Anda di halaman 1dari 10

BIOLOGI SEL

SITOSEKELETON
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma
dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton ternyata juga
dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk
yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di
permukaan.
Sitoskeleton berkembang baik pada organisme eukariotik. Organisme prokariotik tidak
memiliki organel bermembran, tubuhnya juga dilindungi oleh dinding sel yang kuat sehingga
tidak membutuhkan sitoskeleton.

Fungsi Sitoskeleton adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.

Memberikan kekuatan mekanik pada sel


Menjadi kerangka sel
Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang alin.
Menahan dan mempertahankan bentuk sel. Sitoskeleton akan membuat sel tidak
terlalu lembek dan memungkinkan untuk kembali ke bentuknya semula.
5. Jaringan sitoskeleton menahan organel-organel sel tetap berada di tempatnya masingmasing. Organel sel perlu dipertahankan di tempat yang tepat agar proses-proses
fisiologis dalam sel dapat berlangsung dengan sempurna.
6. Jaringan jalur yang memandu gerakan material dalam sel. Meteri-materi dalam sel
seperti mRNA perlu dipandu oleh sitoskeleton agar dapat sampai di tempat tujuannya,
misalnya untuk menuju ribosom.
7. Membentuk silia dan flagella sebagai alat pergerakan sel. Sel sperma memiliki
flagella panjang yang diperlukan untuk bergerak dalam saluran reproduksi wanita
hingga bertemu ovum. Silia dimiliki oleh protozoa semisal paramaecium untuk
bergerak di dalam air.

Komponen penting dalam pembelahan sel. Sitoskeleton akan membentuk benang-benang


spindel yang berperan mengikat dan menarik kromosom saat mitosis maupun meiosis.
Struktur Sitoskeleton
1. Mikrofilamen (struktur mirip rod yang berupa protein globular), monomernya adalah
tubulin
Mikrofilamen: Terorientasi secara paralel di seluruh bagian dalam sel atau berkelompok
dekat perifer sel
2. Filamen intermediate (protein serabut), monomernya adalah fibrous (protein)
Filamen intermediet: Menyebar di seluruh sel, dekat permukaan sel. Pola jalinan seperti
sarang laba-laba, keberadaannya dalam tumbuhan belum jelas.
3. Mikrotubul (tabung berlubang terdiri atas protein globular) , monomernya adalah actin.
Mikrotubul: Tersusun acak, memanjang radial dari pusat sel, melekat dan mengelilingi
batas sel, tersebar di korteks sel dan tempat terjadinya gerakan
1. Mikrofilamen atau filamen aktin
Mikrofilamen (Microfilament) adalah batang padat yang diameter sekitar 7 nm.
Mikrofilamen disebut juga filamen aktin karena tersusun atas molekul-molekul aktin (actin),
sejenis protein globular. Suatu mikrofilamen merupakan seutas rantai ganda subunit-subunit
aktin yang memuntir. Selain terdaat sebagai filamen lurus, mikrofilamen dapat membentuk
jejaring struktural, berkat keberadaan protein-protein yang berikatan di sepanjang sisi filamen
aktin dan memungkinkan filamen baru membentang sebagai cabang. Mikrofilamen
tampaknya ditemukan pada semua sel eukariot. Karena kecilnya sehingga pengamatannya
harus menggunakan mikroskop elektron.
Mikrofilamen seperti mikrotubulus (pengertian mikrotubulus dibawah), tetapi lebih lembut.
Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot).
Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel k. dan peroksisom (Badan Mikro). Organel ini
senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan
katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
Ciri-ciri mikrofilamen:

Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang bertaut dan tipis.


Mikrofilamen tersusun atas dua macam protein, yaitu aktin dan miosin.

Mikrofilamen banyak terdapat pada sel-sel otot.

