Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam praktikum Geologi Teknik acara Deskripsi Core (Logging) ini
kita melakukan analisis terhadap sample core yang di dapat dari hasil
pemboran inti. Yang secara definisi pemboran inti (Coring) adalah suatu
usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core) dari formasi dibawah
permukaan untuk dianalisa sifat fisik batuan secara langsung. Sedangkan
analisis core adalah kegiatan pengukuran sifat-sifat fisik batuan yang
dilakukan di laboratorium terhadap contoh batuan. Dengan adanya hal
tersebut, maka pekerjaan pemboran inti dilaksanakan dengan latar belakang
untuk memperoleh suatu data geologi teknik bawah permukaan tanah (insitu
testing) yang akan digunakan untuk analisa serta kepentingan geologi teknik
yang dibutuhkan. Analisa pada pemboran inti dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu melalui pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Untuk itu pada
setiap pemboran inti yang dilakukan diusahakan agar diperoleh contoh inti
tanah (Core recovery) mencapai 100%. Core Recovery merupakan presentasi
tanah/batuan yang diperoleh selama proses pengeboran. Urutan stratigrafi
tanah yang diperoleh sangat tergantung dari core recovery-nya. Untuk itu
sangat jelas bahwa dengan dilakukannya pemboran inti serta dilakukannya
analisis
terhadap
hasil
pemboran
inti
sangat
membantu
dalam
| Page 1
: Rabu
: 20 November 2013
: 15.00 - 17.00 WIB
: Ruang 201 Gedung Pertamina Sukowati
Teknik Geologi Universitas Diponegoro
1.3.2 Pelaksanaan Pengamatan Core
Hari
: Selasa
Tanggal
: 26 November 2013
Waktu
: 14.30 15.30 WIB
Tempat Pelaksanaan
: Ruang 1.02 Gedung Pertamina Sukowati
Teknik Geologi Universitas Diponegoro
| Page 2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pemboran Inti (Coring)
Pemboran
contoh batuan (core) dari formasi dibawah permukaan untuk dianalisa sifat
fisik batuan secara langsung.
| Page 3
Sidewall Coring
| Page 4
b. Sidewall Coring
Yaitu cara pengambilan core yang dilakukan setelah operasi pemboran
selesai atau pada waktu pemboran berhenti. Pengambilan core dengan
teknik sidewall coring dilakukan pada dinding dari lubang bor.
| Page 5
kebutuhannya. Mata bor yang digunakan juga tergantung pada kondisi tanah
yang akan dibor. Untuk type soil akan digunakan mata bor Tungsten atau
Steel Bit dan untuk type batuan digunakan Diamond Bit.
| Page 6
Inti
Terorientasi
(Oriented
Core
Sample).
Dengan
mengukur
panjang
conto
inti
yang
diperoleh
dan
| Page 7
| Page 8
| Page 9
Auger Bor
Ship Auger
contoh teratur.
Flint Auger
Bor Bangka
Bor Tumbuk
bergerak bebas.
Closed Spiral Auger : Untuk batuan yang setengah keras dan berkerikil,
seperti pada batulempung atau batupasir kerikilan.
| Page 10
Tanah dan batuan memiliki berbagai macam warna. Warna dari tanah dan
batuan merupakan karakteristik yang penting di dalam kegiatan
identifikasi material ini. Beberapa corak warna yang sering dimiliki tanah
dan batuan antara lain seperti pada tabel di bawah ini.
Warna dasar
Warna imbuhan
Merah
Kemerahan
Kuning
Kekuningan
Coklat
Kecoklatan
Hijau
Kehijauan
Biru
Kebiruan
Kelabu
Kekelabuan
Hitam
Kehitaman
Abu-abu
Keabu-abu-abu-abuan
sederhana
berdasarkan
ukuran
diameter
butirnya,
tanah
< 0,002 mm
Lanau (silt)
0,002 - 0,060 mm
Halus
0,002 - 0,006 mm
Medium
0,006 - 0,020 mm
Kasar
0,020 - 0,060 mm
Pasir (sand)
Yang terdiri dari :
Halus
0,060 - 0,200 mm
Medium
0,200 - 0,600 mm
Kasar
0,600 - 2,000 mm
| Page 11
Kerikil (gravel)
Yang terdiri dari :
Halus
2,000 - 6,000 mm
Medium
6,000 - 20
mm
Kasar
20 60
mm
Batuan (cobbles)
60 200 mm
Bongkahan (boulders)
> 200 mm
Sangat lepas
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
d) Tingkat Kekompakan
Macam-macam tingkat kekompakan antara lain :
e) Tingkat Kekerasan
Macam-macam tingkat kekerasan antara lain :
Geologi Teknik - Coring
| Page 12
Sangat keras (very hard) yaitu apabila tidak dapat digores dengan
pisau baja.
