Anda di halaman 1dari 6

GANGGUAN PROSES BERPIKIR

I.

Pengertian Proses Berpikir


Berpikir adalah mencari hubungan arti antara beberapa bagian pengetahuan kita,
menemukan pemecahan suatu soal, membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu hal.
Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan dan
penalaran. Proses berpikir yang normal mengandung suatu gagasan symbol dan asosiasi
yang terarah kepada tujuan yang dibangkitkan oleh suatu permasalahan yang menuntut
penyelesaian atau pemecahan berdasarkan kenyataan.
Menurut ahli-ahli Psikologi Asosiasi, dalam Baihaqi,dkk (2005.91), berpikir adalah
kelangsungan tanggapan dimana subyek yang berpikir adalah pasif. Tanggapan sendiri dapat
diartikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
Dalam tanggapan, kita tidak hanya mampu menghidupkan kembali apa yang telah kita
amati, tetapi kita juga dapat mengantisipasi yang akan datang atau yang mewakili yang
sekarang. Jadi tanggapan adalah proses mental yang terjadi setelah seseorang itu mengamati.
Pada pengamatan, obyeknya ada untuk setiap orang dan terikat pada waktu, tempat, dan
keadaan. Sedangkan pada tanggapan, obyeknya hanya ada dan hanya untuk menanggap serta
terlepas dari waktu, tempat, dan keadaan.
Plato mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas ideasional. Jadi, berpikir adalah
suatu aktivitas, karenanya subyek yang berpikir itu aktif. Aktivitas itu sendiri sifatnya
ideasional artinya menggunakan abstraksi-abstraksi (ideas), dan bukan aktivitas sensoris
atau motoris, tetapi dapat disertai oleh kedua aktivitas itu (Suryabrata, 1984 dalam Baihaqi
dkk (2005.91). Ada pula pendapat yang lebih menekankan pada tujuan berpikir itu sendiri.
Berdasarkan pendapat ini, berpikir diartikan sebagai aktivitas meletakan hubungan antara
bagian-bagian pengetahuan. Bagian pengetahuan itu adalah sesuatu yang telah kita miliki,
yang berupa pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan. Untuk meletakan hubungan
tersebut sekurang-kurangnya ada dua hal yang dipikirkan baru menarik kesimpulan atau
konklusi, yaitu simpul yang menerangkan hubungan di antara keduanya.
Berpikir adalah proses yang dinamis. Sedangkan bagaimana proses berpikir itu
berlangsung para ahli mengemukakan dengan istilah yang berbeda. Menurut Maramis
(1998), berpikir meliputi : proses pertimbangan (judgment), pemahaman (comprehension),
dan penalaran (reasoning). Menurut Saanin (1976), proses berpikir meliputi : penilaian,
pengertian, dan keputusan. Sedangkan menurut Suryabrata (1984) proses berpikir dapat
dibagi : pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan pembentukan kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan pendapat proses berpikir menurut
Suryabrata :
A. Pembentukan pengertian. Proses pembentukan pengertian dilakukan melalui tiga
tahapan berikut: 1. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Misalnya
ingin membentuk pengertian tentang burung, maka kita ambil berbagai jenis burung lalu
kita analisis ciri-cirinya. 2. Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk ditemukan cirriciri, mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang

selalu tidak ada, mana yang hakiki dan mana yang bukan hakiki. 3. Mengabstraksikan,
yaitu menyisihkan atau membuang ciri yang tidak sama, tidak selalu ada atau tidak
hakiki, dan menangkap cirri-ciri yang sama, selalu ada, atau yang hakiki.
B. Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat berarti meletakan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat,yang terdiri dari pokok kalimat
(subyek) dan sebutan atau predikat. Subyek adalah pengertian yang diterangkan,
sedangkan predikat adalah pengertian yang menerangkan. Misalnya anak itu nakal.
C. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan bisa disebut juga penarikan keputusan. Kesimpulan atau
keputusan adalah kesanggupan untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapatpendapat yang telah ada. Keputusan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Keputusan deduktif. Yaitu keputusan yang diambil berdasarkan pendapat-pendapat
umum menuju ke pendapat khusus. Misalnya, perkutut dapat terbang, merpati dapat
terbang, jalak dapat terbang. Jadi semua burung dapat terbang.
b. Keputusan induktif. Yaitu keputusan yang diambil berdasarkan pendapat khusus
menuju ke pendapat umum, atau kebalikan dari keputusan deduktif. Misalnya:
semua burung dapat terbang, jadi jalak dapat terbang.
c. Keputusan analogis. Yaitu keputusan yang diambil berdasarkan hasil
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah
ada. Misalnya burung perkutut yang bagus bunyinya, mahal harganya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tanpa pembentukan pengertian, manusia
tidak akan berdaya dalam menghadapi kenyataan yang tak terhingga banyaknya. Sedangkan
isi pengertian sendiri adalah ketentuan yaitu tanda-tanda yang masih berhubungan dengan
pengertian. Sedangkan luas pengertian mengandung semua hal dari yang paling abstrak
sampai pada hal-hal yang konkrit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir ialah : a). factor fisik:
kelelahan, gangguan otak, b). factor psikis: keadaan emosi, c). factor social: kegaduhan atau
keadaan social yang patoglogis.
II.

