Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi jaringan komputer sangat diperlukan dalam membantu


meningkatkan kinerja dalam kehidupan manusia. Dengan jaringan komputer
manusia dapat saling berkomunikasi dengan yang lainnya melalu komputer
mereka yang membentuk sebuah jaringan. Melalui jaringan itu mereka dapat
saling bertukar informasi, dan data satu sama lainnya. Dalam IP Address juga
dikenal sebuah istilah subnetting yang bertujuan untuk membagi jaringan
kedalam subnet subnet sehingga memudahkan dalam pembagian network
dan pengontrolan dari sebuah jaringan.
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa
subnetwork yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada
subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
Sebagai seorang mahasiswa Sistem Informasi, tentu saja konsep
subnetting perlu untuk di ketahui. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan
dijelaskan konsep dasar subnetting dan perhitungan subnetting.
Kemajuan teknologi informasi pada saat ini terus berkembang seiring
dengan kebutuhan manusia yang mengiginkan kemudahan, kecepatan, dan
keakuratan dalam memperoleh informasi. Oleh karena itu kemajuan teknologi
informasi harus terus di upayakan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Salah satu kemajuan teknologi informasi di bidang transmisi pada saat ini
yang berkembang salain fiber optic ialah penggunaan perangkat wireless
LAN. Perangkat wireless LAN ini memungkinkan adanya hubungan para
pengguna informasi walaupun pada saat kondisi mobile (bergerak), sehingga
memberikan kemudahan pada para pengguna informasi dalam melakukan
aktivitasnya.
Istilah jaringan nirkabel yang umum didengar pada saat ini adalah
Wireless LAN. Wireless LAN adalah teknologi jaringan yang tidak
menggunakan perangkat kabel sebagai media pengantar data yang umum
dijumpai di dalam sebuah jaringan komputer dewasa ini. Teknologi ini sesuai
dengan namanya wireless yang artinya tanpa kabel, memanfaatkan gelombang
radio untuk melakukan interaksi atau komunikasi antar unit komputer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian subnetting ?
2. Apa tujuan subnetting ?
3. Apa fungsi subnetting ?
4. Bagaimana proses subnetting ?
5. Pengertian Subnet Mask ?
6. Aturan- aturan dalam menentukan subnet mask ?
7. Bagaimana perhitungan subnetting ?
8. Apa itu wlan ?
9. Apa saja komponen komponen wlan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian subnetting.
2. Mengetahui pengertian subnetting .
3. Mengetahui tujuan subnetting .
4. Mengetahui fungsi subnetting ?
5. Mengetahui proses subnetting ?
6. Mengetahui Pengertian Subnet Mask ?
7. Mengetahui Aturan- aturan dalam menentukan subnet mask ?
8. Mengetahui Bagaimana perhitungan subnetting ?
9. Mengetahui apa itu wlan
10. Menhetahui apa saja yang dibutuhkan untuk membuat wlan

BAB II
PEMBAHASAN
1. SUBNETTING
A. Pengertian Subnetting

Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi


jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada
subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan
teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil.
Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas
B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa
network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap network tersebut.
Subnetting bertujuan untuk mengefisienkan alokasi IP Address
dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP
Address. Selain itu subnetting juga berfungsi untuk mengatasi masalah
perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network,
karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan
media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network
yang unik. Subnetting juga dapat meningkatkan security dan mengurangi
terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Jika seorang pemilik sebuah IP address memerlukan lebih dari satu
network ID maka harus mengajukan permohonan ke Internic untuk
mendapatkan IP address baru. Namun persediaan IP address pada saat ini
angat terbatas. Untuk mengatasi kesulitan ini maka muncul suatu teknik
untuk memperbanyak Network ID dari satu Network ID yang sudah ada.
Teknik ini dinamakan subnetting, dimana sebagian Host ID dikorbankan
untuk dipakai dalam membuat Network ID tambahan.

B. Tujuan Subnetting

Tujuan dari subnetting adalah sebagai berikut:

Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang


hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat
254 10 =244 alamat yang tidak terpakai).
1. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti
membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil.
2. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan
atau tidak.
3. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan
supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
4. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang
digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat
mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang
berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
5. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat
terlalu banyaknya host dalam suatu network.
6. Mereduksi Trafik Jaringan yaitu mereduksi ukuran broadcast
domain. Broadcast secara berkesinambungan dikirim ke semua host
yang ada di jaringan dan sub jaringan. Saat trafik broadcast mulai
mengasumsi begitu banyak bandwidth tersedia, maka administrator
perlu mengambil langkah subnetting untuk meredukasi ukuran
broadcast domain tersebut.
7. Mengoptimasi Performansi Jaringan
Sebagai hasil dari reduksi jaringan, maka otomatis akan diperoleh
performansi jaringan lebih baik.
C. Fungsi Subnetting
1.
2.
3.
4.

