Anda di halaman 1dari 7

NAMA : YAHDI PUTRA TAMA

KELAS :

X-2

M.PEL : AL-QURAN HADITS


A. FUNGSI AL-QURAN SEBAGAI :
1.

BAYAN AT-TAQRIR
Bayan at-taqrir disebut juga bayan at-takid dan bayan al-isbat. Yang dimaksud
dengan bayan ialah menetapkan dan meperkuat apa yang telah diterngkan dalam AlQuran. Fungsi Al-hadis dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-Quran.
Sebagai contoh adalah hadist yang diriwayatkan Muslim dari ibnu Umar, sebagai
berikut :
Artinya: Apabila kalian melihat ruyah bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat
(ruyah) itu maka berbukalah.
Hadis ini men-taqrir ayat Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185:
Artinya: maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaknya
ia berpuasa.

2.

BAYAN AT-TAFSIR
Yang dimaksud bayan at-tafsir memberikan perincian dan penafsiran terhadap
ayat-ayat Al-Quran yang masih mujmal, memberikan taqyid (persyaratan) terhadap
ayat-ayat Al-Quran yang masih mutlaq, dan memberikan taksis (penentuan khusus)
terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih umum. Contoh ayat-ayat Al-Quran yang masih
mujmal adalah perintah mngerjakan shalat, puasa, zakat, disyariatkan jual-beli,
pernikahan, qiyas, hudud, dan sebagainya. Ayat-ayat Al-Quran tentang masalah
tersebut masih bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya,
syarat-syarat, ataupun halangan-halangannya. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW
melalui hadisnya menafsirkan dan menjelaskan seperti disebutkan dalam hadis riwayat
Bukhari dan Muslim yang berbunyi:
Artinya: Salatlah sebagaiman engkau melihat salatku

Hadis ini menerangkan tata cara menjalankan salat, sebagaimana firman Allah
SWT. Dalam surah Al-Baqarah ayat 43:
Artinya: Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukulah beserta orang-orang
yang ruku .

3.

BAYAN AT-TASYRI
Yang dimaksud dengan bayan at tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau

ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Quran. Bayan ini disebut juga bayan zaid
ala Al-Kitab Al-Karim. Hadis Rasulullah SAW. dalam segala bentuknya (baik yang qauli,
fiil maupun taqriri) berusaha menunjukkan suatu kepastian hukum terhadap berbagai
persoalan yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Beliau berusaha menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh para sahabat atau yang tidak diketahuinya, dengan
memberikan bimbingan dan menjelaskan persoalannya.
Banyak hadis Rasulullah Saw. yang termasuk dalam kelompok ini, diantaranya
adalah hadis tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara
(antara istri dengan bibinya), hukum merajam pezina wanita yang masih perawan, dan
hukum tentang hak waris seorang anak.
Suatu contoh hadis tentang zakat fitrah sebagai berikut:
Artinya: Rasulullah SAW. telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat islam
pada bulan ramadan satu sukat (sha) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik
merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan. (QS An-Nisa :11)
Hadis yang termasuk bayan tasyri ini, wajib diamalkan sebagai mana halnya
dengan hadis-hadis lainnya. Ibnu Al-Qayyum berkata bahwa hadis-hadis Rasulullah
SAW yang berupa tambahan terhadap Al-Quran, harus ditaati dan tidak boleh menolak
atau mengingkarinya. Ini bukanlah sikap (Rasulullah SAW) mendahului Al-Quran,
melainkan semata-mata karena perintah-Nya.

B. KEDUDUKAN

DAN FUNGSI

HADITS

TERHADAP AL-QURAN

Al-Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah. Kitab al-Qur'an
adalah