klasifikasi
massa
batuan
Rock
Mass
Rating
(RMR)
| Page 13
RQD
gambar
Metode
pengukuran
menurut
CNI
diilustrasikan
pada
dibawah.
| Page 14
RQD =
RQD = 84 %
| Page 15
RQD =
RQD = 73 %
Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa batuan
diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992 seperti Tabel 2.2
Tabel 2.2 Hubungan RQD dan kualitas massa batuan (Barton, 1975 dalam Bell, 1992)
RQD (%)
Kualitas Batuan
< 25
25 50
50 75
75 90
90 - 100
RQD (%)
Kualitas Batuan
Rating
< 25
25 50
50 75
75 90
90 - 100
3
8
13
17
20
| Page 16
BAB III
Geologi Teknik - Coring
| Page 17
METODOLOGI
a.
b.
Alat tulis
Kamera
Komparator sedimen
Diagram Alir
Mulai
Persiapan alat dan bahan meliputi : lembar deskripsi core,
core Ringin Agung Box BH 2 box 2
Melakukan pendeskripsian litologi core yang meliputi:
warna, ukuran butir, kepadatan, tingkat pelapukan dll, dan
melakukan pengukuran RQD
Perhitungan nilai RQD, dengan menggunakan rumus :
RQD = Jumlah panjang core yang dua kali diameter core x 100%
Jumlah panjang keseluruhan core
Pembuatan laporan
Selesai
| Page 18
BAB IV
HASIL DESKRIPSI DAN KOLOM LITOLOGI
LOGGED BY
GEOMECHANICAL LOG
Exploration Unit
DATE LOGGED
0,68
68%
LSM
Tingkat
< 30%
batuan
STRENGTH
U.High, High,
Medium, Low,
U. Low
Low
RQD
DESCRIPTION
(Rock type, colour, grain size, alteration, etc)
TYPE
GRAPICH GEOL0GY
LITHOLOGY
Weather
Ing
% RECOVERY
DRILL LENGTHS
5-6
MEASURED RECOVERY
drill interval
METERAGE
0,6
89,4
6-7
0,71
71%
LSM
Batuan
< 30%
Low
0,56
78,8
7-8
0,76
76%
LSM
Low
0,605
79,60
SSL
High
| Page 19
LSM
8-9
0,4
40%
LSM
Low
Low
| Page 20
0,23
56,7
| Page 21
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum geologi teknik kali ini yaitu acara analisis core. Panjang
core yang diukur tidak 1 box penuh hanya sekitar 4 meter (dari meter ke 5 sampai
meter ke 9). Pada core kali ini yang akan di bahas adalah box dengan kode BH-2
RINGIN AGUNG BOX 2 pada kedalaman 5 - 9 meter.
Berdasarkan hasil deskripsi pada kedalaman 5-9 meter pada Core BH-2
RINGIN AGUNG BOX 2, core yang memiliki litologi berupa batupasir terdapat
pada core meter ke 5-6, meter ke 6-7, serta sebagian dari meter ke 7-8 ( pada
kedalaman 7 m 7,37 m). Berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi pada
core, litologi berupa batupasir halus (1/8-1/4 mm) memiliki karakteristik berupa
soil (artinya sudah mengalami proses pelapukan yang cukup intensif), dengan
kenampakan warna coklat muda, serta memiliki ukuran butir berupa pasir halus
(1/8 1/4 mm), dengan kenampakan non struktur (masif), serta memiliki sortasi
yang buruk dan memiliki kemas terbuka. Pada litologi ini memiliki tingkat
pelapukan yaitu pelapukan tingkat tinggi (lapuk semua) serta memiliki tingkat
kekerasan yaitu kekerasan lemah (low) karena litologi sangat mudah untuk
dihancurkan, litologi terlihat sudah tidak masif dan kompak lagi. Berdasarkan
perhitungan nilai RQD serta nilai persen recovery pada masing masing satuan
meter tiap box didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut, pada meter 5-6
memiliki nilai measured recovery sebesar 0,68 m dengan persen recovery sebesar
68 % serta memiliki nilai RQD sebesar 89,4 %. Pada meter ke 6-7 memiliki nilai
measured recovery sebesar 0,71 m dengan persen recovery sebesar 71 % serta
memiliki nilai RQD sebesar 78,8 %. Pada meter ke 7-8 memiliki nilai measured
recovery sebesar 0,76 m dengan persen recovery sebesar 76 % serta memiliki nilai
RQD sebesar 79,60 %.
Berdasarkan hasil deskripsi core yang memiliki litologi berupa batuan
beku terdapat pada core meter 7-8 ( tepatnya pada kedalaman 7,38 m 7,54 m).
Berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi pada core, litologi berupa batuan
beku memiliki karakteristik berupa kenampakan batuan yang masih utuh atau
Geologi Teknik Coring
| Page 22
fresh (artinya batuan tersebut belum mengalami proses pelapukan yang cukup
intensif atau dapat dikatakan sedikit sangat lapuk), dengan kenampakan warna
berupa abu-abu serta terdapat kenampakan butiran mineral yang relatif kecil-kecil,
memiliki kenampakan non struktur (masif). Pada litologi ini memiliki tingkat
pelapukan yaitu pelapukan tingkat rendah (sedikit sekali lapuk) serta memiliki
tingkat kekerasan yaitu kekerasan tinggi (high) karena batuan masih sangat susah
untuk dihancurkan, terlihat sangat masif dan kompak. Berdasarkan perhitungan
nilai RQD serta nilai persen recovery pada satuan meter tiap box didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut, pada meter 7-8 ini memiliki nilai measured recovery
sebesar 0,76 m dengan persen recovery sebesar 76 % serta memiliki nilai RQD
sebesar 79,60 %.
Berdasarkan hasil pengamatan kepada core yang memiliki litologi berupa
tuff terdapat pada core meter ke 7-8 ( pada kedalaman 7,55 m 7,76 m).
Berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi pada core, litologi berupa tuff
memiliki karakteristik berupa soil (artinya sudah mengalami proses pelapukan
yang cukup intensif), dengan kenampakan warna coklat kemerahan, serta
memiliki ukuran butir berupa pasir sedang (1/4 1/2 mm), dengan kenampakan
non struktur (masif), serta memiliki sortasi yang buruk dan memiliki kemas
terbuka. Pada litologi ini memiliki tingkat pelapukan yaitu pelapukan tingkat
tinggi (lapuk semua) serta memiliki tingkat kekerasan yaitu kekerasan lemah
(low) karena litologi sangat mudah untuk dihancurkan, litologi terlihat sudah tidak
masif dan kompak lagi. Berdasarkan perhitungan nilai RQD serta nilai persen
recovery pada masing masing satuan meter tiap box didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut, pada meter 7-8 ini memiliki nilai measured recovery
sebesar 0,76 m dengan persen recovery sebesar 76 % serta memiliki nilai RQD
sebesar 79,60 %.
Berdasarkan hasil deskripsi core yang memiliki litologi berupa lanau
terdapat pada core meter ke 8-9. Berdasarkan hasil pengamatan serta deskripsi
pada core, litologi berupa lanau memiliki karakteristik berupa soil (artinya sudah
mengalami proses pelapukan yang cukup intensif), dengan kenampakan warna
coklat muda, serta memiliki ukuran butir berupa lanau (1/256 1/16 mm), dengan
| Page 23
kenampakan non struktur (masif), serta memiliki sortasi yang buruk dan memiliki
kemas terbuka. Pada litologi ini memiliki tingkat pelapukan yaitu pelapukan
tingkat tinggi (lapuk semua) serta memiliki tingkat kekerasan yaitu kekerasan
lemah (low) karena litologi sangat mudah untuk dihancurkan, litologi terlihat
sudah tidak masif dan kompak lagi. Berdasarkan perhitungan nilai RQD serta nilai
persen recovery pada masing masing satuan meter tiap box didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut, pada meter 8-9 ini memiliki nilai measured recovery
sebesar 0,405 m dengan persen recovery sebesar 40,5 % serta memiliki nilai RQD
sebesar 56,79 %.
| Page 24
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dengan adanya pemboran inti, maka kita dapat mengetahui kondisi lapisan
tanah daerah penelitian, dengan begitu dapat mengetahui aplikasi geologi
| Page 25
Pada Core BH-2 RINGIN AGUNG BOX 2, core yang memiliki litologi
berupa lanau terdapat pada core meter ke 8-9. Berdasarkan hasil
pengamatan serta deskripsi pada core, litologi berupa lanau memiliki
karakteristik berupa, warna coklat muda, ukuran butir lanau (1/256 1/16
mm), non struktur (masif), sortasi buruk dan kemas terbuka, tingkat
pelapukan yaitu pelapukan tingkat tinggi (lapuk semua), tingkat kekerasan
| Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Penyelidikan Geologi Teknik Lapangan
Badan Geologi. 2010. Peralatan Survei Geofisika..
Siregar, Yohanes. 2009. Penyelidikan Geoteknik Lapangan dan Laboratorium
Sukartono. 2010. Buku Pengantar Kuliah Geologi Teknik. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional.
Zakaria, Zufialdi. 2010. Buku Panduan Praktikum Geologi Teknik. Bandung:
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.
| Page 27
LAMPIRAN
| Page 28
| Page 29