Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertiroidisme & Hipotiroidisme ini
dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis guna memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Endokrin II pada semester V.
Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi
Penulis
Daftar Isi
Halaman judul.............................................................................................................i
Kata pengantar............................................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1.........................................................................................................................Latar
belakang masalah...........................................................................................1
1.2.........................................................................................................................Masala
h .....................................................................................................................2
1.3.........................................................................................................................Tujuan
........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1.Definisi Hipertiroidisme Hipotiroidisme.......................................................3
2.2.Klasifikasi......................................................................................................4
2.2.1.Klasifikasi Hipertiroidisme.........................................................................4
2.2.2.Klasifikasi Hipotiroidisme..........................................................................4
2.3.Etiologi...........................................................................................................5
2.3.1.Etiologi Hipertiroidisme.............................................................................5
2.3.2.Etiologi Hipotiroidisme..............................................................................5
2.4.Manifestasi Klinis..........................................................................................6
2.4.1.Manifestasi Klinis Hipertiroidisme.............................................................6
2.4.2.Manifestasi Klinis Hipotiroidisme..............................................................6
2.5.Patofisiologi Hipertiroidisme Hipotiroidisme................................................7
2.6.Komplikasi.....................................................................................................10
2.7.Pemeriksaan Penunjang.................................................................................10
2.8.Penatalaksanaan.............................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................15
3.1.Pengkajian Keperawatan................................................................................15
3.1.1Pengkajian Keperawatan Hipertiroidisme...................................................15
3.1.2.Pengkajian Keperawatan Hipotiroidisme...................................................16
3.2.Diagnosa Keperawatan..................................................................................17
3.3.Intervensi Keperawatan.................................................................................17
3.3.1.Intervensi Keperawatan Hipertiroidisme....................................................17
3.3.2.Intervensi Keperawatan Hipotiroidisme.....................................................19
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................22
4.1.Kesimpulan....................................................................................................22
4.2.Saran..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon
ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di
perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid
dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi
dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai
umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas
tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam
terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah
polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui pengaruhnya
terhadap tulang.
Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses
tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme
berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah termoregulasi,
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b.Hipotiroidisme
Hipotiroidisme ialah sekresi tiroid yang tidak adekuat selama perkembangan janin dan
neonatus yang nantinya akan menghambat pertumbuhan fisik dan mental (kretinisme),
karena penekanan aktivitas metabolic tubuh secara umum.Pada orang dewasa
hipotiroidisme memiliki gambaran klinik berupa letargi,proses berfikir yang lambat dan
perlambatan fungsi yang menyeluruhKeadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh tanda-tanda kegagalan tiroid.
2.2 Klasifikasi
2.2.1. Klasifikasi Hipertiroidisme
a. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid terus menerus.Graves disease lebih banyak ditemukan pada
wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 40
tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem
kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
b. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai
dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring
dengan bertambahnya usia.
c.
Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya
gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi
selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
1. Bawaan (kretinisme)
a. Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
b. Kelainan hormogonesis
~ Kelainan bawaan enzim (inborn error)
~ Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
~ Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
2. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar
yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a. Idiopatik (autoimunisasi)
b. Tiroidektomi
c. Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
d. Pemakaian obat anti-tiroid
e. Kelainan hipofisis.
f. Defisiensi spesifik TSH
2.4 Manifestasi Klinis
2.4.1. Manifestasi Klinis Hipertiroidisme
Manifestasi klinis pada hipertiroidisme meliputi Gelisah (peka rangsang berlebihan
dengan emosional), mudah marah, ketakutan, tidak dapat duduk dengan tenang, menderita
karena palpitasi, nadi cepat dalam istirahat dan latihan, Toleransi terhadap panas buruk dan
banyak berkeringat, kulit kemerahan dan mudah menjadi lunak,hangat dan lembab, Pasien
lansia mungkin mengeluhkan kulit kering gatal-gatal menyebar, Mungkin teramati tremor
halus tangan, Mungkin menunjukkan eksoftalmus.Gejala lain mencangkup peningkatan
nafsu makan dan masukan diet, penurunan berat badan progresif,otot secara abnormal
mudah letih, kelemahan,amenore, dan perubahan fungsi usus (diare), Kisaran nadi antara 90
dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan diastolic) meningkat. Mungkin terjadi
fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung kongestif, terutama
pada pasien lansia,Osteoporosis dan fraktur. Penyekit dapat ringan dengan eksaserbasi dan
remisi, berakhir dengan pemulihan spontan dalam beberapa bulan atau tahun.Mungkin
berkembang perilaku tidak mempunyai belas kasihan kelompok menyebabkan tubuh kurus,
sangat gelisah, delirium,disorientasi, akhirnya gagal jantung. Gelisah dapat disebabkan
oleh pemberian hormone tiroid yang berlebihan untuk mengobati hipertiroidisme
2.4.2. Manifestasi Klinik Hipotiroidisme
Gejala dini hipotiroid tidak spesifik, namun terdapat tanda-tanda dan gejala yang
meliputi: kelelahan yang ekstrim, kerontokan rambut, kuku rapuh, kulit kering,parestasia
pada jari-jari tangan,suara kasar atau parau, dan gangguan haid (menoragia atau menorrhea)
disamping hilangnya libido.
