Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Wb
Kelompok 4 :
Anita Fahrun Nisa
Arya Arbiansah
Danahry Rais Kahfi
Heru Setiawan
Nabila Surya Imaro
PPH KARYAWAN
PPh OP Karyawan
PPh Orang
Contoh penghitungan:
METODE PEMBUKUAN
Pembukuan
Pencatatan
2a)Jika Anda merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yangtidakmelakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, makatidakperlu menyelenggarakan pembukuan.
2b)Jika Anda merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, perhatikan penjelasanberikut ini:
2b1)Jika Anda merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang berdasarkan ketentuan Pasal 14 UU PPh diperbolehkanmenghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran bruto-nya dalam 1 tahunkurangdari
4,8 miliar rupiah, maka Andatidakwajib menyelenggarakan pembukuantetapi wajibmelakukan
pencatatan
2b2)Jika Anda merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran bruto-nya dalam 1 tahunlebihdari 4,8 miliar rupiah, maka
Andawajibmenyelenggarakan pembukuan
2b3)Jika Anda merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai ketentuantidak diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, meskipunperedaran bruto-nya
dalam 1 tahun kurang dari 4,8 miliar rupiah, maka Andawajibmenyelenggarakan pembukuan
Metode Pembukuan
Ciri kualitatif
1) dapat dipahami oleh fiskus
2) sensitivitas informasi, bukan materialitas
3) disajikan secara jujur, dengan itikad baik, substansi penghasilan dan beban
yang disajikan merupakan penghasilan dan beban yang diperbolehkan oleh
undang-undang
4) dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya
5) disampaikan tepat waktu
6) bersifat independen terhadap akuntansi komersial
Metode Pembukuan
Tujuan Pembukuan/Pencatatan
a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21;
b. pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan
penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23;
d. pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
e. pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25;
f.
pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5).
(2) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku
tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh
wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak
badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam
menghitung penghasilan kena pajak).
Koreksi Fiskal
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Beda tetap.
Yaitu penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi
komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak.
Contoh penghasilan : sumbangan, Penghasilan bunga deposito.
Contoh biaya : biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan.
b. Beda waktu
Yaitu penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi komersial, tetapi
tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak, biasanya karena perbedaan metode
pengakuan.
Contoh penghasilan : pendapatan laba selisih kurs
Contoh biaya : biaya penyusutan, biaya sewa
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
1.
2.
3.
4.
Biaya perjalanan
5.
6.
Premi asuransi
7.
8.
Biaya administrasi
9.
Contoh:
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00 (satu miliar
dua ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai
berikut :
2010 : laba fiskal
Rp200.000.000,00
(Rp300.000.000,00)
Rp N I H I L
Rp100.000.000,00
Rp800.000.000,00
(Rp1.200.000.000,00)
Rp 200.000.000,00 (+)
(Rp1.000.000.000,00)
(Rp 300.000.000,00)
(Rp1.000.000.000,00)
Rp N I H I L (+)
(Rp1.000.000.000,00)
Rp 100.000.000,00 (+)
(Rp 900.000.000,00)
Rp 800.000.000,00 (+)
(Rp 100.000.000,00)
pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen
b)
c)
d)
f)
g)
h)
Pajak Penghasilan;
j)
k)
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Pajak terutang
Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau
pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang
belum dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dianggap sebagai penghasilan
atau kerugian suaminya, kecuali penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1
(satu) pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut
tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
2.
b)
dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan; atau
c)
dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya
sendiri.
4.