Mikrofilamen mempunyai diameter


menggunakan mikroskop elektron.

nm

sehingga

pengamatannya

harus

Mikrofilamen terkenal karena perannya dalam motilitas sel, terutama sebagai bagian aparatus
kontraktil sel otot. Berbeda dengan peran penahan-kompresi oleh mikrotubulus, peran
struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton adalah menahan tegangan (gaya taring). Jejaring
berdimensi tiga yang dibentuk oleh mikrofilamen tepat di bagian dalam membran plasma
(mikrofilamen korteks) membantu menyokong bentuk sel. Jejaring ini menyebabkan lapisan
sitoplasma terluar sel, yang disebut korteks, memiliki konsistensi semisolid gel, kebalikan
dari kondisi sitoplasma interior yang lebih cair (sol). Dalam sel hewan yang terspesialisasi
untuk mentraspor materi melintasi membran plasma, misalnya sel usus, berkas mikrofilamen
menjadi inti mikrovili, penjuluran halus yang meningkatkan luas permukaan sel di usus
seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Fungsi Mikrofilamen (Filamen Aktin)
Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan tegangan)
Perubahan bentuk sel

Kontraksi otot

Aliran sitoplasmik

Motilitas sel (seperti pada pseudopodia)

Pembelahan sel (pembentukan lekukan penyibakan)

2. Mikrotubulus
Semua sel eukariot memiliki mikrotubulus (microtubule), batang-batang berongga dengan
diameter sekitar 25 nm dan anjang antara 200 mm samai 25 um. Dinding tabung berongga
tersebut tersusun dari protein globular yang disebut tubulin. Setiap protein tubulin merupakan
diner, molekul yang tersusunatas dua subunit. Suatu dimer tubulin terdiridari dua polipeptida
yang agak berbeda, tubulin a dan tubulin B. Mikrotubulus bertambah panjang melalui
penambahan dimer tubulin; mikrotubulus juga diuraikan dan tubulinnya pun digunakan untuk
membangun mikrotubulus di tempat lain dalam sel.
Ciri-ciri mikrotubul, antara lain:

Mikrotubulus tersusun atas bola-bola molekul yang disebut tubulin.


Diameter mikrotubulus kira-kira 25 nm, panjangnya 200 nm.

Dindingnya terdiri dari 13 kolom molekul tubulin.

Setiap molekul tubulin terdiri atas dua subunit polipeptida yang serupa, alpha tubulin
dan betha tubulin. Mikrotubula memanjang dengan menambah molekul tubulin
diujung-ujungnya.

Mikrotubula dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun


mikrotubula dimana saja di dalam sel.

Di bawah ini adalah gambar struktur dari mikrotubul:

Fungsi mikrotubul antara lain:


1. Membantu dalam pembelahan mitosis dengan mengendalikan gerakan kromosom dari
daerah equator ke kutub masing-masing pada anaphase
2. Penyusun sentriol, flagel dan silia sehingga berperan dalam pergerakan sel
3. Mengarahkan gerakan komponen-komponen sel
4. mempertahankan bentuk sel dan sebagai rangka sel.
Mikrotubulus berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel
dan sebagai rangka sel. Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung
pembelahan. Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentukan sentriol, flagela dan
silia.
Sentriol berbentuk silindris dan disusun oleh mikrotubulus yang sangat teratur. Pada saat
membelah, sentriol akan membentuk benang-benang gelendong inti. Silia dan flagella
merupakan tonjolan yang dapat bergerak bebas dan dijulurkan.
3. filamen intermediet
Filamen Intermediat (Intermediate filament) dinamia karena berdiameter 8-12 nm, lebih
besar dibandingkan dengan diameter mikrofilamen namun lebih kecil mikrotubulus. Filamen
intermediat terspesialisasi untuk menahan tegangan (seperti mikrofilamen) dan terdiri dari
berbagai kelas unsur sitoskeleton. Setiap tipe tersusun dari subunit molekular berbeda yang
tergolong ke dalam suatu famili protein, yang antara lain beranggotakan keraton. Sebaliknya
mikrotubulus dan mikrofilamen mempunyai diameter dan komsisi yang tetap ada sema sel
eukariot.
Filamen intermeiat merupakan pengukuh sel yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan
mikrotubulus, yang diuraikan dan dirakit kembali di berbagai bagian sel. Bahkan jika sel
mati, jejaring filamen intermediat seringkali tetap bertahan; misalnya, lapisan terluar kulit
kita terdiri atas sel-sel kulit mati yang penuh protein keratin.
Ciri-ciri filamen intermediet antara lain:

Filamen intermediet memiliki diameter antara 8-10 pm


Berbentuk pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar

Bersifat liat, stabil, dan tersusun atas protein fibrosa

Letak filamen inibiasanya terpusat disekitar inti.

rantai protein yang berbentuk untaian yang salin melilit tersusun atas protein yang
disebut fimetin, tetapi tidak semua sel filamen intermediarnya tersusun atas fimentin.

Misalnya sel kulit filamennya tersusun atas protein keratin. Lihat gambar dibawah:

gambar filamen intermediet


Fungsi Filamen Intermediat
Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)
Tambatan nukleus dan organel lain tertentu

Pembentukan lamina nukleus

LEUKOSIT
Fungsi leukosit :
1.
2.
3.
4.

Endositosis : pinositosis dan fagositosis


Eksositosis
Autolisis
Autofagi

PERBEDAAN NEKROSIS DAN APOPTOSIS


Pola kematian sel terbagi menjadi dua :
1. Nekrosis
- Merupakan perubahan morfologi yang menyebabkan kematian sel.
- Merupakan kejadian yang sering terjadi setelah stimulus eksogen dan ditampakkan
dengan pembengkakan, denaturasi dan koagulais protein, berkurangnya organel serta
cell rupture.
Proses yang menyebabkan perubahan morfologi pada nekrosis adalah :
a. Denaturasi protein
b. Pencernaan enzim dari organel dan sitosol, dengan kata lain lisosom mengeluarkan
enzimnya ke dalam sitoplasma yang mengakibatkan enzim melahap seluruh organel
dan komponen sel.
Nekrosis sel terlihat sangat eosin, gambaran seperti kaca ( homogeny ), dan sitoplasma
bervakuola serta membrane sel terpotong-potong. Nukleus berubah menjadi :
a. Kariolisis : inti menghilang akibat hidrolisis kromatin
b. Piknosis : menyusutnya inti sel, batas tidak teratur serta peningkatan basofil sehingga
tampak hyperkromatik
c. Karioreksis : inti terpecah-pecah membentuk granula-granula yang menggumpal
2. Apoptosis
Kematian sel yang terprogram yang dirancang tubuh untuk menghilangkan populasi sel
yang tidak diinginkan. Biasanya disebut aksi bunuh diri .
Proses fisiologik dan patologisnya meliputi :
- Kerusakan sel terprogram selama embryogenesis seperti terjadi pada implantasi,
organogenesis dan terjadinya involusi.
- Delesi sel pada populasi yang berproliferasi seperti epitel kripta usus / kematian sel pada
tumor
- Kematian sel oleh sel T sitotoksik
- Rangsangan cedera ringan ( panas, radiasi, obat kanker sitotoksik ) yang menyebabkan

kerusakan DNA.
Gambaran morfologi dari apooptosis meliputi :
a. Pengerutan sel
b. Kondensasi dan fragmentasi kromatin
c. Terbentuk gelembung-gelembung sitoplastik dan badan-badan apoptotic
d. Fagositosis sel-sel sehat ( makrofag ) di sekitarnya dengan tidak melibatkan proses
inflamasi

Apoptosis dan nekrosis sama-sama merupakan proses kematian sel. Bagi yang sedang
meneliti bidang yang berhubungan dengan apoptosis dan nekrosis pastilah akrab dengan
kedua kata ini. Masalahnya, bagaimana kita membedakan apoptosis dengan nekrosis? Jika
kita sedang meneliti, bagaimana kita tahu sel yang kita teliti mati karena proses apoptosis
atau nekrosis?
Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel.
Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke
luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang mengalami
nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang mengalami apoptosis
terlihat menciut, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang
mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Sel
yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis
terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang
mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan membentuk massa padat yang
uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan
terjadi agregasi.
Pada pemeriksaan histologi tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang
mengalami apoptosis. Sedangkan pada nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata di
sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis. Sel yang mengalami apoptosis biasanya akan
dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan langsung denganya dan beberapa
makrofag. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag.
Secara biokimia, apoptosis terjadi sebagai respon dari dalam sel, yang mungkin
merupakan proses yang fisiologis. Sedangkan nekrosis terjadi karena trauma nonfisiologis.