Fungsi subnetting antara lain sbb:


Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di
perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
Pengelolaan yang disederhanakan.
Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang
menjauh.

D. Proses Subnetting

Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa


proses antara lain :
1. Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask.
2. Menentukan jumlah host per subnet.
3. Menentukan subnet yang valid.
4. Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet.
5. Menentukan host host yang valid untuk tiap subnet.
E. Subnet Mask

Cara menentukan berapa banyak bit dalam network-portion dan


berapa banyak host-portion yaitu dapat menggunakan subnet mask.
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa
Inggris yang mengacu kepada angka biner 32-bit yang digunakan untuk
membedakan network ID dengan host ID dan menunjukkan letak suatu
host. Seperti halnya IP adrres, subnet mask juga merupakan 32 bit angka
biner yang diekspresikan dalam bentuk dotted-decimal. Hanya saja,
didalam bentuk subnet mask semua bit network-portion diwakili oleh 1
angka 1 sedangkan bit host-portion diwakili dengan angka 0.
Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan
gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang
berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang
BROADCAST.

Berdasarkan tabel di atas, nilai Subnet Mask yang digunakan untuk


subnetting adalah 128, 192, 224, 240, 248, 252, 254, dan 255.
Tabel 2. Nilai-nilai subnet Mask yang mungkin untuk subnetting

Berikut ini adalah subnet mask yang bisa digunakan untuk


melakukan subnetting:
1. Untuk kelas A subnet mask yang digunakan adalah :
255.128.0.0, 255.192.0.0, 255.224.0.0, 255.240.0.0, 255.248.0.0,
255.252.0.0, 255.254.0.0
2. Untuk kelas B subnet mask yang digunakan adalah :

255.255.128.0, 255.255.192.0, 255.255.224.0, 255.255.240.0,


255.255.248.0, 255.255.252.0, 255.255.254.0, 255.255.255.0

3. Untuk kelas C subnet mask yang digunakan adalah :

255.255.255.128,
255.255.255.192,
255.255.255.224,
255.255.255.240, 255.255.255.248, 255.255.255.252
Berapa jumlah kelompok angka yang termasuk network ID dan
berapa yang termasuk host ID, bergantung pada kelas dari IP address yang
dipakai. Untuk mempermudah pemakaian bergantung pada kebutuhan
pemakai.
Agar jaringan dapat mengetahui kelas mana yang dipakai oleh
suatu IP address, dipergunakan default subnet mask. Angka desimal 255
atau biner 11111111 dari default mask menandakan bahwa oktet yang
bersangkutan dari IP address adalah network ID sedangkan angka desimal
0 atau 00000000 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang
bersangkutan dari IP Address adalah untuk Host ID.
F. Terdapat aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask:
1. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Dan oktet pertama dari

subnet pasti 255.


2. Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Kita harus
menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling
tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID,
maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa.
Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host
ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address
dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri.
Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan
hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast
address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada
ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah
30 bit.
3. Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9
nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk
0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 8
bit.
BINARY OCNET

DECIMAL

00000000

10000000

128

11000000

192

11100000

224

11110000

240

11111000

248

11111100

252

11111110

254

11111111

255

G. Penghitungan Subnetting

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara


binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada
hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat
masalah yaitu:
1. Perhitungan Subnetting pada Class A

Analisa: 10.0.0.0 berartikelasA, dengan Subnet Mask /16


berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
a. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 216 2 = 65534 host
c. Blok Subnet = 256 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
d. Alamat host dan broadcast yang valid?
2. Perhitungan Subnetting pada Class B

a.
b.

c.
d.

Analisa: 172.16.0.0 berartikelas B, dengan Subnet Mask /18


berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalahbanyaknyabinari 1 pada 2
oktetterakhir. JadiJumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y 2, dimana y adalahadalahkebalikandari x
yaitubanyaknyabinari 0 pada 2 oktetterakhir. Jadijumlah host per subnet
adalah 214 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 192 = 64. Subnet berikutnyaadalah 64 + 64 = 128,
dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnyaadalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?

3. Perhitungan Subnetting pada Class C

Analisa: 192.168.1.0 berartikelas C dengan Subnet Mask /26


berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
a. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet
terakhir untuk kelasA). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2y 2, dimana y adalah kebalikan dari x
yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host
per subnet adalah 26 2 = 62 host
c. Blok Subnet = 256 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
d. Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2.
Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya bahwa IP
address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa
seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask
diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya
adalah:

11111111.11111111.11111111.00000000

(255.255.255.0).

Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain


Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

H. Contoh Kasus

Diketahui sebuah IP address adalah 192.168.1.2/28


Tentukan : a. Jumlah nilai subnet mask
b. Jumlah host
c. Jumlah subnet/network
d. Scope ip addsress
Jawab
a. Jumlah nilai Subnet Mask

28 = 8 + 8 + 8 + 4

255.255.255.xxx (kelas C)
128 + 64 + 32 +16+0+0+0+0 = 240
Subnet Mask >> 255.255.255.240

b. Jumlah host

1 1 1 1 0 0 0 0 (n = 4)
(2n)-2 = (24) 2 = 16 2 = 14 host
Jumlah Host = 14 host
c. Jumlah Subnet / network
Rumus >> 24 = 16
d. Scope IP Address
0, 16, 32, 48, 64, 80, 96, 240
Network 1
192.168.1.0/28
192.168.1.1 192.168.1.14
192.168.1.15 (broadcast)
Network 2
192.168.1.16/28
192.168.1.17 192.168.1.30
192.168.1.31 (broadcast)
Network 3
192.168.1.32/28
192.168.1.33 192.168.1.46
192.168.1.47 (broadcast)
Network 4
192.168.1.48/28
192.168.1.49 192.168.1.62
192.168.1.63 (broadcast)
Network 5
192.168.1.64/28
192.168.1.65 192.168.1.78
192.168.1.79 broadcast)

2. Wireless Local Area Network(WLAN)

PENGERTIAN
Wireless Local Area Network (disingkat Wireless LAN atau WLAN) adalah
jaringan komputer yang menggunakan frekuensi radio dan infrared
sebagai media transmisi data. Wireless LAN sering di sebut sebagai
jaringan nirkabel atau jaringan wireless.

A.

Proses komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan bermunculannya


peralatan berbasis gelombang radio, seperti walkie talkie, remote
control, cordless phone, ponsel, dan peralatan radio lainnya. Lalu
adanya kebutuhan untuk menjadikan komputer sebagai barang yang
mudah dibawa (mobile) dan mudah digabungkan dengan jaringan yang
sudah ada. Hal-hal seperti ini akhirnya mendorong pengembangan
teknologi wireless untuk jaringan komputer.

B.

Sejarah WLAN
Pada akhir 1970-an IBM mengeluarkan hasil percobaan mereka
dalam merancang WLAN dengan teknologi IR (infrared), perusahaan
lain seperti Hewlett-Packard (HP) menguji WLAN dengan RF (radio
frequency). Kedua perusahaan tersebut hanya mencapai data rate 100
Kbps. Karena tidak memenuhi standar IEEE 802 untuk LAN yaitu 1
Mbps maka produknya tidak dipasarkan. Baru pada tahun 1985,
Federal Communication Commision (FCC) menetapkan pita Industrial,
Scientific and Medical (ISM band) yaitu 902-928 MHz, 2400-2483.5
MHz dan 5725-5850 MHz yang bersifat tidak terlisensi, sehingga
pengembangan WLAN secara komersial memasuki tahapan serius.
Barulah pada tahun 1990 WLAN dapat dipasarkan dengan produk yang
menggunakan teknik spread spectrum pada pita ISM, frekuensi
terlisensi 18-19 GHz dan teknologi IR dengan data rate >1 Mbps.
Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE
membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11.
Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi

2,4GHz, dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal


2Mbps.
Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi
baru bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis maksimal
yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan tranfer data sebesar ini
sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802.3 10Mbps atau
10Base-T). Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja
pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang
bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya interferensi
dengan cordless phone, microwave oven, atau peralatan lain yang
menggunakan gelombang radio pada frekuensi sama. Pada saat hampir
bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang menggunakan
teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung
kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps.
Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a relatif sukar
menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang
radio relatif lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b
tidak kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak
pabrik hardware yang membuat peralatan yang mendukung kedua
standar tersebut.
Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat
menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi
kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4Ghz dengan kecepatan
transfer data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel
dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Misalkan saja
sebuah komputer yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat
memanfaatkan access point 802.11b, dan sebaliknya.
Pada
tahun
2006,
802.11n
dikembangkan
dengan
menggabungkan teknologi 802.11b, 802.11g. Teknologi yang diusung
dikenal dengan istilah MIMO (Multiple Input Multiple Output)
merupakan teknologi Wi-Fi terbaru. MIMO dibuat berdasarkan
spesifikasi Pre-802.11n. Kata Pre- menyatakan Prestandard versions
of 802.11n. MIMO menawarkan peningkatan throughput, keunggulan
reabilitas, dan peningkatan jumlah klien yg terkoneksi. Daya tembus
MIMO terhadap penghalang lebih baik, selain itu jangkauannya lebih

