3
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
Wiguno Prodjosudjadi
Perkembangan ilmu penyakit dalam tidak terlepas
dari pengaruh perubahan yang terjadi di berbagai negara,
maju. Seperempat akhir abad ke-20, kesemrawutan
dan disfungsi pelayanan kedokteran yang terjadi di
Amerika berdampak menurunnya keinginan mengikuti
pendicikan ilmu penyakit dalam, Pada periode yang sama
perkembangan spesialisasi pendukung misalnya anestesi
radiologi dan patologi serta kecenderungan pendidikan
sub-spesialisasi semakin meningkat. Perkembangan
tersebut akan berpengaruh pada pelayanan, pendidikan,
dan penelitian imu penyakit dalam.
Disfungsi pelayanan dapat dilihat sebagai tantengan
dan pemacu untuk mengadakan inovasi ilmu penyakit
dalam. Diskusi masa depan ilmu penyakit dalam
mempunyai renleny waktu yang relatit pendek hanya
dalam beberapa tahun. Perubahan jangka panjang yang
terkait dengan demografi, teknologi dan lingkungan
sosial ikut menentukan perkembangan dan pelayanan
kedokteran.
Berbagai hal yang terkait dengan masa depan ilmu
penyakit dalam mulai dipertanyakan. Praktisiilmu penyakit
dalam sepakat untuk memberikan pelayanan dengan,
kualitas tinggi dalam hubungannye dengan pasien.
Masalah yang membuat ketidakpuasan dokter dan pasien
merupakan beban yang tidak pemnah ada akhimya.
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM
Di Amerika, Society of General Internal Medicine (SIGM)
bertanggung jawab memperbaiki pelayanan, pendidikan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. Perbaikan pelayanan
dilekuken dengan mempertegas ranah dan mengubah
paradigma ilmu penyakit dalam, Perubahan paradigma
ditujukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
pelayanan. Keadaan ini sejalan dengan pesan Francis
Peabody bahwa "The secret of the care of the patient is in
caring for the patient’. Dengan memperbeiki pelayanan
akan dapat mengarahkan perkembangan ilmu penyakit,
dalam dan menuntun upaya terbaik untuk Kepentingan,
pasien dan masyarakat
Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam, sub-
spesialisasi, tantangan kedokteran yang berkelanjutan
dan pelayanan pasien berpengaruh paca perkembangan
ilmu penyakit dalam dan spesialis penyakit dalam. Kualitas
pelayanan spesialis penyakit dalam juga mencerminkan
tingkat perkembangan ilmu penyakit dalam.
Pendidikan Spesialisasi Penyakit Dalam
Pendidikan spesialisasi penyakit dalam menghasilkan
dokter spesialis penyakit dalam atau internis yang
‘mempunyai kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
orang dewasa (doctors for adults). Membedakan intemis,
dengan spesialis lain dapat dilihat dari nilai inti (core
value) yang dikuasainya. Nilai inti terdiri atas kompetensi
untuk mendapatkan dan membagi pengetahuan
(acquiring and sharing knowledge), serta keperimpinan,
dan profesionalisme. Nilai inti merupakan kekuatan dari,
ilmu penyakit dalam yang diuraikan dalam berbagei
kompetensi.
Perubahan waktu ravwat inap, peningkatan pelayanan
unit intensif, pelayanan diagnostik di luar rumah sakit
dan pergeseran populesi pasien akan memengaruhi
pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam. Keterlibatan
residen penyakit dalam pada kegiatan diagnostik dan
pengobatan akan berkurang dengan pemendekan
‘waktu rawat inap akibat pembatasan pihak asuransi atau
pihak ketiga sebagai pembayer. Keadaan ini juga dapateee
abel 1. Nilai-nilal Utama Dalam timu Penyakit Dalam Umum
Nilai-nilai utama
Keahlian tinggi dalam
‘merawat pasien dewosa*
Mencari dan membagi
pengetahuan
Nilai Utama Terkait dan Kompetensi
Menyediakan perawaten longitudinal, komprehensif dan
berpusat pada pasien
‘Mengobati penyokit kompleks dan kronik
‘Melakukan koordinasi perawatan dalam system kesehatan
Berkomitmen terhadap hasil yang berkualitas
Berkomitmen untuk melakukan perawaton preventif
Keahlian tinggi dalam kedokteran geriatri
Praktek pencegahan penyakit yang berbasis bukti dan
‘melakukan promosi kesehatan
Menggunakan keahiian komunikasi yang baik
Membina hubungan dokter-pasien yang bersifat personal
dan berkelanjutan
Kepekaan dan kompetensi budaya
Pengetahuan yang luas dan dalam
FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM
Mempraktekkon kedokteran
(pengetahuan) berbasis bukti
Tantangan intelektual
‘Manajemen informasi
Edukosi
‘Komitmen terhadap pembelajaran
sepanjang hidup
Memberikan edukasi kepada
pasien, kaum professional tain
ddan anak magang (trainee).
kemampuon adaptasi
Pengetahuan baru, penyakit baru,
pengobatan, teknologi. teknologi
informasi, keragaman budaya
Kepemimpinan ‘Memahami konteks
dan komunikasi
Komitmen terhadap kualitas, perbaikan kualitas dan
kebaikan untuk masyarakat
Altruisme
‘Akuntabiltas
Aksesbiltas
Profesionalisme
Komitmen terhadap kesempurnaan
Tugas dan layanan
Kemuliaan dan Integritas
Menghargai orang lain
Kesetaraan
ss4urut yang dicetak miring menandakan nilai utama dan kompetensl yang secara khusus membedekan imu penyakit dalam umum
menghalangi kesempatan peserta didik untuk mengenal
pasien, kebiasaan dan keluarganya dengan lebih baik
Pergeseran populasi pasien usia lanjut mengubah
sarana pendidikan. Residen penyakit dalam akan lebih
sering mengelola kasus geriatri disertai penyakit kronis,
‘melibatkan mult organ dan kondisi kecacatan. Pengetahuian
patofisiologi dan perubahan siklus kehidupan dewasa
harus dikuasai di samping keterampilan pengelolaan
pasien. Penyebaran human immunodeficiency virus (HIV)
yang mulai marak juga berpengaruh pada komposisi
pasien sebagai sarana pendidikan. Pengetahuan infeksi
HIV serta keterampilan diagnostik dan pengobatan
merupakan kompetensi yang diperlukan
Ilmu penyakit dalam yang luas dan mendalam
dibutuhkan bagi internis umum yang akan melakukan
pelayanan primer. Keterampilan dasar sub-spesiallsilnu
penyakit dalam dan keterampilan umum lainnya perlu
juga untuk dikuasai. Internis umum diharapkan dapat
‘memberikan pelayanan bernilai tinggi, menyeluruh,
Jjangke panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang
kompleks. Keterampilan melakukan pelayanan rawat jalan
dan rawat inap kedua-duanya harus dikuasai selama dalam
pendidikan,
Pencapaian ilmu penyakit dalam secara luas dan
mendalam sult ilaksanakan apalagi bersifat penguasaan
(mastery). Penguasaan satu bidang ilmu dengan mendalam
dapat dicapai sebagai tambahan untuk kepentingan
pelayanan. Lathan pengelolaan praktik dan kepemimpinan
kurang didapat selama pendicikan sehingga keterampilan
berkembang tidak sesuai harapan. Pelayanan berorientasi
komunitas (community-oriented) dan berdasar rumah
sakit (hospital-based) juga berpengaruh pada pendidikan
spesialisasiilmu penyakit dalam. Keberhasilan pendidikan
spesialisasi ilmu penyakit dalam bergantung pada
penguasaan keterampilan rawat jalan. Untuk mendapatkan
pengalaman yang nyata dan luas diperlukan latinan di
berbagai rumah sakit. Perawatan di rumah sakit akan
‘memberikan kesempatan residen penyakit dalam terpajan
dengan kemajuan teknologi, sumber pengelolaan dan
pengalaman konsultasi medik.
‘Sub-spesialisasi Penyakit Dalam
Persepsi dan sikap masyarakat serta pandangan profes! ikut
menentukan perkembangan ilmu pengetahuan. Keahlian
satu area bidang kedokteran secara mendalam, misalnya
hematologi atau onkologi-medik mendapat perhatian
dan pengakuan lebih dibanding keahlian yang bersifat
umum, Keadaan ini dapat merupakan pemicu muncul dan
berkembangnya pendidikan sub-spesialiasiilmu penyakit
dalam, Sub-spesialisasi ilmy penyakit dalam Indonesia
mulai berkembang tahun 1970-an, diawali pendidikan
hematologi pada 1963. Kurikulum sub-spesialisasi imu(MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN SPESIALIS PENYAKIT DALAM 9
penyakit dalam disusun oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) pada tahun 2002 dan
direvisi 2005. Sub-spesialisasi di lingkungan Kolegium
Iimu Penyakit Dalam (KIPD) meliputi alergi-imunologi,
gastro-enterologi, geriatri, ginjal-hipertensi, hepatoluyi,
hematologi-onkologi medik, kardiovaskuler, metabolik-
endokrin, psikosomatik, pulmunclogi, rematologi dan
tropik-infeksi
Munculnya spesialisasi dan sub-spesialisasi didorong
oleh perkembangan ilmu atau dari berbagal penemuan
dan penelitian biomedik. Pandangan praktik Klinik yang
menggantungkan pada keahlian sub-spesialistikjuga akan
berpengaruih. Kapasitas internis umum dalam pengelolaan
penyakit serius dan kompleks yang berkurang akibat
pengetahuan dasar Klinik yang semakin berkembang. juga
berpengaruh pada perkembangan sub-spesialisasi
‘Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam menyebabkan
kecenderungan fragmentasi pelayanan dan difusi
tanggung jawab pasien. Penggunaan alat dan teknologi
canggih pada diagnosis dan pengobatan membuat
pelayanan mahal, sulit terjangkau bagi yang kurang
beruntung, membosankan dan kurang manusiawi.
Ketergantungan kemajuan teknologi akan mendorong
{erjadinya rujukan tambahan ke sub-spesialis lain sehingga
biaya semakin melonjak. Hubungan dokter pasien menjadi
renggang dan keterampilan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemikiran analtis secara bertahap makin terasa tidak
akurat, tidak efisien dan menyita banyak waktu
Kebutuhan pelayanan bergeser ke populasi usia lanjut
dengan penyakit kronik, yang melibatkan multi organ
atau kombinasi berbagai penyakit. Untuk melakukan
pendekatan menyeluruh, dibuutuhkan pengetahuan dan
keterampilan yang luas dan mendalam, tidak terbatas
pada sub-spesialisasi tertentu, Internis umum telalt
dididik dan dilatih keterampilan dasar sub-spesialisasi dan
‘terbiasa menghadapi pasien dengan masalah kompleks.
Pelayanan intemis sub-spesialis faktanya belum terbukti
secara meyakinkan selalu menghasilkan luaran lebih
dibanding pelayanan internis umum.
Peran dan tanggung jawab internis umum pada
eelayenan dipertanyakan di era perkembangan sub-
spesialis. Internis umum diharapken berperan sebagai
ssengelola sumber daya yana terbiasa dengan epidemiclogi
Sonik dan membuat keputusan serta evaluasi dan
‘Sengelolzan yang bijaksana. Sebagai pengelola informasi
kevik, Internis diharapkan dapat memanfaatkan data
Seccronik dan berkomunikasi dengan teknik modern,
> sisi ain, internis sub-spesialis diperlukan untuk
‘Sembexikan nasehat formal dan informal, Konsultasi medik
=== menerima pelimpahan tanggung jawab perawatan
2s oelayanan. Selain sebagai prektsi klinis, nternis sub-
sSesiis Giharapkan berperan sebagai ilmuwan kedokteran
See dieu peneliti untuk mengembangkan ilu
Tantangan Berkelanjutan
Pengobatan pasien keadaan terminal, penghentian
resusitasi, transplantasi organ, terapi gen, penelitian
sel punca (stem cells), perkembangan human genome
den teknologi cloning masin merupakan masalah yang
belum terselesaikan, Masalah tersebut akan merupakan
tantangan berkelanjutan dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu penyakit dalam.
Internis umum memiliki kisaran pelayanan yang luas
pada populasi dewasa dan beberapa isu belum dapat
dipraktikkan. Pelayanan menggunakan teknologi canggih
dapat memperiuas kisaran pelayanan dan memunculkan
masalah baru, misalnya etika
Keahlian menghadapi masalah kesehatan dan sosial,
misainya penyalahgunaan obat, kesehatan kerja den
lingkungan kesehatan, dan penyebaran HIV dibutuhkan
oleh internis uum. Kerjasama dengan berbagai sumber
komunitas diperlukan untuk meyakinkan bahwa pasien
‘akan mendapat pelayanan dan dimonitor dengan beik.
Pelayanan Penyakit Dalam
Pelayanan internis umum dapat mecerminkan tingkat
perkembangan ilmu penyakit dalam dan spesialis penyakit
dalam. Faktor yang terkeitdengan sumber daya, kompetisi
dalam pelayanen, pembiayaan dan pembayaran kembali
pelayanan serta pengaturen praktik akan berpengaruh
pada kualitas pelayanan,
Sumber Daya Pelayanan
Sumber daya atau tenaga berhubungan erat dengan
jumlah waktu yang dimanfeatkan pada pelayanan. Spesiais,
penyakit dalam perempuan cenderung menggunakan
waktu yang terbatas untuk praktik dan merawat pasien,
Keadaan ini berakibat keterlaksanaan dan kualitas
pelayanan menjadi berkurang terutama pada daerah
dengan keterbatasan tenaga. Data Kolegium Iimu
Penyakit Dalam (KIPD) menunjukkan bahwa peserta
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) perempuan
dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya.
Dengan demikian prediksi ketersediaan spesialis penyakit
dalam perempuan akan semakin bertambah, Mengingat
kebutuhan pelayanan spesialis penyakit dalam masih akan
terus berlanjut dan distribusi yang belum merata masalah
ketenagaaan ini perlu menjadi pertimbangan.
Kompetisi Pelayanan
Internis umum yang melakukan pelayanan primer akan
berkompetisi dengan sesama internis dan dokter keluarga
‘yang seat ini belum banyak tersedia. Internis umum yang
melakukan pelayanan di perkotaan akan berkompetensi
dengan internis sub-spesialis. Jumiah internis sub-
spesialis tidak lebih dari 25% seluruh internis umum
dan sebagian melakukan prektik penyakit dalam umum,10
FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM
Kompetisi tersebut dapat mendorong internis umum
untuk mempersempit keahliannya dengan menyediakan
pelayanari klusus Ua lerbatas, Kenya imenunjukkert
sebagian besar masyarakat masih membutuhkan
pelayanan internis umum. Pengembangan internis sub-
spesialis masa depan perlu diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan agar tidak terjadi tumpang tindih
‘tanggung jawab dengan internis umum.
Pembiayaan dan Pembayaran Kembali
Pembiayaan dan pembayaran kembali akan terkait dengan
masalah pada pelayanan spesialis penyakit dalam. Managed
care mengontrol pembiayaan dengan menggunakan
rmanajer kasus (case manager) yang dapat menilai dengan
tepat kebutuhan dan akses pelayanan rumah sakit. Dengan,
keterampilan diagnostik dan konsultan, internis umum
‘cocok bertindak sebagai manajer kasus.
Pembayaran kembali pelayanan menggunakan alat
‘akan mendapat penghargaan lebih, dibanding pelayanan
non-prosedural seperti yang dilakukan internis umum,
Pelayanan intemis sub-spesialis pada umumnya dengan
menggunakan alat sahingga _mendapat penghargaan
lebih tinggi. Keadaan ini sesuai dengan survei yang
dilakukan pada 100 internis umum dan 89% menyatakan
berminat melanjutkan pendidikan sub-spesialisas
Pembayaran kembali pelayanan prosedural yang
lebih tinggi menimbulkan keinginen internis umum
untuk menguasei keterampilan tindakan sub-spesialistik
tertentu, Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk
‘mempersempit kisaran pelayanan penyakit dalam. Untuk
mencukupi pelayanen pada sebagian besar masyarakat
masih dibutuhkan internis uum, Perlu dipikirkan bahwa
pembayaran kembali dapat diberikan lebih tinggi kepada
internis yang bersedia melakukan pelayanan penyakit
dalam umum.
Perlindungan kesehatan yang dilakukan oleh JPKM,
‘ASKES dan ASTEK menggunakan managed care walaupun
masih dalam jumlah kecil. Sebagai payung jaminan
kesehatan masyarakat diperlukan pengembangan Sistem
Jaminan Sosial Nesional (SISN) yang sampai sekarang
masih betmasalah.
Pengaturan Praktik
Pengaturan praktik dilakukan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KK) untuk dapat memberikan kepastian hukum
bagi pasien dan dokter. Surat Tanda Registrasi (STR) harus
dimiliki setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran.
Surat Tanda Registrasi mengatur kewenangan sesuai
kompetensi yang cimiliki seperti tercantum pada Sertifkat
Kompetensi (SK)
Spesialis penyakit dalam dapat melakukan praktik
sesuai dengan kompetensi internis umum. Resertifkasi
kompetensi penyakit dalam dilakukan KIPD dan STR
wajib diperbaharui kembali setiap 5 tahun sekali oleh KKI.
Pendidikan sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam belum
disalikan secara institusional, Konsil Kedokteran Indonesia
belum memberikan STR sestai kualifikasi internis sub-
spesialis. Keadaan ini menguntungkan bagi interis sub-
spesialis karena dapat melakukan praktik penyakit dalam
‘umum dan sebaliknya dirasakan meningkatkan kompetisi
pelayanan internis umum.
MASA DEPAN SPESIALIS PENYAKIT DALAM
Perkembangan ilmu penyakit dalam dan perubahan
Pendidikan spesialisasi berpengaruh pada spesialis
penyakit dalam. Pendiclikan spesialisasi penyakit dalam
diarahkan untuk mengikuti perkembangan ilmu penyakit
dalam, Pergeseran lingkungan kedokteran akan mengubah
komposisi pasien sebagai serana pendidikan sehingga
memengaruhi mutu lulusannya, Pelayanan internis umum
harus disesuaikan dengan harapan masyarakat, batk jenis,
maupun kualitasnya,
Tnternis umum yang melakukan pelayanan primer
perlu mendapat apresiasi karena mempunyai kemampuan
menganalisis dan mengatasi masalah sulit dan komplek
yang melibatkan berbagai organ. Kebutuhen pelayanan
penyakit dalam meningkat dan bergeser ke jangka panjang
ddan rawat jalan. Pelayanan ckan didominasi penyakit kronik
termasukjantung, diabetes, artritis, paru, gangguan neuro-
degeneratif dan pengobatan farmakologik. Kompetensi
pengelolaan gerietri menjadi relevan dan penting dikuasai
tuntuk memenuhi sebagian besar kebutuhan pelayanan.
Penuelolaat pasien Welah bergeser ke pelayanan yang,
dapat memonitor perkembangan dan meningkatkan luaran
(outcomes). Pelayanan internis umum ditujukan untuk
meningkatkan pencapaian Ivaran, selain kontribusinya
pada kesehatan masyarakat. Pelayanan diharapkan dapat
rmenyeluruh dan efisien dengan luaran yang dapat dimonitor
secara rutin dan teratur. Keterampilan komunikasi harus
dikuasai internis umum selain penguasaan ilmu penyakit
dalam yang luas dan mendalam. Pada pengelolaan
pasien dengan penyakit yang kompleks, kemampuan
berkomunikasi dengan internis sub-spesialis atau spesialis
lain diperluken. Keterampilan mengintegrasikan berbagai
rekomendasi ke dalam rencana pelayanan den kemampuan
berperan sebagai barometer kualitas (quality accountable
physicion) periu pula dikuasa.
Internis umum diharapkan mempunyai sifat seperti
internis sub-spesialis yang berkeinginan mengelola
pasien dengan masalah sult dan praktik berdasarilmiah,
Keahlian pengelolaan pasien baik di praktik maupun
rumah sakit harus sama efektifnya dikuasai termasuk
keadaan emergensi kronik dan tahep pemulihan.Internis
mum perly menguasai keterampilan konsultasi medik[MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN SPESIALIS PENVAKIT DALAM 11
dan merujuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan
‘Sistem rujukan antara internis umum dan internis sub-
spesialis dapat terjadi secara timbal balik. Internis umum
dapat diminta mengelola pasien dengan mesalah yang
melibatkan berbagai organ atau konsultan pasien dengan
diagnosis yang belum jelas.
IMPLIKASI PERKEMBANGAN ILMU PENYAKIT
DALAM
Perkembangan ilmu penyakit dalam berpengaruh pada
pelayanan, pendicikan dan penelitian ilmu penyakit dalam.
Pengaruh pada Pelayanan
Pelayanan di negara maju telah bergeser dari autonomi
menjadi pelayanan dalam tim. Dikota besar dan perawaten
rumah sakit pada pasien dengan penyakit sulit dan
kompleks dibutuhkan pelayanan tim, Keadaan ini didorong
oleh harapan pasien terhadap pelayanan sub-spesialistik
dan tersedianya tenaga sub-spesialis dan spesialis lain.
Pendapat yang menyatakan bahwa internis umum dapat
melakukan pelayanan semua pasien tanpa atau sedikit
sekali merujuk agaknya mulai beiyeser. Pelayanan sulit
dilakukan dengan sempuma pada semua pasien karena
spektrum penyakit yang semakin luas, Untuk mendapatkan
pelayanan terbaik diperlukan kerjasama antara internis
mum, interns sub-spesialis dan spesialis lain.
Kebutuhan pelayanan sebagian besar masyarakat
ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan serta
mengurangi penderitaan jasmani dan rohani. Agar
pelayanan dapat berkualitas, menyeluruh, jangke
panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang
kompleks dibutuhkan internis unum dengan penguasaan
keterampilan teknik, ilmu pengetahuan yang luas
dan mendalam. Kemampuan aplikasi ilmu kedokteran
erdasar bukti (evidence-based medicine) mutlak bagi
internis uum. Keterampilan dalam bidang informasi,
eta kelola dan kepemimpinan juga dibutuhkan. Internis
umum harus bersikap pro-aktif dan terbuka tethadap
eterlibatan pasien pada pelayanan kesehatan dirinya agar
lebih bertanggung jewab. Keterampilan interpersonal dan
scomunikasi efektif kepada pasien dan tenaga kesehatan
lain sangat dibutuhkan dan dihargei.
Kemajuan teknologi genetika dan biologi molekular
epat mempermudah dan memperkuat diagnosis dan
cengobatan. Genetic mapping dan computer-assisted
Smaging mendiagnosis secara lebih rinci dan akurat
Senyakit yang semula dengan pengobatan paliatif
=eemungkinkan untuk disembuhkan dengan transplantasi
gen. imunoterapi target tepat (precisely targeted
Geounotherapy) atau obat yang terancang (tailored
Ss). Perkembengan teknologi lanjut menguntungkan
internis uum kerena diagnosis dan pengobatan menjadi
kurang invasif.
Pendidikan Spesialisasi
Pendidikan spesialisasi iimu penyakit dalam bertujuan
memproduksi internis umum yang berpotensi majemuk
dan siap melakukan pelayanan dimanapun. Kemampuan
internis umum merupakan gabungan pengetahuan dasar
kedokteran dan aspek humanisme disamping keterampilan
pengelolaen pasien. Pengetahuan dasar seperti biologi,
epidemiologi, farmakologi klinik dan teknologi kedokteran
hharus selalu diperbaharui karena perkembangannya begitu
copat.
‘Standar pendidikan dan kompetensi harus secara
onsisten dan sistematik dievaluasi. Program residensi
perlu diperbaharui dan disusun kembali agar dimungkinkan
pencapaian penguasaan ilmu pengetahuan yang luas dan
mendalam. Keterampilan tambahan misalnya informasi,
tata kelola dan kepemimpinan tim juga diperlukan.
Dalam melakukan inovasi perlu dipertimbangkan
transisi epidemiologi, munculnya emerging dan re-
‘emerging diseases serta terjadinya perubahan lingkungan
kedokteran.
Latihan keterampilan pelayanan jangka panjang
dan rawat jalan harus diutamakan dalam rancangan
pengajaran, Rancangan pengajaran harus memerlihatkan
kompetensi diagnostik dan pengobatan yang berkembang
secara dramatis dan perubahan organisasi dan pelayanan
kesehatan yang harus dikuasai. Area kompetensiditentukan
sesuai peran dan tanggung jawab interns unum di tempat
tugasnya, Kompetensi umum yang harus dikuasai meliputi
pelayanan pesien, pengetahuan kedokteran, pembelajaran
berdasar praktik, keterampilan komunikasi efektif dan
interpersonal, piofesionalisme dan praktik berdasarkan
sistem. Kompetensi yang belum dikuasai dapat dilatinkan
pade perkembangan profesional berkelanjutan (continuing
professional development).
Penelitian limu Penyakit Dalam
Penelitian nasional perluditinjau kembali sehingga hasilnya
bermanfaat untuk memperbaiki sebagian besar kesehaten
masyarekat. Penelitian biologi molekular yang semakin
berkembang belum dapat memberikan keuntungen
langsung dalam meningkatkan kesehatan. Penelitian
diarahkan untuk membantu mengaplikasikan kemajuan
teknologi demi keuntungan pelayanan, Pertimbangan ini
didasarkan pada kebutuhan pelayanan yang didominasi
‘oleh penyakit kronik yang melibatkan berbagai orgen.
Penelitian harus dikembangkan dengan topik yang
meliputi pelayanan praktik, tata kelole, transparansi
catatan medik dan meningkatkan hubungan dokter pasien.
Metode penelitian harus lebih bervariasi termasuk trial
randomisasi dan non-randomisasi, quasi-experimental12
FILSAFAT ILMU PENVAKIT DALAM
dan studi deskriptif masing-masing disesuaikan dengan
rmaselahnye, Penelitian harus juga mengikuti perkembangan
ilmu penyakit dalam misalnya model pelayanan terbaru
‘atau meningkatkan perbaikan praktik penyakit dalam,
Penelitian untuk dapat memperbaiki citra internis umum,
memberikan pelayenan menyeluruh dan berkelanjutan
harus terus dilakukan,
Fletcher RH, Fletcher SW. Editorials. What is the future of internal
‘medicine? Ann Intem Med. 1995; 119: 144-45
‘Hemmer PA, Costa ST, DeMarco DM, LinasSL, Glazier DC, Schus-
ter BL. APM perspective, Predicting, preparing for creating
the future: what will happen to internal medicine? Am Med,
2007; 120(12): 1081-96
KalraSP, Anand AC, Shahi BN. The relevance of general medicine
today: role of super-specialist vis-a-vis internist. JACM.
2003; 4(1)- 14-7
Langdon LO, Toskes PP, Kimball HR and the American Board
of Internal Medicine Task Force on Subspecialty Internal
‘medicine. Position Paper. Future role and training of intenal
‘medicine subspecialist. Ann Intern Med, 1996; 124: 686-91,
Larson EB, Fin SD, Kirk LM, et al. Health policy. The future of
{general internal mesliine. Report and recommendations from
the Society of General Internal Medicine (SGIM) Task Force
fon the domain of general internal medicine. J Gen Intern
Med. 2004; 19: 69-77,
‘Meyers FJ, Weinberger SE, Fitzgibbons P, Glassroth J, Dufly FD,
Clayton CP and the Alliance for Academic Internal Medicine
Education Redesign Task Force. Redesigning residency train-
ing in internal medicine: The consensus report ofthe Alliance
for Academic Internal Medicine Education Redesign Tak
Force, Acad Med, 2007; 82:1211-19
Rudijanto A. Special Article. The competency of internists in ho-
listic global care to support healthy Indonesia 2010, Acta Med
Indones-Indones J Intern Med 2006; 328: 226-30
Sox HG, Jr, Seott HD, Ginsburg JA. Position Paper. The role of
the future general internist defined, American College of
Physicxians. Ann Intern Med. 1994; 121; 616-22
Stone RS, Bateman KA, Clementi Aj, et al. Council Report. The
Future of general internal medicine. Council on long range
planning and development in cooperation with the Ameri-
‘can College Physicians, the American Society of Internal
Medicine and Society of General internal Medicine. JAMA.
1989, 262: 2119-24
‘Sudoyo AW, Pethimpunan Dokter Spesialis Fenyakit Dalam, Halo
Interns Internis Umum vs Subspesialis, Highlight Juni 2011
wnupbpapdiors
‘Undang Undang Republik Indonesia No, 29 Taluun 2004, ten-
tang Praktk Kedokteran, Departemen Kesehatan Republik
Indonceis,