Macam-macam Gangguan Proses Berpikir.


Dalam gangguan proses berpikir, kita bedakan antara:
1. bentuk pikiran,
2. arus pikiran,
3. isi pikiran dan pertimbangan.

1. Gangguan Bentuk Pikiran.


Yaitu semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logika, dan arah tujuan.
a. Dereisme atau pikiran dereistik, adanya ketidaksesuaian antara proses mental individu
dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika dan pengalaman.

Contoh:

seorang pejabat mengatakan : Kita harus memberantas pelacuran dalam


segala bentuknya tanpa kecuali harus kita kikis habis. Atau seseorang
pegawai negeri harus berani korupsi, biarpun gajinya tidak cukup dan
kelurganya menderita.
Pemikiran ini lebih menitik beratkan kepada keinginan individu tidak
mempertimbangkan sebab dan akibat dari kenyataan.
b. Autistic (berpikir autistic). Yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara
kenyataan dengan fantasi. Proses berpikirnya sangat dipengaruhi oleh keinginankeinginannya yang melebihi batas-batas kenyataan.
c. Pikiran non realistic. Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasar kenyataan.
Membuat kesimpulan yang aneh, tidak masuk akal.
misalnya, akan terbang ke bulan kalau bersama dengan burung yang sedang
digambarnya.
2. Gangguan Arus Pikiran
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam
berbagai jenis.
1). Perseverasi: berulang-ulang menceriterakan suatu ide, pikiran atau tema secara
berlebihan. Biasanya terdapat pada orang yang selalu menghubungkan peristiwa atau
hal apa saja dengan sesuatu yang melekat pada pikirannya, misalnya tentang
kekasihnya, anaknya, tugasnya, rencananya, penyakitnya atau dirinya sendiri.
2). Asosiasi longgar : menyatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya, misalnya : Saya di
pasar, pesawat jatuh. Kalimat yang satu dengan yang lain tidak ada hubungannya. Bila
ini terlalu berlebihan disebut inkoherensi atau gangguan bentuk bicara, satu kalimat pun
sukar ditangkap maksudnya. Misalnya: Saya di pasar, pesawat jatuh. Kalimat yang satu
dengan yang lain tidak ada hubungannya.
3). Kecepatan berbicara : penderita mengutarakan isi pikiran mungkin lambat sekali atau
sangat cepat.
4). Benturan (blocking) : Jalan pikiran penderita tiba-tiba berhenti ditengah sebuah kalimat.
Orangnya sendiri tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
5). Logorea : Penderita berbicara bertubi-tubi tanpa control, mungkin ada hubungannya
mungkin pula tidak.
6). Pikiran melayang : perubahan yang cepat dan mendadak dalam pembicaraan, suatu
gagasan belum selesai diceriterakan sudah disusul gagasan yang lain, suatu kalimat
disusul dengan kalimat yang lain yang tidak ada hubungannya.
7). Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, misalnya :
saya mau makan disebelah kanan seakan-akan berantakan.
8). Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya:
saya radiltu, semua partimum.

9). Trelevansi : isi pikiran atau jawaban atau ucapan tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau hal yang dibicarakan.
10). Main-main dengan kata-kata : membuat sajak secara tidak wajar. Penulis pernah
membaca sajak yang dibuat oleh penderita yang sedang dirawat di Rumah sakit Jiwa
sebagai berikut:
Wahai Koran pagi
Mengapa engkau ini
Tidak membawa berita
Tentang kasihku
Hingga hatiku sunyi.
11). Afasi : tidak atau sukar mengerti pembicaraan orang lain atau tidak/sukar berbicara;
sering kedua-duanya karena kerusakan otak.
3. Gangguan Isi Pikiran
Baik isi pikiran yang dapat diceriterakan maupun isi pikiran yang tak dapat diceriterakan.
Macam-macam gangguan isi pikiran yang diketahui adalah sebagai berikut :
1). Kegembiraan yang luar biasa. Isi pikiran tidak dapat diceriterakan. Sering terjadi pada
penderita narkotika atau penderita skizofrenia.
2). Fantasi : isi pikiran atau lamunan tentang sesuatu yang diinginkan tetapi tidak
terpenuhi. Penderita percaya akan kebenaran fantasinya, dalam jangka waktu tertentu
bertindak sesuai dengan fantasinya.
3). Fobi : ketakutan yang luar biasa, tidak beralasan tidak masuk akal pada suatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan, walau penderita menyadari bahwa hal itu tidak
masuk akal.
Fobi juga dapat mengakibatkan kompulsi, misalnya fobi kuman menyebabkan
kompulsi cuci tangan. Macam-macam fobi di antaranya adalah :
a). agrofobia : takut terhadap ruang yang luas.
b). akrofobia : takut terhadap tempat yang tinggi.
c). aglofobia : takut terhadap rasa sakit.
d). bakteriofobi : takut terhadap kuman-kuman.
e). astra fobi : takut terhadap badai, Guntur, kilat.
f). hematofobi : takut terhadap darah.
g). kankerofobia : takut terhadap penyakit kanker.
h). klaustrofobia : takut terhadap ruangan tertutup.
Contoh : seorang gadis ketika masa kecil berumur 4 tahun pernah terkunci sendiri di
kamar kecil dalam waktu yang relative lama, sehingga ia mengalami ketakutan yang
hebat. Sekarang ia berumur belasan tahun, ia menjadi panic dan cemas apabila harus
berada di kamar seorang diri (klaustrofobia).
i). monophobia : takut terhadap seorang diri.
j). niktofobia : takut terhadap keadaan gelap atau malam.
k). akholofobia : takut terhadap keadaan ramai / orang banyak.
l). patofobia : takut terhadap penyakit
m). pirofobia : takut terhadap api.
n). zoophobia : takut terhadap binatang-binatang tertentu.
o). thanatofobia : takut terhadap kematian.