luas sehingga Anda dapat menempatkan laptop atau klien Wi-Fi


sesuka hati. Access Point MIMO dapat menjangkau berbagai
peralatan Wi-Fi yg ada disetiap sudut ruangan. Secara teknis MIMO
lebih unggul dibandingkan saudara tuanya 802.11a/b/g. Access Point
MIMO dapat mengenali gelombang radio yang dipancarkan oleh
adapter Wi-Fi 802.11a/b/g. MIMO mendukung kompatibilitas mundur
dengan 802.11 a/b/g. Peralatan Wi-Fi MIMO dapat menghasilkan
kecepatan transfer data sebesar 108Mbps.
C.
Perkembangan WLAN
Jaringan tanpa kabel sebenarnya tidak sesulit sistem jaringan kabel
bahkan dinilai relatif lebih mudah. Sistem jaringan WIFI atau Wireless
tidak memerlukan kabel sebagai penghubungan antar jaringan dan
komputer. Bila jenis jaringan kabel yang memanfaatkan kabel Coaxial
atau UTP memerlukan kabel sebagai media tranfer, dengan Wireless
network hanya dibutuhkan ruang atau space di mana jarak jangkau
network (jaringan) dibatasi hanya oleh kekuatan pancaran signal radio
dari masing masing komputer.
Jaringan Lokal Nirkabel (WLAN) didasari pada spesifikasi IEEE
802.11, yakni sekumpulan standar yang kemudian berkembang dengan
beberapa spesifikasi, antara lain 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n
mengenai Wi-Fi, Hotspot, LAN, dan Sharing Internet.
Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian
teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan
perangkat WLAN. Dengan kata lain, Wi-Fi adalah nama dagang
(certification) yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi
(Internet) yang bekerja di jaringan WLANs dan sudah memenuhi kualitas
interoperability yang dipersyaratkan.
Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti
handphone dengan mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya
dapat mentransfer data dengan cepat dan aman. Karena sistem WIFI
mengunakan transmisi frekuensi secara bebas, maka pancaran signal yang
ditransmit pada unit WIFI dapat ditangkap oleh komputer lain sesama
pemakai Wifi. Namun, dengan ketentuan telah memperoleh izin untuk
masuk ke sebuah network. Pada teknologi WIFI ditambahkan juga sistem
pengaman misalnya WEP (Wired Equivalent Privacy) untuk pengaman

sehingga antar computer yang telah memiliki otorisasi dapat saling


berbicara.
Jaringan wireless dapat digunakan untuk transmisi suara maupun
data. Lihat bagan berikut :

Gambar WLAN
Pada frekuensi Wi-Fi, ada 11 channel yang diizinkan beroperasi
masing-masing 5 MHz, yaitu sebagai berikut :
Channel 1 2,412 MHz;
Channel 2 2,417 MHz;
Channel 3 2,422 MHz;
Channel 4 2,427 MHz;
Channel 5 2,432 MHz;
Channel 6 2,437 MHz;
Channel 7 2,442 MHz;
Channel 8 2,447 MHz;
Channel 9 2,452 MHz;
Channel 10 2,457 MHz;
Channel 11 2,462 MHz;

Mode jaringan Wireless LAN


Wireless Local Area Network sebenarnya hampir sama dengan jaringan
LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN menggunakan wireless
device untuk berhubungan dengan jaringan, node pada WLAN

D.

menggunakan channel frekuensi yang sama dan SSID yang


menunjukkan identitas dari wireless device.
Tidak seperti jaringan kabel, jaringan wireless memiliki dua mode yang
dapat digunakan : infrastruktur dan Ad-Hoc. Konfigurasi infrastruktur
adalah komunikasi antar masing-masing PC melalui sebuah access point
pada WLAN atau LAN. Komunikasi Ad-Hoc adalah komunikasi secara
langsung antara masing-masing komputer dengan menggunakan piranti
wireless. Penggunaan kedua mode ini tergantung dari kebutuhan untuk
berbagi data atau kebutuhan yang lain dengan jaringan berkabel.
a) Mode Ad-Hoc
Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana,
karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point untuk host
dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter
dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu
sama lain seperti tampak pada gambar 2.3. Kekurangan dari mode
ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer
pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah
jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer
tersebut.

