Oleh Kelompok 6 :
Libryan Qadhi R
4212100094
Alfian
4212100701
4213100019
4213100040
4213100073
Fath Radiya Y
4213105023
Wiwin Rohmawati
4214106006
4214106013
Gufron Herlambang
4214106015
Fahmi Yunus
4210100094
DAFTAR ISI
Kel.
6
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 2
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................. 2
1.2.
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3.
Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
2.1.
Pengertian Pengelasan..................................................................................... 4
2.2.
2.3.
2.3.1
Pengertian.............................................................................................. 6
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
2.3.6
2.3.7
2.3.8
2.3.9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 19
Kel.
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue. Pengelasan bukan
tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi
pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan
kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Dewasa ini terdapat beberapa jenis pengelasan yang telah ditemukan dan
diaplikasikan oleh orang orang. Salah satunya adalah jenis las SAW (Submerged Arc
Welding). Las jenis ini merupakan las yang digunakan untuk proses penyambungan material
yang berada di bawah laut. Submerged Arc Welding memiliki sifat dan prosedur yang harus
dimengerti oleh tukang las agar hasil dari pekerjaannya dapat dikatakan baik. Prosedur las ini
juga berkaitan dengan masalah keselamatan, serta pemilihan jenis electrode yang tepat untuk
mengelas material yang berbeda di bawah air.
Dikarenakan pentingnya pemahaman mengenai dunia pengelasan, khususnya
pengelasan bawah air, maka penulis berinisiatif untuk menyusun makalah yang berisikan
informasi mengenai Submerged Arc Welding.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang melatar belakangi penulisan makalah ini adalah :
1
2
3
4
5
1.3.
Kel.
6
Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Inspeksi las, serta untuk menyusun bahan bacaan kepada pembaca, kususnya mahasiswa
mengenai pengelasan saw.
Kel.
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pengelasan
Las
menurut
dalam
Kamu
Besar
Bahasa
Indonesia
(1994),
"adalah
2.2.
mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling
banyak dipakai dimanamana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan.
Kel.
6
Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk
pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang
dipakai berkisar 80 200 Ampere.
2
busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan,
dipergunakan butiranbutiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran
ukuran fluks tersebut.
3
namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses
pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga
elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut
4
SW (Stud Welding)
ESW (Electro Slag Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung
bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau
Shear Connector
5
besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan
logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan platplat
dinding pesawat, atau pada pagar kawat
6
(Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur
nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah. Sebagai
pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2
8
GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)
Kel.
6
GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn
dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram,
sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material
induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni.
2.3.
2.3.1
Pengertian
Pengertian Las SAW merupakan salah satu jenis pengelasan busur listrik dimana proses
pengelasan ini adalah memanaskan dan mencairkan benda kerja dan logam pengisi atau
elektroda oleh busur listrik yang ada diantara logam induk dan elektroda (logam pengisi).
Pengelasan SAW ini menggunakan fluks yang bentuknya seperti pasir untuk melindungi
logam pengisi yang mencair saat proses pengelasan agar tidak terkontaminasi dari udara luar
sehingga menghasilkan las - lasan yang baik.
Kel.
6
2.3.3
Kel.
6
pengelasan lainnya. Logam pengisi disediakan pada gulungan, gulungan, atau dalam drum
massal. Sistem pakan terdiri dari variabel kecepatan penggerak motor, motor controller,
dan rol drive. Rol Drive biasanya jenis V-groove knurled, meskipun kadang-kadang halus
tipe V-groove rol yang digunakan. Logam pengisi diumpankan pada tingkat yang konstan
untuk busur.
Kekuatan las diberikan oleh arus busur kawat yang mencair pada tingkat yang
cocok dan sesuai. Elektroda mencair dan ditransfer di busur untuk pekerjaan melalui
cairan arc atau fluks.
Fluks bereaksi dengan logam baik selama busur dan dalam arc cair. Weld
pendinginan agak diperlambat oleh selimut penahan panas yang disebut slag.