Tergantung dari obyek yang dketahui masih banyak lagi macam-macam fobi.
Biasanya fobi berhubungan dengan pengalaman pahit yang langsung atau tidak
langsung, disadari atau tidak disadari. Dinamika fobi ialah bahwa penderita ingin
menghindar dari pengalaman pahit, melindungi diri ddari ancaman atau menarik
perhatian.
4). Obsesi : pikiran yang kukuh atau kuat, biarpun disadari bahwa hal itu tidak wajar atau
tidak mungkin, tetapi individu tidak dapat menghindarinya. Obsesi juga dapat
menyebabkan kompulsi membuka dan menutup lemari untuk mengecek apakah
barangnya masih ada.
5). Preokupasi : pikiran yang terpaku pada sesuatu hal saja yang disertai dengan nada
emosional yang kuat, misalnya tentang ujian, pekerjaan atau tugas, penyakit anaknya.
6). Pikiran tak memadai atau eksentrik : pikiran yang tidak cocok dengan banyak hal
terutama dalam hal pergaulan dan pekerjaan.
7). Pikiran bunuh diri : penderita mulai dari kadang-kadang saja memikirkan hal bunuh
diri, sampai terus menerus memikirkan cara bagaimana dapat membunuh dirinya.
8). Pikiran hubungan : pembicaraan atau tingkah laku orang lain, benda-benda atau suatu
kejadian selalu dihubungkan dengan dirinya, misalnya; orang sedang mengobrol
diartikan sedang membicarakan dirinya; seusai hujan gerimis dalam suasana yang
khusuk diartikan bahwa kekasihnya akan menjemputnya.
9). Rasa terasing : merasa dirinya sudah menjadi lain, ia sendiri heran siapakah dirinya
sebenarnya.
10). Pikiran isolasi social : orang ini menyendiri karena merasa ditolak, merasa tidak
disenangi orang.
11). Pikiran rendah diri : merendahkan, menyalahkan, menghinakan dirinya sendiri tentang
sesuatu hal yang pernah atau tidak perah dilakukannya.
12). Merasa dirugikan orang lain : orang ini mengira atau menyangka ada orang lain yang
telah merugikannya, mengambil keuntungan dari dirinya atau akan mencelakakannya.
13). Merasa dingin dalam bidang seksual : penderita ini bersikap acuh tak acuh atau
kehilangan gairah seksual. Ini dibedakan dari impoten atau frigiditas.
14). Rasa salah : Individu ini sering mengatakan bahwa ia telah bersalah.
15). Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram terhadap masa depan hidupnya.
16). Sering curiga : penderita sering mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain.
17). Waham : keyakinan seseorang tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Macam-macam waham :

4. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan adalah kemampuan menilai keadaan atau langkah yang dapat diambil,
alternative yang dipilih atau menarik kesimpulan yang wajar berdasarkan kenyataan dan
pengalaman. Bila kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyataan seperti yang dinali orang
normal, maka pertimbangan utuh atau normal.
Gangguan pertimbangan ada hubungannya dengan keadaan mental yang menghindari
kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan terganggu karena kesimpilan yang diambil tidak
cocok dengan kenyataan. Dalam pemilihan alternative mungkin juga sering keliru, bimbang
dan tidak puas dengan pilihannya.
Gangguan pertimbangan ini dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut :
1). Dalam hubungan keluarga. Penderita tidak insyaf bahwa tingkah lakunya mengganggu
keluarganya.
2). Dalam hubungan social. Penderita merasa bahwa dirinya dihalangi oleh orang lain atau
norma-norma social.
3). Dalam pekerjaan. Penderita mempunyai harapan yang tidak realistis terhadap
pekerjaannya.
4). Dalam rancangan masa depan. Penderita tidak mempunyai rancangan pun terhadap masa
depannya.
Sumber :
1. Dirjen Dikdasmen(1985), Psikopatologi: untuk SMPS, Jakarta.
2. Baihaqi,dkk (2005), Psikiatri : Konsep Dasar dan GangguanGangguan,Refika Aditama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai