Anda di halaman 1dari 12

3.

DAMPAK PENETRASI GLOBALISASI PADA GAYA HIDUP MAHASISWA JIKA


DILIHAT DARI SEGI ETIKA AGAMA DAN BUDAYA
Para mahasiswa pada umumnya berusia sekitar 19-25 tahun. Mereka adalah orangorang muda. Mereka memang bukan anak-anak lagi, namun mereka juga belum cukup tua
untuk menjadi suami/istri atau ayah/ibu. Energi fisik mereka, pada umumnya, sedang
berada pada titik optimalnya. Namun, kondisi psikis mereka belum stabil, masih mudah
terguncang oleh berbagai hal. Sebagian dari mereka sudah memiliki cita-cita yang agak
jelas dan keinginan-keinginan tertentu di masa depan, namun mereka belum menentukan
cara-cara yang efektif untuk mencapai cita-cita dan mewujudkan keinginan-keinginan itu.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
mahasisw. Pengaruh globalisasi terhadap mahasiswa begitu kuat hal ini disebabkan oleh
keadaan psikis yang masih terguncang dan belum stabil. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak
muda sekarang.
Dampak dari penetrasi globalisasi terhadap mahasiswa ini dapat kita lihat baik dari
segi etika, segi agama maupun segi budaya.

A.

SEGI ETIKA
Kesadaran moral erat kaitannya dengan nilai-nilai dan keyakinan seseorang. Pada
prinsipnya semua manusia tahu akan hal yang baik dan buruk, inilah yang disebut etika.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi berdampak pada
perubahan pola pikir manusia khususnya pada mahasiswa.
Dalam kenyataannya etika perlahan-lahan mulai hilang seiring perkembangan
jaman dan pengaruh globalisasi yang menyebabkan budaya asing masuk dengan cepat ke
Indonesia. Dapat kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita, banyak sekali
persoalan yang melanggar etika, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran mahasiswa
akan pentingnya etika. Hal inilah yang menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang
melanggar moral.

Kita semua tahu bahwa pondasi untuk tegak berdirinya suatu negara adalah karena
generasi mudanya yakni para mahasiswa yang merupakan pemimpin bangsa Indonesia di
hari esok. Meskipun mahasiswa sibuk dengan berbagai aktivitas perkuliahannya di
kampus, tetapi masih banyak mahasiswa yang tidak mau ketinggalan oleh arus jaman
globalisasi, sedangkan di satu sisi mereka belum memiliki pegangan hidup yang kuat
sehingga mereka dihadapkan dengan beberapa permasalahan globalisasi yang berdampak
negative sehingga mengakibatkan pergeseran etika.
Dampak yang pertama adalah masalah gaya hidup style. Sebagai salah satu
permasalahannya, anak muda atau para mahasiswa pada zaman sekarang paling tidak
senang dengan yang namanya aturan. Mereka justru lebih senang dengan kegiatan-kegiatan
yang tak tentu arah,nongkrong di sana mojok di sini,siangnya berhura-hura malamnya
begadang, ngumpul bareng itulah sebutan mereka. Mereka tidak menyadari bahwa rutinitas
yang mereka lakukan dapat menimbulkan setumpuk efek negatif dalam kehidupa
mereka.Contohnya narkoba yang sebelumya mereka tidak kenal sekarang menjadi teman
sejati dalam hidup mereka,pergaulan bebas yang sebelumnya mereka takuti kini menjadi
hal yang paling mereka senangi.
Dilihat dari sikap, banyak mahasiswa yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi
menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang beberapa diantaranya mahasiswa yang
melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat
Permasalahan lain yang menyimpang dari etika pada era globalisasi diantaranya
adalah pelecehan sexual. Jika kita tinjau dan berbicara masalah sex, sebelumnya kita akan
lihat anggapan orang-orang cendrung mengarah pada hal-hal negatif. Ini tidak dapat
dipungkiri karena pada setiap pembahasan sex ujung-ujungnya adalah pelecehan sexsual.
Inilah yang banyak terjadi pada generasi muda sekarang, contohnya pergaulan bebas.
mereka tidak pernah takut akan dampak dari perbuatannya ,tidak pernah merasa bersalah
dengan apa yang sudah mereka lakukan yang sebenarnya sangat menyimpang dari norma
etika. Bagi para mahasiswa yang kehidupan rutinitasnya di kampus, gonta ganti pasangan
dengan teman sekampus adalah hal yang biasa,bahkan yang lebih ngerinya ada diantara
mereka yang suka sesama jenis,yang heboh dengan sebutan homo dan lesbi.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas


dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi mahasiswa internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh
manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs
porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Dari cara berpakaian banyak mahasiswa yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan
cara menutupi identitasnya. Tidak banyak mahasiswa yang mau melestarikan budaya
bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Selain berdampak negative, globalisasi memiliki dampak positive terhadap
perkembangan etika para mahasiswa. Adapun dampak positif dari perkembangan etika
pada era globalisasi diantaranya :
a.

Perubahan Tata Nilai dan Sikap


Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran
nilai dan sikap mahasiswa yang semua irasional menjadi rasional.

b.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi


Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mahasiswa menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

c.

Tingkat Kehidupan yang lebih Baik


Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi
yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi keterpurukan
mahasiswa dan meningkatkan taraf hidup mahasiswa.

B.

SEGI AGAMA

Selain menyebabkan pergeseran etika, globalisasi tampaknya juga mengubah


religiusitas para mahasiswa. Para pakar barat meyatakan secara terbuka bahwa tujuan dari
segala usaha mereka dalam bidang apapun bukan untuk membuat sains selaras dengan
agama. Di saat sains telah berkembang nilai agama selalu diabaikan dan dianggap tidak
penting. Mereka memisahkan urusan antara agama dan Negara, karena dianggap urusan
agama merupakan hal yang sakral. Hal ini disebut dengan sekularisasi, dengan adanya
sekularisasi inilah lambat laun nilai-nilai agama akan pudar.
Dampak penetrasi globalisasi dari segi agama, diantaranya :
1.

DAMPAK NEGATIF
v Krisis agama akibat adanya globalisasi
v Menurunnya budi luhur antar umat beragama di kalangan mahasiswa dikarnakan
banyaknya mahasiswa yang juga ikut ikutan budaya barat
v Kurangnya perkembangan potensi dan kreatifitas individu akibat tidak adanya
kemerdekaan dan kebebasan pemikiran di tengah umat beragama
v Sikap kritis yang total terhadap peradaban Barat didukung oleh kebebasan jiwa
dari dominasi ide-ide Barat
v Ada pergeseran identitas banyak dipengaruhi oleh siaran televisi, radio, media
massa, dan yang mengalami ledakan dahsyat dalam dasawarsa belakangan ini
yaitu internet.

2.

DAMPAK POSITIF
v Dapat mempermudah mahasiswa memperoleh informasi tentang pelajaran Agama
melalui media internet.
v Karna adanya internet mahasiswa mendapat informasi penting tentang pentingnya
menjalankan atau beribadah sehingga dapat memperkuat keimanan
v Dapat meningkatkan pengetahuan, sebab dalam ajaran agama sangat menjunjung
tinggi orang yang memilki ilmu yang banyak atau tinggi
v Karna adanya internet sebagai media jadi dapat mempermudah penyebaran agama
karna banyaknya pengajaran-pengajaran tentang agama yang bertebaran di
internet.

Selain mengubah hirarki nilai, globalisasi tampaknya juga mengubah religiusitas,


sekurang-kurangnya pada aspek-aspek tertentu darinya. Aspek-aspek tersebut, misalnya,
adalah aspek ungkapan, aspek rumusan, aspek perlambangan, dan aspek kelembagaan.
Globalisasi dapat mengubah aspek ungkapan dari religiusitas. Pada masa-masa
sebelum globalisasi, misalnya, ungkapan-ungkapan religiusitas cenderung bersifat lokal
dan agak seragam. Pada masa-masa sesudah globalisasi, ungkapan-ungkapan religiusitas
itu tampaknya cenderung bersifat internasional dan lebih beragam. Globalisasi juga dapat
mengubah aspek rumusan dari religiusitas. Rumusan-rumusan yang semula puitis
barangkali akan digeser oleh rumusan-rumusan yang lebih prosais, antara lain agar
rumusan-rumusan itu lebih mudah dipahami oleh umat ber-imandi zaman post-modern
ini.
Selanjutnya, globalisasi dapat mengubah aspek perlambangan dari religiusitas.
Sebelum globalisasi, kebanyakan lambang religiusitas diangkat dari kehidupan masyarakat
agraris. Sesudah globalisasi, lambang-lambang lama tersebut tampaknya akan digeser, atau
sekurang-kurangnya disaingi, oleh lambang-lambang baru, yang diangkat dari kehidupan
masyarakat industrial.
Akhirnya, globalisasi juga dapat mengubah aspek kelembagaan dari religiusitas.
Sebelum globalisasi, lembaga-lembaga religius diwarnai oleh struktur-struktur sosial yang
feodal dan birokratis. Sesudah globalisasi, lembaga-lembaga religius tersebut tampaknya
akan lebih diwarnai oleh struktur-struktur sosial yang egaliter dan pragmatis.