Jika laju pendinginan terlalu cepat dalam lasan besar, beberapa kotoran dapat
terjebak di tengah las-lasan. Tingkat pendinginan dapat diperlambat jika pemanasan awal
dan postheat digunakan.
Kel.
6
2.3.4
dimodifikasi oleh reaksi kimia dengan fluks, dan paduan ditambahkan melalui fluks.
Fluks diklasifikasikan menurut sifat mekanik logam las disimpan. Sama fluks
kimia terdiri dapat memiliki banyak klasifikasi yang berbeda, tergantung pada klasifikasi
elektroda digunakan dengan dan kondisi perlakuan panas yang diberikan lasan untuk
pengujian.
Karena fluks dan kawat filler secara independen ditiadakan dalam proses ini,
maka mungkin terjadi fleksibilitas yang besar dalam memperoleh properti weld.
Adanya kotoran, minyak atau uap air dapat mencemari fluks, mengakibatkan
retak. Beberapa fluks memerlukan wadah penyimpanan dipanaskan dan gerbong untuk
memastikan bahwa fluks kering saat digunakan. Fluks meleleh masih bisa didaur ulang.
10
Kel.
6
11
Kel.
6
12
Kel.
6
13
Kel.
6
(turbulensi) dan dengan pengaruh gravity, gelembung udara yang terbentuk tergusur ke arah
permukaan dan fluks yang mencair mengapung ke atas kawah las yang mencair. Flux yang
mencair dan akan membeku secara sempurna melindungi metal las dari udara luar. Terdapat
lima faktor yang harus diperhatikan sebelum pengelasan SAW, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
2.3.6
14
Kel.
6
15
Kel.
6
Tandem
o Dua kawat sub-busur yang sama masing - masing terhubung ke power
source tersendiri.
o Dapat menggunakan power source DC maupun AC.
o Tingkat deposisi sekitar dua kali lipat dari satu kawat las.
16
Kel.
6
Tandem Twin
o Proses tandem-twin melibatkan dua kawat ganda yang ditempatkan
secara bersamaan.
o Dapat menggunakan power source DC maupun AC.
o Tingkat deposisi hingga 38 kg/jam dapat dicapai.
Sumber : https://bramcreate.files.wordpress.com
Multi Wire
o Sampai dengan 6 kawat dapat digunakan secara bersama - sama, dengan
power source tersendiri.
o Kawat untuk power source biasanya DC + polaritas dengan kabel pada
akhiran menjadi AC.
o Kecepatan hingga 2,5 m/min, sehingga memiliki tingkat deposisi
maksimum 90 kg /jam.
17
Kel.
6
2.3.9
Kelebihan
o Sambungan dapat dipersiapkan dengan alur V yang dangkal, sehingga
tidak terlalu banyak memerlukan logam pengisi, bahkan biasanya tidak
diperlukan alur.
o Karena proses terjadi di bawah timbunan flux, maka tidak ada percikan
logam (spatter) dan sinar busur yang keluar.
o Kecepatan pengelasan tinggi, sehingga baik untuk pengelasan pelat
datar, silinder maupun pipa, bahkan baik sekali untuk pelapisan
permukaan (surfacingng).
o Alat pelindung diri sangat minim sehingga meningkatkan kenyamanan
pekerja
Kekurangan
o Proses sedikit rumit, karena selain diperlukan flux dan penahan flux
o Flux dapat mengkontaminasi, sehingga menyebabkan terjadinya
ketidaksempurnaan pengelasan
o Untuk dapat menghasilkan lasan yang baik, logam induk harus homogen
dan bebas dari scale maupun kontaminan - kontaminan lainnya
o Untuk pengelasan berlapis banyak, yang memerlukan pembersihan terak
yang baik, sering mengalami kesulitan.
18
Kel.
6
Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Hendra. SUBMERGED ARC WELDING (SAW). 29 Februari 2016.
http://sebronet.blogspot.co.id /2010/07/submerged-arc-welding-saw.html
Faradis, Helly. Tipe Mesin Las, dan Sistem Pengelasan. 29 Februari 2016.
http://caramenulisbuku.com/
19
Kel.
6