sebagai

penyempurna

dari

kitab-kitab Allah

yang

pernah

diturunkan

sebelumnya. Dalam al-Qur'an terkandung petunjuk dan aturan berbagai aspek


kehidupan manusia. Ayat-ayat Makkiyyah misalnya banyak berbicara tentang persoalan
tauhid, keimanan, kisah para nabi dan rasul terdahulu, dan lain sebagainya. Sementara
ayat-ayat Madaniayah banyak menjelaskan tentang ibadah, muamalah, hudud, jihad,
dan lain sebagainya.
Secara umum kandungan al-Qur'an dapat dibagi kepada tiga hal pokok, yaitu
prinsip-prinsip akidah, seperti beriman kepada Allah Swt, rasul-rasulnya dan lain-lain,
prinsip-prinsip ibadah, seperti sholat, puasa dan lain-lain, prinsip-prinsip syariat, seperti
hukum perkawinan, kewarisan dan lain-lain. Namun meskipun demikian al-Qur'an tidak
bisa dipisahkan dengan hadits, karena syariat Islam tidak hanya al-Qur'an tapi al-Qur'an
dan hadits. Bahkan ada ulama yang menyatakan bahwa al-Qur'an dan hadits berada
dalam satu tingkatan dari sisi i'tibar dan hujjah dalam penetapan hukum syari'at. Di
sinilah pentingnya mengetahui fungsi dan kedudukan hadits terhadap al-Qur'an.
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa hubungan hadits dengan al-Qur`an ada tiga :
1.

Hadits sesuai dengan al-Qur`an dari berbagai segi, sehingga datang al-Qur`an

dan hadits

pada satu

hukum menunjukkan ada dan banyaknya dalil (semakin

menguatkan).
2.

Hadits

sebagai

penjelas

maksud

al-Qur`an

dan

penafsirnya.

3.

Hadits menentukan satu hukum wajib atau haran pada sesuatu yang al-Qur`an

diamkan.
As-Sunnah tidak akan keluar dari tiga kategori ini, sehingga As-Sunnah tidak akan
menentang al-Qur`an sama sekali. ('Ilam Muwaqi'in: 307, Maktabah Syamilah).
Syeikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani juga berpendapat bahwa
Rasulullah Saw befungsi untuk menjelaskan al-Qur'an. Beliau memandang bahwa
penjelasan yang tertera dalam ayat al-Qur'an mencakup dua jenis penjelasan ;

1.

Penjelasan lafadz dan susunannya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah:67,

diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh sayyidah 'Aisyah ra.


"Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu"
Hal ini diperkuat dengan hadits yang bersumber dari 'Aisyah ra, "Siapa yang
menceritakan kepada kalian bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu yang
diperintahkan untuk disampaikan maka telah berdusta besar terhadap Allah. Kemudian
beliau membaca
2.

ayat

tersebut."(HR.BukhoriMuslim).

Penjelasan pengertian lafadz atau kalimat atau ayat yang umat butuh

penjelasannya. Terbanyak terjadi pada ayat-ayat yang mujmalah (samar) atau umum
atau mutlaq, lalu datanglah hadits menjelaskan yang mujmal, mengkhususkan yang
umum dan mentaqyid yang muthlaq. Hal itu dijelaskan dengan perkataan, perbuatan
dan

persetujuan beliau.

Contoh firman Allah yang berbunyi ;

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan


kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka
itu

adalah

orang-orang

yang

mendapat

petunjuk."

(Al

An'am

82)

Para sahabat telah memahami firman Allah di atas sesuai keumumannya yang
mencakup seluruh kezholiman baik yang besar ataupun yang kecil. Oleh karena itu
mereka

bertanya

tentang

ayat

tersebut

dengan

menyatakan;

"Wahai Rasululloh! Siapakah diantara kami yang tidak mencampuri keimanannya


dengan kezholiman?Maka beliau menjawab: Bukan demikian, ia itu adalah syirik,
tidakkah

kalian

mendengar

perkataan

Luqman:

Sesungguhnya

syirik

adalah

kezholiman yang besar." (QS Luqman: 13).(HR Bukhori Muslim dan lainnya).
Masih banyak lagi contoh yang beliau kemukakan dalam tulisannya tersebut terkait
dengan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan dari sunnah Rasulullah Saw.

Syaikh 'Imad Sayyid Muhammad Ismail Asy Syarbini mengatakan bahwa hubungan
antara al-Qur'an dengan As-Sunnah adalah dalam hal penjelasan. Hal ini bias
disimpulkan kepada
1.

Menguatkan

tiga

hukum

hal

yang ditetapkan

al-Qur`an.

Contoh firman Allah Swt dalam surat Hud : 102.


"Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang
berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras."
Ayat ini diperkuat dengan hadits riwayat Abu Musa yang maknanya hampir sama.
Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Ta'ala akan menangguhkan siksaannya bagi orang yang berbuat
zhalim,

apabila

Allah

telah

menghukumnya

maka

dia

tidak

akan

pernah

melepaskannya. Kemudian Rasulullah Saw membaca ayat surat Huud :102


(H.R.Muslim)
2.