C.

SEGI BUDAYA
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan
sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang
sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman,
menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat
lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.

Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya
merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa.
Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai
dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat
khususnya para mahasiswa akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah
identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian
maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian,
tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.
Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan salah satunya karena adanya
krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan
menyangkut berbagai bidang kehidupan dan sangat mempengaruhi kehidupan mahasiswa..
Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem
kebudayaan masyarakat. Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini
mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan social. Masuknya budaya asing
ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan
negative
1.

Dampak Positif
Yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah
perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang
adil, maju, dan makmur. Hal tersebut diharapkan akan mewujudkan kehidupan

masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.


2. Dampak Negatif,

Budaya Makan
Makanan Amerika, contohnya McDonald dan Kentucky Fried Chicken yang
kini memiliki lebih dari 7.750 restoran di berbagai negara termasuk
Indonesia, dan mahasiswa pun kadang-kadang mengonsumsi produk tersebut
dengan tanpa sadar bahwa itu merupakan budaya konsumtif yang kurang
baik.

Budaya Berbusana
Terdapat berbagai jenis pakaian luar negeri yang masuk Indonesia, contohnya
Jean Levis, Esprit, dan Piere Cardin yang mana dapat ditemukan di mall-mall
seluruh dunia dan termasuk Indonesia. Kalau targetnya adalah mahasiswa,
maka contoh konkret yang bisa saya berikan disini adalah adanya mahasiswa
yang berpakaian terkesan kurang bahan, yang udel nya kemana-mana. Itu
merupakan pengaruh luar juga.

Budaya Musik dan Hiburan


Contohnya musik Jazz, rock, Disco, lalu tempat hiburan seperti Disneyland
yang ada di Amerika telah mengasai dunia. Kalau di Denpasar kini banyak
seperti club-club malam yang ada didekat pusat kota.

Bahasa
Bahasa Inggris kini telah menjadi bahasa internasional dan telah dipakai
hampir satu setengah milyar orang di dunia. Tapi seharusnya kita yang benarbenar asli dari Indonesia, sudah seharusnya melestarikan budaya daerah kita
masing-masing, bukannya budaya luar dalam sisi bahasa yang kita ikuti.

Budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang
menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional,
hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai sikap individualis, matrealistis dan
hedonisme.

Individualis : Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat


mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang

mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk social.


Matrialistis : Adalah sebuah faham dimana masyarakat memandang segalanya
dari segi materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta yang melimpah pasti
akan lebih dihargai oeleh masyarakat sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak
memiliki intelektual yang bagus. Sebaliknya, orang yang memiliki intelektual
tinggi tetapi tidak memiliki harta dan jabatan maka orang tersebut akan selalu
direndahkan. Orang yang merasa dirinya kaya maka berhak merendahkan dan
meremehkan orang yang miskin. Itulah yang sekarang terjadi dimasyarakat kita.

Konsumerisme

: adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang

atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian


barang-barang

hasil produksi secara

berlebihan

atau

tidak

sepantasnya

secara berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari


suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk
dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit
jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya. Di Indonesia
hamper semua orang mempunyai kendaraan bermotor, televisi, computer dan
sebagainya. Indonesia merupakan Negara pembeli motor Honda yang nomer satu
didunia. Mulai dari pejabat hingga masyarakat kalangan menengah pun
berbondong-bondong membeli dan menggunakan kendaraan bermotor untuk
menunjang aktifitasnya. Misalnya saja yang terlihat dikampus kita, mahasiswa
,pegawai , dosen sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor untuk ke
kampus. Bandingkan saja dengan Negara yang lebih maju dari pada Indonesia,
misalnya yang terjadi dinegara jepang. Semua kampus di Jepang penuh dengan
sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang
ke kampus. Bagaimana yang terjadi di kampus kita sungguh berbanding terbalik
dengan hal itu, Rektor selalu menggunakan mobil mewah begitu juga dengan
sebagian pegawai dan mahasisiwa. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi
pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di
Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat
Indonesia naik mobil dinas kedutaan yaitu mercy. Sungguh ironis, tapi itulah yang

terjadi di masyarakat kita.