Pada hipotiroid berat mengakibatkan: suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal,
kenaikan berat badan, kulit menjadi tebal, rambut menipis dan rontok, wajah tampak tanpa
ekspresi dan mirip topeng, rasa dingin meski lingkungan hangat, apatis, konstipasi,
kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, fungsi ventrikel
kiri jelek. Pada hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan dimensia disertai perubahan
kognitif dan kepribadian yang khas.Respirasi dan apnea dapat terjadi.Serta efusi pleura dan
efusi pericardial.Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling
ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri.
2.5.Patofisiologi Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa
kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang
mendasarinya.
- Pascaradiasi.
Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari
40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus
toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi
eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun
tergantung juga dari dosis radiasi.
- Tiroiditis autoimun.
Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid,
yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan
yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium,
hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres
mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala
klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak
permanen.
-
Tiroiditis Subakut.
(De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus.
Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis
(bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
-
Dishormogenesis.
Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis.
Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat
ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia
lanjut.
- Karsinoma.
Kerusakan
tiroid
karena
karsinoma
primer
atau
sekunder,
amat
jarang.
2.6. Komplikasi
a. Hipertiroid
Terjadi krisis tirotoksik (tyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan
HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Hipertiroid
yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
b. Hipotiroid
1. Meningkatkan kolesterol
2. Iskemia / infark miokard
2.7. Pemeriksaan Penunjang
10
a. Hipertiroidisme
T4 Serum
Ditemukan peningkatan T4 serum pada hipertiroid.T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5
mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan tanda yang akurat untuk
menunjukkan adanya hipertiroid.
T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya meningkat.Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15
hingga 3,10 nmol/L).
Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih besar dari 35% (meningkat).Normal ambilan t3
ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35).
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum
Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.Pada
hipertiroidisme akan ditemukan penurunan kadar TRH serum.
Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay.Kadar tiroslobulin
meningkat pada hipertiroid.
b. Hipotiroidisme
T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan
kadar T4 serum normal sampai rendah.Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl
(58,5 hinnga 150 nmol/L)
T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan normal-rendah.Normal kadar T3 serum
adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25% (0,25)
11
Mungkin digunakan untuk mengontrol efek saraf simpatis yang terjadi pada
hipertiroidisme.
2.
2.
I merupakan kontraindikasi dalam kehamilan dan ibu menyusui karena radio iodine
menembus plasenta dan sekresikan ke dalam ASI.
b. Hipotiroid
Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroidisme ialah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang
hilang.Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian
hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum pasien.Preparat tiroid yang
dikeringkan jarang digunakan karena sering menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi
T3 dan kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme. Hal-hal yang bisa dilakukan
pada pasien dengan hipotiroid antara lain: pemeliharaan fungsi vital, gas darah arteri,
pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air, infus larutan
glukosa pekat, terapi kortikosteroid.
Adapun penatalaksanaan nonfarmakologis hipotiroid adalah sebagai berikut :
1. Diet
Makanan yang seimbang dianjurkan, antara lain memberi cukup yodium dalam setiap
makanan. Tetapi selama ini ternyata cara kita mengelola yodium masih cenderung salah.
