Abnormal Uterine Bleeding
Abnormal Uterine Bleeding
interval normal/regular
: Perdarahan reguler dengan interval kurang dari 21
Oligomenorrhea
Amenorrhea
hari
: Interval perdarahan lebih dari 35 hari
: Tidak ada perdarahan uterus kurang lebih selama 3
Intermenstrual
bulan
: Perdarahan uterus diantara 2 siklus menstruasi
b. Epidemiologi
Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah
masalah baik medis maupun sosial. Selain itu, perdarahan uterus abnormal
adalah penyebab anemia defisiensi besi paling umum di negara maju dan
penyebab paling umum bagi penyakit kronis di negara berkembang.
Prevalensi perdarahan uterus abnormal dalam kelompok usia reproduksi
berkisar antara 9% sampai 30%. Perdarahan uterus abnormal adalah
diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan
sebagai evaluasi pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan
histologis dapat juga diindikasikan.
c. Etiopatogenesis
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim PALM
Klasifikasi PUA
PALM
COEIN
A. Polip
E. Coagulopathy
B. Adenomiosis
F. Ovulatory dysfunction
C. Leiomioma
G. Endometrial
H. Iatrogenik
I. Not yet classified
1) Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan
uterus, faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan berat
badan yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan
keluarganya. Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta
waktu mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal. Pada
perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat
kepatuhan dan obat-obat lain yang diperkirakan menggangu
koagulasi.5
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas
keadaan hemodinamik. Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis
servikalis dan tidak berhubungan dengan kehamilan. Pemeriksaan
IMT, tanda-tanda hiperandrogen, pembesaran kelenjar tiroid atau
manifestsi hipotiroid/hipertiroid, galaktorea, gangguan lapang pandang
(adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.
Awalnya, lokasi perdarahan uterus harus dikonfirmasi karena
perdarahan juga dapat berasal dari saluran reproduksi yang letaknya
lebih rendah, sistem pencernaan, atau saluran kemih. Hal ini lebih sulit
dilakukan jika tidak ada perdarahan aktif. Dalam situasi ini, urinalisis
atau evaluasi guaiac feses mungkin membantu pemeriksaan fisik.5
Tabel 1. Temuan Klinis yang Berhubungan dengan Perdarahan Uterus
Abnormal5
Temuan
Obesitas
Tanda dari Sindrom Ovarium
Polisiklik :
Jerawat
Hirsutisme
Obesitas
Akantosis nigrikans
Tanda-tanda hipotiroid :
Gondok
Peningkatan berat badan
Tanda-tanda hipertiroid:
Etiologi Perdarahan
Perdarahan anovulatori
Hiperplasia endometrium
Kanker endometrium
Perdarahan anovulatori
Hiperplasia endometrium
Kanker endometrium
Perdarahan anovulatori
Tidak terklasifikasi
Eksoftalmos
Penurunan berat badan
Memar, perdarahan gusi
Tanda-tanda hiperprolaktemia :
Galaktorhea
Hemianopsia bilateral
Septum vagina longitudinal
Servisitis
Tanda-tanda kehamilan :
Serviks yang kebiruan
Pelembutan isthmic
Uterus yang membesar
Masa endoserviks
Massa ektoserviks
Pembesaran uterus
Massa adneksa
Koagulopati
Perdarahan anovulatori
Pelepasan episodik dari mens yang
terperangkap
Endometritis
Aborsi
Kehamilan ektopik
Penyakit trofoblastik gestasional
Prolaps leiomioma atau sarkoma
uterus
Kanker serviks
Polip endoserviks
Ektropion
Kanker serviks
Kehamilan
Leiomioma
Adenomiosis
Hematometra
Kanker endometrium
Sarkoma uterus
Kehamilan ektopik
Kanker tuba fallopi
Hormone-producing
3) Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan. Teliti untuk
kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau
keganasan.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Tes -Human Chorionic Gonadotropin dan Hematologik
Abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat
menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Komplikasi
dari kehamilan dapat secara cepat dieksklusi dengan penentuan
kadar subunit beta human chorionic gonadotropin (-hCG) dari
urin atau serum.
Pada wanita dengan PUA, complete blood count dapat menilai
adanya anemia dan derajat kehilangan darah. Diperlukan juga
skrining untuk gangguan koagulasi jika sebab yang jelas tidak
dapat ditemukan. Yang termasuk adalah complete blood count
nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectar
cancer memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60%
dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun.
terhadap pengobatan)
Beberapa teknik pengambilan sample endometrium seperti
Ultrasonografi
Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan
anatomi uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari
miometrium, serviks, tuba, dan ovarium juga dapat dievaluasi.
Modalitas investigasi ini dapat membantu dalam diagnosis
polip endometrium, adenomiosis, leiomioma, anomali uterus,
danpenebalan
endometrium
yang
berhubungan
dengan
ketika
USG
transvaginal
atautidak
dapat
c) Histeroskopi
Evaluasi histeroskopi untuk perdarahan uterus abnormal adalah
pilihan yang menyediakan visualisasi langsung dari patologi
kavitas dan memfasilitasi biopsi langsung. Histeroskopi dapat
dilakukan dalam suasana praktek swasta dengan atau tanpa anestesi
ringan atau di ruang operasi dengan anestesi regional atau umum.
Risiko dari histeroskopi termasuk perforasi rahim, infeksi, luka
serviks, dan kelebihan cairan.
e. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-Bedah
Setelah keganasan dan patologi panggul yang signifikan telah
dikesampingkan, pengobatan medis harus dipertimbangkan sebagai
pilihan terapi lini pertama untuk perdarahan uterus abnormal. Target
pengobatan untuk kondisi medis yang mendasari yang dapat
mempengaruhi siklus menstruasi, seperti hipotiroidisme, harus dimulai
sebelum penambahan obat lainnya. Wanita yang ditemukan anemia
karena
perdarahan
uterus
abnormal
harus
segera
diberikan
suplementasi besi.
Perdarahan menstruasi yang berat dan teratur dapat diatasi dengan
pilihan pengobatan hormonal dan non-hormonal. Perawatan nonhormonal seperti obat antiinflamasi non-steroid dan antifibrinolitik
dikonsumsi selama menstruasi untuk mengurangi kehilangan darah,
dan pengobatan ini efektif terutama saat perdarahan menstruasi yang
berat ketika waktu perdarahan dapat diprediksi.
Perdarahan yang tidak teratur atau berkepanjangan paling efektif
diobati dengan pilihan terapi hormonal yang mengatur siklus
menstruasi, karena mengurangi kemungkinan perdarahan menstruasi
dan episode perdarahan berat. Progestin siklik, kontrasepsi hormonal
Hormonal
Antifibrinolitik
Kontrasepsi hormonal kombinasi
Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Progestin oral
Depot-medroxyprogesterone acetate
Danazol
GnRH-agonist
f. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta
faktor pasien.
Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal
adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
DAFTAR PUSTAKA
1. Munro, M.G., Critchley, H.O., Fraser, I.S. The FIGO system for
nomenclature and classification of causes of abnormal uterine
bleeding in the reproductive years: who needs them. American
Journal of Obstetric and Gynecology. 2012; p:259-65.
2. Cavazos, A.G., Mola, J.R. Abnormal Uterine Bleeding: New
Definitions and Contemporary Terminology. The Female Patient.
2012; 37:27-36.
3. Baziad, A., Hestiantoro, A., Wiweko, B. Panduan Tata Laksana
Perdarahan Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi
dan Fertilitas Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. 2011; 3-19
4. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Pelvic Mass. In:
Wiliams Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
2012; p:246-74