Anda di halaman 1dari 5

Nama

NIM
Kelas

: Muhammad hasanain
: 04011381419180
: Gamma

Analisis masaah
1. d. Bagaimana tatalaksana pertama saat pasien datang kerumah sakit dengan sesak
nafas ?
Penanganan sesak napas pada dasarnya mencakup tatalaksana yang
tepat atas penyakit dasar yang melatar belakanginya serta komplikasinya.
Akan tetapi, apabila kondisi memburuk hingga mungkin terjadi gagal napas
akut, maka lebih baik perhatian ditujukan pada keadaan daruratnya dulu
sebelum dicari penyebab yang melatar belakanginya. Berikut
penatalaksanaannya :
Berikan O2 2-4 liter/ menit tergantung derajat sesaknya (secara intermiten).
Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung -> tetesan dapat lebih
cepat.
Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi -> usahakan yang
paling enak buat
pasien. Bila syok -> Posisi kepala jangan tinggi.
Cari penyebab -> tindakan selanjutnya tergantung penyebab.
1. Mengurangi kebutuhan ventilasi :
Mengurangi beban metabolik
Latihan fisik : Meningkatkan efisiensi eliminasi CO2
Terapi O2
Menurunkan respiratory drive
Terapi O2
Terapi farmakologi : opiat, anxiolitik/sedatives
2. Meningkatkan fungsi otot inspirasi :
Nutrisi
Latihan otot inspirasi
Mengurangi penggunaan steroid
Latihan pernapasan ( contoh : pursed-lip breathing )
Koreksi obesitas atau malnutrisi
Mengistirahatkan otot respirasi (contoh : ventilasi nasal, oksigen transtrakeal )
Medikasi ( contoh : theophyllin )
3. Perubahan persepsi sentral :
Edukasi
Pendekatan perilaku-kognitif
Terapi farmakologi : Opiates and sedatives
Intervensi psikologi ( contoh : psikoterapi ).
Perhatian :
Pada payah jantung -> jangan beri infus NaCl, dan tetesan harus pelan sekali
-> agar tidak makin memberatkan beban jantung.
Pada ( riwayat ) sakit dada -> jangan injeksi adrenalin -> fatal
Pada PPOM, jika diperlukan O2 -> aliran kecil : 1-2 liter/ menit -> dapat
terjadi Apneu

3. a. Bagaimana riwayat hipertensi mempengaruhi resiko ?


Seseorang dengan kedua orang tua pengidap tekanan darah tinggi akan
memiliki resiko terserang penyakit darah tinggi dua kali lebih besar daripada
mereka yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi atau hanya salah satu
yang memiliki sakit darah tinggi.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti-peneliti dari Universitas John
Hopkins yang melibatkan 1000 orang laki-laki selama kurang lebih 54 tahun.
Proses penelitian dimulai sejak awal masa remaja dan berlangsung hingga masa
hidup partisipan penelitian ini.
Bahkan setelah diperiksa dan disesuaikan dengan tingkat aktivitas,
frekuensi merokok, dan berat badan, hasil penelitian tetap menunjukkan bahwa
mereka yang memiliki salah satu atau kedua orang tua pengidap darah tinggi
lebih beresiko terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Hasil penelitian tersebut juga membongkar informasi bahwa kenaikan
resiko hipertensi terhadap pria dengan ibu pengidap tekanan darah tinggi adalah
50%. Sedangkan bagi mereka yang memiliki ayah dengan hipertensi, kenaikan
resikonya sebesar 80%.
Jika kedua orang tua memiliki riwayat darah tinggi, kenaikan resiko
terkena penyakit yang sama adalah sebesar 150%. Meski hasil penelitian ini
juga mendukung penelitian dengan topik yang mirip namun riwayat keluarga
adalah faktor resiko yang tidak bisa dikontrol.
Hal yang menarik lainnya adalah keterkaitan stres dan melonjaknya
tekanan darah. Anda pasti sering mendengar bahwa penderita hipertensi pantang
menerima stres sebab akan memperburuk tekanan darahnya dan berpengaruh
terhadap kesehatan jantung.
Namun ternyata, hipertensi dan depresi atau stres saling terkait hanya
pada orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Orang-orang yang tidak
memiliki orang tua dengan darah tinggi tidak menunjukkan keterkaitan antara
hipertensi dan depresi.
Seorang ahli dari Universitas North Carolina, Karen M. Grewen,
Ph.D, menjelaskan bahwa sumber penyebab adanya keterkaitan tersebut adalah
kombinasi antara gen, perilaku yang diajarkan, lingkungan, dan faktor sosial di
keluarga tersebut.
Hasil penelitian ini kemudian dipublikasikan di sebuah jurnal bernama
Psychomatic Medicine. Meskipun fakta menunjukkan bahwa memang benar ada
keterkaitan antara riwayat keluarga pengidap penyakit darah tinggi dengan
tingginya resiko keturunannya memiliki darah tinggi namun riwayat keluarga
adalah sesuatu yang tak bisa dikontrol.
Dan tak perlu panik jika mengetahui bahwa orang tua atau salah
satu keluarga besar mengidap hipertensi. Anda mungkin tidak bisa mengontrol
gen tetapi Anda bisa mengontrol aktivitas Anda untuk menjaga tekanan darah.
Cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari penyakit tekanan darah tinggi
adalah tidak merokok, berolahraga, dan menjaga berat badan.

Learning issue
CHF
1.

Definisi dan Klasifikasi

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk


memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Secara klinis keadaan pasien sesak napas disertai dengan
adanya bendungan vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema perifer.
Gagal jantung kongestif biasanya diawali lebih dulu oleh gagal jantung kiri
dan secara lambat diikuti gagal jantung kanan.
CHF menurut New York Heart Assosiation (NYHA) dibagi menjadi :
a.
Grade 1 : Penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala.
b.
Grade 2 : Sesak nafas saat aktivitas berat
c.
Grade 3 : Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
d.
Grade 4 : Sesak nafas saat sedang istirahat.
2.

Etiologi dan Faktor Resiko

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta
dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana
terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik
dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru.
3.

Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal


jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang
terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana
akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya
beban awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi
ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh
jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan
curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung
dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan
menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengan
berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring
efektif.
4.

Gambaran Klinis

Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah


dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak
mendapatkan jumlah darah yang cukup. Pembengkakan juga menyebabkan
berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek
pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan.
Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang
mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di
kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut.
Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru
(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya
sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan
memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita
tidak melakukan aktivitas.
5.

Pemeriksaan Diagnostik

a.
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
b.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
c.
Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
d. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.

HHD
Definisi
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan tekanan darah, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Pathofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan
payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit arterial
koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat
penambahan massa miokard.
Gambaran radiologis
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung membesar ke
kiri dan bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi. Aorta
ascenden dan descenden melebar dan berkelok ( pemanjangan aorta/elongasio
aorta).
Referensi
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood
Pressure: the JNC 7 report. JAMA. May 212003; 289(19):2560-72
Kurt, Eugene, et al. Harrisons: Principles of Internal Medicine. Singapore:
McGraw Hill.2000
Price, Sylvia A.Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Jakarta:ECG, 2005

Anda mungkin juga menyukai