Menjelaskan maksud al-Qur'an, yaitu dengan cara merinci yang mujmal,

membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum dan menjelaskan yang musykil.
a.

Merinci yang mujmal

Contoh tentang kewajiban sholat dalam surat an-Nisa':103




"Maka dirikanlah shalat itu sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman."
Ayat ini hanya berisi tentang perintah sholat tapi tidak menjelaskan bagaimana
pelaksanaannya, jumlah rakaatnya, syarat dan rukun, serta sebagainya sampai ada
penjelasan terperinci dari Rasulullah Saw melalui sabdanya ;
"Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihataku sholat." (H.R Bukhori)
b.

Membatasi yang mutlak

Contoh seperti ayat yang berkenaan potong tangan dalam surat Al-Maidah : 38


"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya"
Ayat ini dibatasi oleh hadits bahwa yang dipotong hanya sampai pada
pergelangan tangan. Hadits ini bisa dilihat dalam kitab Sunan Al-Kubro Imam Baihaqi.
c.

Mengkhususkan yang umum.

Seperti ayat yang berkaitan tentang waris dalam surat An-Nisa' : 11

Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.Yaitu


:bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.
Ayat ini masih bersifat umum yang ditujukan kepada orang tua untuk mewariskan
harta kepada anak-anak mereka, tapi kemudian Rasulullah mengkhususkan bahwa
warisan hanya berlaku kepada sesama muslim, dan lain sebagainya.
d.

Menjelaskan lafadz yang musykil


Ada lafadz dalam Al-Qur'an yang tidak diketahui maknanya secara jelas kecuali

setelah mendengar keterangan dari Nabi Saw. Bahkan ini pernah terjadi pada 'Aisyah
ra terkait dengan kata

dalam

surat Al-Insyiqaq : 8. Dari 'Aisyah, Rasul Saw

bersabda: Tidak seorangpun yang dipaparkan hisabnya melainkan akan celaka,"


"Wahai Rasulullah bukankah Allah berfirman :


(Barangsiapa yang diberikan kitabnya sebelah kanan, maka ia akan mendapat hisab
yang mudah), Rasulullah bersabda: Yang dimaksud ayat itu adalah amal yang
diperlihatkan, dan tidaklah seseorang hisabnya diperdebatkan, melainkan ia akan
dihisab." (H.R Bukhori) .
3.

Menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh al-Qur`an. Karena dalam al-

Qur'an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk taat
secara mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah Saw, serta
mengancam orang yang menyelisinya.

Hukum yang merupakan produk hadits/sunnah yang tidak ditunjukan oleh alQur'an banyak sekali. Seperti larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak
ibu, haram memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas, dan
kain sutra bagi laki-laki dan lain sebagainya.Wallahu a'lam.
C. PENERAPAN FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QURAN
Fungsi hadist sebagai pengaya terhadap khasanah hukum islam. Peran hadist terhadap
Al-Qur'an ialah sebagai bayan , ta'kid , dan bayan tafsir, mengingat sangat besar fungsi
hadist maka umat islam dapat mengaplikasikan fungsinya dalam pengambilan hukum
selain dari Al-Qur'an.Berikut ini sebagai contoh penerapak fungsi hadist terhadap alQur'an :
1. Menafsirkan ayat-ayat yang bersifat global
Dalam Al-Qur'an masih terdapat ayat-ayat yang masih bersifat ijmal (global).
Diantaranya mengenai fiqih ibadah, contohnya tentang kewajiban sholat, puasa dan
zakat. Banyak keterangan tentang teknis pelaksanaan fiqih ibadah yang tersurat dalam
Al-Qur'an masih global. maka diperoleh sunber lain dari hadist sebagai perinci
(penjelas).

2. Mencari sumber hukum dari hadist yang tidak yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran
Adakalanya sumber suatu hukum tidak ada dalam Al-Qur'an, seseorang dapat
mencari sumber hukumnya dalam hadist. dalam hal ini Al-Qur'an sebagai konfirmasi
dan hadist sebagai perinci.
3. Mengkaji ayat-ayat tentang ibadah
perintah ibadah yang ada dalam Al-Qur'an masih banyak yang bersifat umum. Oleh
karena itu, coba terapkan fungsi hadist terhadap Al-quran sebagai Al-bayan at-tafsir,
kemudian temukanlah hadist yang sama dengan pembahasan dalam hadist.

Anda mungkin juga menyukai