Hedonisme : Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) adalah kesenangan
atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi.
Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan.
Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan
bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang
memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan
kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran
pada

umumnya

dari

seluruh

masyarakat. Adapun

hedonisme

menurut

Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan


kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya
mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan
sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan
sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan
hidupnya. Orang-orang lebih senang menghabiskan waktu di tempat-tempat
perbelanjaan dan tempat hiburan malam dari pada melakukan hal-hal yang lebih
bermanfaat. Pergaulan bebas, narkotika dan miras semakin digemari oleh generasi
muda saat ini.
Itulah beberapa sudut pandang yang harus kita perhatikan dalam bahayanya sebuah
produk globalisasi, karena akan mengakibatkan berubahnya sebuah identitas asli bangsa
yang secara lambat-laun menggrogoti sisi asli dari sebuah bangsa itu sendiri.

Kesimpulan:

Perkambangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada era globalisasi berdampak pada
perubahan pola pikir dan etika manusia. Dalam kenyataanya etika perlahan-lahan mulai hilang
seiring perkembangan jaman, coba kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita
banyak sekali persoalan yang melanggar etika, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran
manusia akan pentingnya etika. Hal inilah yang menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang
melanggar moral.
Selain mengubah hirarki nilai, globalisasi tampaknya juga mengubah religiusitas,
sekurang-kurangnya pada aspek-aspek tertentu darinya. Aspek-aspek tersebut, misalnya, adalah
aspek ungkapan, aspek rumusan, aspek perlambangan, dan aspek kelembagaan.
Pengaruh globalisasi disatu sisi menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan
bangsa Indonesia. Norma-norma yang tertanam didalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahanlahan mulai pudar. Berkembanganya teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di
dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai
baru tentang kesatuan dunia. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan
asing. Apabila timur dan barat bersatu,maka secara tidak langsung budaya yang terdapat didalam
kebudayaan timur secara perlahan akan luntur karena kebudayaan barat telah berorientasi pada
kemajuan

dan

kemudahan.

Sikap-sikap

yang

negative

akan

terus

berkembang

dimasyarakat,seperti individualis, matrialistis dan hedonis.


Saran:
Etika sangatlah penting kita terapkan dalam kehidupan kita agar kita bisa membedakan
mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk selain itu memberi batasan dalam pergaulan kita
dengan sesama agar bisa tercapai kehidupan yang aman dan tentram. Begitu pula dengan ajaran
agama yang dapat menuntun kita menuju jalan kebenaran dan kedamaian.
Kebudayaan kita sebagai bangsa Indonesia memiliki cirikhas dan makna yang begitu
mendalam,yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di seluruh penjuru dunia. Oleh sebab itu, sebagai
generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara segala macam
yang terdapat didalam kebudayaan kita yang luhur, serta menjadikan kebudayaan sebagai jati diri
kita.
Globalisasi sebaiknya diterima sebagai sebuah kenyataan, yang perlu dihadapi dengan
sikap kritis, optimis, dan konstruktif. Globalisasi perlu dihadapi dengan sikap kritis, sebab proses

sejagad itu menjanjikan hasil-hasil positif dan sekaligus memungkinkan akibat-akibat negatif
bagi seluruh masyarakat. Globalisasi perlu dihadapi dengan sikap optimis, sebab globalisasi
bukanlah sebuah proses yang berjalan liar tanpa kendali, melainkan sebuah kenyataan yang telah
diciptakan dan akan dikendalikan oleh masyarakat sendiri. Akhirnya, globalisasi perlu dihadapi
dengan sikap konstruktif, sebab kita memiliki hak dan kewajiban untuk ikut mengendalikan
arahnya, bukan sebagai outsiders melainkan sebagai agents dan insiders.
Sikap kritis, optimis, dan konstruktif terhadap globalisasi itu sebaiknya juga ada dalam
diri para mahasiswa, yang akan menjadi orang-orang terpelajar di dalam masyarakat masa
depan.

Daftar Pustaka
Har Tilaar. 1997. Pengembangan SDM dalam Era Globalisasi. Jakarta: Grasindo
http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-ketahananbudaya-bangsa-2/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensikebudayaan-daerah/
http://kushiminaru.heck.in/dampak-globalisasi-dalam-bidang-agama-pk.xhtml
Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan
Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.

Anda mungkin juga menyukai