Yodium mudah rusak pada suhu tingggi. Padahal kita selama ini memasak makanan pada
suhu yang panas saat menambah garam yang mengandung yodium, sehingga yodium yang
kita masak sudah tidak berfungsi lagi karena rusak oleh panas. Untuk itu, sebaiknya kita
menambahkan garam pada saat makanan sudah panas dan cukup dingin sehingga tidak
merusak kandungan yodium yang ada pada garam.
Defisiensi terjadi apabila suplai iodium kurang dari 50 mcg/d
13
Selain itu, makan-makanan yang tidak mengandung pengawet juga diperlukan. Asupan
kalori disesuaikan apabila BB perlu di kurangi. Apabila pasien mengalami letargi dan defisit
perawatan diri, perawat perlu memantau asupan makanan dan cairan.
2.Aktivitas
Kelelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktivitas hidup sehari-hari
dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi sangat
lelah. Kegiatan ditingkatkan secara bertahap.
3.Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandung
goitrogenik glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu,
jagung, lobak, kangkung, dan kubis.
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Tanda
: atropi otot
b. Sirkulasi
Gejala
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah,
takikardia, sirkulasi kolaps, syok.
c. Eliminasi
Gejala
d. Intregitas Ego
Gejala
Tanda
e. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
kehausan, mual, dan muntah
Tanda
f. Pernapasan
Tanda
g. Seksualitas
Tanda : penurunan libido,hipomenorea,amenore, dan impotent
15
16
keadaan
hipermetabolisme,
peningkatan
beban
kerja
jantung.
keadaan
hipermetabolisme,
peningkatan
beban
kerja
jantung
Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria : 1) Nadi perifer dapat teraba normal. 2) Vital sign dalam batas
normal. 3) Pengisian kapiler normal 4) Status mental baik 5) Tidak ada disritmia
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi
R/Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang
berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
R/Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia
17
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
R/ S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada
keadaan hipermetabolik
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi
R/Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung
e. Catat masukan dan haluaran
R/Kehilangan cairan yang terlalu
banyak
dapat
menimbulkan
dehidrasi
berat
Pantau
:
tanda
vital
dan
catat
nadi
baik
istirahat
maupun
saat
aktivitas.
R/Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
R/Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif,
dan imsomnia
c.Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
R/Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
R/Meningkatkan relaksasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria : Nafsu makan baik,
Berat badan normal, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a.
Catat
adanya
anoreksia,
mual
dan
muntah
timbang
berat
badan
setiap
hari
R/Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan
indikasi
kegagalan
terhadap
terapi
antitiroid
c. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
R/Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
18
adekuat
4.
dan
Ansietas
mengidentifikasi
berhubungan
makanan
dengan
faktor
pengganti
fisiologis;
yang
status
sesuai
hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan
kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi
a.Observasi
R/Ansietas
tingkah
ringan
dapat
:
laku
yang
ditunjukkan
menunjukkan
dengan
peka
tingkat
rangsang
dan
ansietas
imsomnis
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Hipertiroidisme ialah sekresi hormone tiroid yang berlebihan, dimanifestasikan
melalui peningkatan metabolisme. Hipotiroidisme ialah sekresi tiroid yang tidak adekuat
selama perkembangan janin dan neonatus yang nantinya akan menghambat pertumbuhan
fisik dan mental (kretinisme), karena penekanan aktivitas metabolic tubuh secara
umum.Pada orang dewasa hipotiroidisme memiliki gambaran klinik berupa letargi,proses
berfikir yang lambat dan perlambatan fungsi yang menyeluruh.
21
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit
tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang
berlebihan. Pada hipotiroid berat mengakibatkan: suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal,
kenaikan berat badan, kulit menjadi tebal, rambut menipis dan rontok, wajah tampak tanpa
ekspresi dan mirip topeng, rasa dingin meski lingkungan hangat, apatis, konstipasi,
kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, fungsi ventrikel
kiri jelek. Pada hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan dimensia disertai perubahan
kognitif dan kepribadian yang khas.Respirasi dan apnea dapat terjadi.Serta efusi pleura dan
efusi pericardial.Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling
ekstrim dan berat, dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri.
4.2.
Saran
Sebagai Mahasiswa S1 Keperawatan yang di cetak menjadi perawat professional
harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Peran perawat dalam
penanganan hipertiroidisme dan hipotiroidisme dan mencegah terjadinya hipertiroidisme
dan hipotiroidisme adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
DAFTAR PUSTAKA
-
22