Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di
bawah lima tahun mengalami 203 episode diare per tahunnya dan empat
juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi.
Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan
cairan). Lebih kurang 10% episode diare disertai dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak
kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar
(IDAI, 2008).
Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun,
walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda
yaitu antara 6 bulan12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat
makanan tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga
kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit diare menjadi lebih besar (Hiswani, 2003).
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap
diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah
satu komponen faktor predisposisi yang penting (Notoatmodjo S, 2007).
Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana
penanganan awal diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi
keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan rehidrasi) baik
yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun parenteral (melalui
infus) telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada
ribuan anak yang menderita diare (IDAI, 2008).

B. Deskripsi Masalah
Masalah utama yang ditemukan di Puskesmas Kutasari adalah
masih tingginya angka kejadian diare. Berdasarkan data laporan per tahun
dari Puskesmas Kutasari terdapat 1.359 kasus diare. Proporsi diare pada
balita pada tahun 2014 (53, 9%), 2013 (29, 5%), 2012 (33, 6%) dan tahun
2011 (22, 4%). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi diare meningkat
setiap tahunnya.
Sedangkan prevalensi diare yang paling tinggi di Puskesmas
Kutasari terjadi di desa Karangcegak. Pada tahun 2014, sebanyak 155
orang menderita diare. Angka tersebut termasuk tinggi dibandingkan
dengan desa lainnya. Hal ini disebabkan karena minimnya sanitasi yang
memadai (jamban sehat) di desa tersebut. Warga yang memiliki jamban
sehat sekitar 60 rumah. Jumlah ini lebih sedikit dibanding dengan warga
yang masih suka buang air besar sembarangan di parit, kolam ikan ataupun
pemandian terbuka. Selain itu, kurangnya pengetahuan warga tentang
perilaku cuci tangan yang baik juga dapat berpengaruh terhadap tingginya
angka kejadian diare di desa tersebut.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengurangi angka kejadian diare di masyarakat dalam
wilayah kerja Puskesmas Kutasari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program
komunikasi yang dapat mengintervensi faktor perilaku, biologis,
lingkungan dan pelayanan kesehatan.
b. Mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu terhadap cara
penanganan awal diare yang tepat.

D. Manfaat Penelitian

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat


mengenai pencegahan dan penanganan awal diare untuk dewasa,
terutama pada anak-anak, sehingga diharapkan dapat menurunkan
angka kejadian diare.

Anda mungkin juga menyukai