Pada proses apoptosis terjadi aktivasi enzym spesifik untuk transduksi signal dan eksekusi.
Sedangkan pada proses nekrosis, enzym-enzym yang terlibat dalam proses apoptosis
mengalami perubahan atau inaktivasi. Secara metabolis proses terjadinya apoptosis dapat
diamati sedangkan nekrosis tidak. Pada proses apoptosis dapat pula terjadi sintesis
makromolekul baru, sedangkan pada nekrosis tidak disertai proses sintesis makromolekul
baru. Pada apoptosis terjadi DNA fragmentasi non random sehingga jika DNA yang diekstrak
dari sel yang mengalami apoptosis di elektroporesis dengan agarose akan terlihat gambaran
seperti tangga (DNA ladder). Sedangkan pada nekrosis, fragmentasi terjadi secara random
sehingga pada agarose setelah elektrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas sepanjang
alurnya (DNA smear). Salah satu cara untuk mengamati keberadaan fragmen DNA di dalam
sel yang mengalami apoptosis adalah dengan menggunakan Uji Tunel. Meskipun begitu, uji
Tunel tidak dapat membedakan apoptosis dengan nekrosis.

Penyebab Nekrosis
Nekrosis selular dapat diinduksi oleh sejumlah sumber eksternal, termasuk cedera,
infeksi, kanker, infark, racun, dan peradangan. Sebagai contoh, suatu infark
(penyumbatan aliran darah ke jaringan otot) menyebabkan nekrosis jaringan otot karena
kekurangan oksigen ke sel terpengaruh, seperti terjadi pada infark miokard serangan
jantung. laba-laba tertentu (pertapa coklat) dan ular (ular, Bothrops) venoms dapat
menyebabkan nekrosis dari jaringan di dekat luka gigitan, sebagai dapat sebuah Grup A
infeksi streptokokus (salah satu daging-makan bakteri).
Jaringan nekrotik tidak mengalami reaksi kimia yang sama bahwa biasanya tidak
jaringan apoptosis sekarat. Kegagalan tiba-tiba dari satu bagian dari sel memicu kaskade
kejadian. Selain kurangnya sinyal kimia ke sistem kekebalan tubuh, sel-sel mengalami
nekrosis dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya ke jaringan di sekitarnya. Secara
khusus, sel-sel mengandung organel kecil bernama lisosom, yang mampu mencerna bahan
selular. Kerusakan pada membran lisosom dapat memicu pelepasan enzim-enzim yang
terkandung, menghancurkan bagian-bagian lain dari sel. Lebih buruk lagi, ketika enzim ini
dilepaskan dari sel non-mati, mereka dapat memicu reaksi berantai kematian sel lebih lanjut.
Jika yang cukup necrotizes jaringan berdekatan, itu disebut gangren. perawatan yang tepat
dan perawatan luka atau gigitan binatang memainkan peran kunci dalam mencegah jenis
nekrosis luas. Selama biopsi bedah, rantai ini nekrosis-reaksi dihentikan oleh fiksasi atau
pembekuan.
Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin pencernaan, gangguan
dari membran plasma dan membran organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis DNA
luas, vacuolation dari retikulum endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel. Pelepasan
konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab peradangan di
nekrosis

PELAJARI MITOCONDRIAL PATHWAY DI DALAM


PDF YANG SAYA LAMPIRKAN

PELAJARI KOMUNIKASI SEL : MISALNYA PADA


PEMBENTUKAN HORMON INSULIN
PELAJARI SIKLUS SEL : interfase(G1, S, S2) dan
mitotik (ProMeAT)

Anda mungkin juga menyukai