat
dalammempelopori
kemajuaniptek
di tanahair dan dengandemikianmerintispembaharuan
dalam
sistem produksidan distribusiyang menjadiintinyakemajuan
dankemandirian
bangsa.
Pll juga harus memperhatikanadanya tingkat-tingkat
penguasaaniptek yang berbeda-beda
di dalam masyarakat.
Menjaditugas Pll untuk membantumemperkecilkesenjangan
dalam masyarakatyang terjadiantara lain karenaperbedaan
penguasaandan akses terhadapiptek antara lapisan-lapisan
masyarakat
itu.
Jakarta,8 Agustus1996