Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok

yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi
manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan
abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga menjadi
keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya.
Istilah HAM baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh
borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah
mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa
dari kedua kaum ini, munculah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa
para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia. Diantaranya adalah pengumuman
hak asasi manusia dari Raja John kepada rakyat Inggris tahun 1216. Hak asasi ini lalu
diadopsi oleh tokoh-tokoh Revolusi Perancis dalam bentuk yang lebih jelas dan luas,
serta dideklarasikan pada 26 Agustus 1789.
Di Indonesia penegakan HAM dapat dikatakan kurang berjalan maksimal.
Faktor yang berpengaruh pada penegakan HAM di Indonesia terhambat seperti masalah
politik, dualisme peradilan, prosedural acara. Bagi masyarakat muslim, belum pernah
mengalami penindasan yang dialami Eropa, dimana sistem perundang-undangan Islam
telah menjamin hak-hak asasi bagi semua orang sesuai dengan aturan umum yang
diberikan oleh Allah kepada seluruh umat manusia. Hak asasi dalam pandangan barat
tidak dengan sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau
pendidikan, dan lain sebagainya. Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah
mempunyai tempat tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi
dengan Islam sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam.
Karena dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang
spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.

Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas
Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep
tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba memberikan
sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.
1.2

Rumusan Masalah

Berikut ini adalah berbagai topik permasalan utama yang akan dibahas dalam makalah
ini, antara lain
1.2.2

Apa pengertian HAM itu?

1.2.3

Apa hubungannya HAM dengan Islam?

1.2.4

Bagaimana bentuk penerapan HAM dalam islam?

1.3

Tujuan

Seperti halnya dengan makalah yang lain, makalah kami juga memiliki tujuan agar
memiliki tolak ukur. Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.3.1

Mengetahui pengertian HAM itu

1.3.3

Mengetahui apa hubungan antara HAM dengan Islam

1.3.4

Mengetahui bentuk penerapan HAM dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan
melekat padanya dimanapun ia berada. Tanpa Adanya Hak ini berarti berkuranglah
harkatnya sebagai manusia yang wajar. Hak Asasi Manusia adalah suatu tuntutan yang
secara moral dapat dipertanggungjawabkan, suatu hal yang sewajarnya mendapat
perlindungan hukum.
Dalam mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak asasi manusia (Universal
Declaration of Human Rights) dijelaskan mengenai hak asasi manusia sebagai:
Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama dan tidak
dapat dipindahkan ke orang lain dari semua anggota keluarga kemanusiaan adalah dasar
kemerdekaan dan keadilan di dunia.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia,
yaitu berlaku secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip
keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui dan
diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip ini didasarkan
atas keyakinan bahwa umat manusia berada dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di
pusat-pusat kota maupun di pelosok pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu HAM
tidak bisa didasarkan secara partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara
lokal.
Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi.
Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are
equal). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang tidak boleh dibeda-bedakan
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang
negatif, melainkan harus dipandang sebagai kekayaan umat manusia. Karena manusia
berasal dari keanekaragaman warna kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya.
Kenekaragaman agama juga merupakan sesuatu hal yang mendapat tempat dalam sifat
non-diskriminasi ini. Pembatasan seseorang dalam beragama merupakan sebuah
pelanggaran HAM.

Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini penyelesaian


sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat.
Umat manusia mempunyai beragam latar belakang sosial maupun latar belakang kultur
yang berbeda antara satu dengan yang lain hal ini meupakan sebuah keniscayaan. Prinsip
imparsial ini dimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu golongan.
2.2. Hubungan antara HAM dengan Islam
Hak Asasi Manusia dalam islam tertuang secara transenden untuk
kepentingan manusia, lewat syariah islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut
syariah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dan
karena ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan
atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban
tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan sementara kebebasan secara eksistensial
tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,
kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainnya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat
13, yang artinya sebagai berikut :
Hai Manusia, sesnungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan permpuan dan
kamu jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kaum adalah yang paling takwa.
Sedangkan kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran islam. Kehadiran
islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agara terhindar dari kesia-siaan dan
tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan ideologi. Pada dasarnya
HAM dalam islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam al-dloruriyat alkhomsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia
dalam islam). Konsep itu mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap
individu yaitu hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdza al-mal
(penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-ird(penghormatan atas jiwa, hak

hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-aql (penghormatan atas kebebasan berpikir)
dan hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima pokok inilah yang harus
dijaga oleh setiap umat islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih
manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan
masyarakat, masyarakat dengan Negara dan komunitas agama dengan komunitas agama
yang lainnya.
2.3. Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia
Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum islam
1.

Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan

meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh
Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya,
hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang
yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya
HR. Bukhari).
Hak hidup dibagi atas beberapa hak antara lain:
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara
apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman
Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara
kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar
kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa
padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan
setiap upaya yang merugikan hajat manusia.
b. Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan
Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah

perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fitrah
yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu
kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4:
34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS.
2: 228)
c. Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan
jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27).
Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan
baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir
miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab
menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin
ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap
orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf
dalam Al-Kharaj).
d. Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi putusan
hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk
membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak
menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS.
4: 148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah
yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-

wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan
keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang
dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
e. Hak Saling Membela dan Mendukung
Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada
pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan
mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim,
memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim
terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur,
memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).
f. Hak Keadilan dan Persamaan
Allah

mengutus

rasulullah

untuk

melakukan

perubahan

sosial

dengan

mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. AlHadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum.
Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong
tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya
kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan
hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila
orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan
tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum
kriminal..."
2. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling
suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu
hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah


memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS.
49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati
Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai
keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biarabiara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan
penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) serta
tidak melarang upacara-upacaranya.
3. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban.
Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada
makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan
dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja,
seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya."
(HR. Ibnu Majah).

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan analisis. Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak
pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi
manusia (HAM). Istilah HAM baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh
borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah
mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa
dari kedua kaum ini, munculah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa
para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia.
Di Indonesia penegakan HAM dapat dikatakan kurang berjalan maksimal.
Faktor yang berpengaruh pada penegakan HAM di Indonesia terhambat seperti masalah
politik, dualisme peradilan, prosedural acara.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu
berlaku secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip keuniversalan
ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui dan diharapkan dapat
diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip kedua dalam norma HAM
adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa
semua

manusia

setara

(all

human

being

are equal).

Prinsip

ketiga

ialah

imparsialitas,maksud dari prinsip ini adalah penyelesaian sengketa tidak memihak pada
suatu pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat.
Hak Asasi Manusia dalam islam tertuang secara transenden untuk kepentingan
manusia, lewat syariah islam yang diturunkan melalui wahyu. Sistem HAM Islam
mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan
terhadap sesama manusia.

3.2. Saran
Sebagai insan, menegakkan HAM dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya
kita sebagai insan politik tetapi juga sebagai umat pengikut ajaran agama yang dibawa
Nabi Muhammad SAW. Dengan menegakkan HAM, kepentingan satu sama lain tidak
akan saling berbenturan sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan saling
menghargai.

DAFTAR PUSTAKA

http://answer.yahoo.com/hamdalamislam
www.ham.go.id
www.humanrights.go.id

MAKALAH
HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Disusun oleh :
1. Ratna Sari Triastuti

NIM : L2C008146

2. Ressa Puspitadewi

NIM : L2C008147

3. Rohmat Figiarto

NIM : L2C008148

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

Anda mungkin juga menyukai