Gambar 2.3 Mode jaringan Ad-Hoc

b) Mode Infrastruktur

Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses jaringan kabel


atau berbagi printer misalnya, maka jaringan wireless tersebut harus
menggunakan mode infrastruktur (gambar 2.4).
Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani
komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point
mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu
daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat
memperluas jangkauan dari WLAN

Gambar 2.4 Mode jaringan infrastruktur

Komponen- Komponen Wireless LAN


Ada empat komponen utama dalam membangun WLAN yaitu:
a) Access Point, merupakan perangkat yang menjadi sentral
koneksi dari pengguna (user) ke ISP, atau dari kantor cabang ke
kantor pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan.
Access-Point berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio
(RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel,
atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan
dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi radio.

E.

Gambar 2.5 Acces Point

b) Wireless LAN Interface, merupakan peralatan yang dipasang di

Mobile/Desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara massal


adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory
Card International Association) card, PCI card maupun melalui
port USB (Universal Serial Bus)

Gambar 2.6 Wireless LAN card

c) Mobile/Desktop

PC, merupakan perangkat akses untuk


pengguna, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port
PCMCIA sedangkan desktop PC harus ditambahkan wireless
adapter melalui PCI (Peripheral Component Interconnect) card
atau USB (Universal Serial Bus).

d) Antena external (optional) digunakan untuk memperkuat daya

pancar. Antena ini dapat dirakit sendiri oleh user. Contoh :


antena kaleng.

Gambar 2.7 Antena kaleng

Secara relatif perangkat Access-Point ini mampu menampung beberapa


sampai ratusan pengguna secara bersamaan. Beberapa vendor
hanyamerekomendasikan belasan sampai sekitar 40-an pengguna untuk
satu Access Point. Meskipun secara teorinya perangkat ini bisa
menampung banyak client, namun akan terjadi kinerja yang menurun
karena faktor sinyal RF itu sendiri dan kekuatan sistem operasi Access
Point.
Komponen logic dari Access Point adalah ESSID (Extended Service Set
Identification) yang merupakan standar dari IEEE 802.11. Pengguna

harus mengkoneksikan wireless adapter ke Access Point dengan ESSID


tertentu supaya transfer data bisa terjadi. ESSID menjadi autentifikasi
standar dalam komunikasi wireless. Dalam segi keamanan beberapa
vendor tertentu membuat kunci autentifikasi tertentu untuk proses
autentifikasi dari client ke Access Point. Rawannya segi keamanan ini
membuat IEEE mengeluarkan standarisasi Wireless Encryption Protocol
(WEP), sebuah aplikasi yang sudah ada dalam setiap PCMCIA
card. WEP ini berfungsi meng-encrypt data sebelum ditransfer ke
sinyal Radio Frequency (RF), dan men-decrypt kembali data dari sinyal
RF.
F.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


a) Kelebihan
1) Mobility : Artinya , dengan jaringan wireless LAN

administrator jaringan dapat memberikan layanan yang


lebih nyaman bagi pengguna jaringan, dimana jaringan
dapat di akses dari mana saja selama masih berada dalam
jangkauan wireless dan tidak di pusingkan dengan masalah
pengkabelan
2) Reduced Cost-of-Ownership : pada point ini sekilas
kelihatan janggal, tentang pembiayaan untuk jaringan
wireless LAN memang lebih mahal dari jaringan Kabel,
namun jika di lihat secara keseluruhan akan terlihat bahwa
selama penggunaan, jaringan wireless LAN akan lebih
murah, untuk penggunaan jaringan secara dinamis yang
memerlukan perpindahan tempat pengguna jaringan
3) Scalability : Wireless LAN dapat dikonfigurasikan dalam
berbagai macam topologi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan user yang beragam. Konfigurasi dapat dengan
mudah diubah mulai dari jaringan peer-to-peer yang sesuai
untuk jumlah pengguna yang kecil sampai ke full
infrastructure network yang mampu melayani ribuan user
dan memungkinkan roaming dalam area yang luas.
b) Kekurangan

1) Memerlukan

pengamanan tambahan : Pada sistem


Wireless LAN memiliki sistem keamanan yang terbatas
( sampai pada layer 2 ), maka dari itu untuk lebih
mengamankan jaringan di belakang Wireless LAN
diperlukan pengamanan tambahan.
2) Tingkat Kecepatan : Umumnya jaringan Wireless LAN
menyediakan data rate hingga 54 Mbps dan 11 Mbps,
namun pada kenyataannya transmisi ini dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, sehingga membuat tingkat kecepatan
pada Wireless LAN tidak terlalu baik / kurang maksimal.
3) Topologi ruangan dan cuaca : Pada sistem WLAN ini
topologi ruangan, daerah dan cuaca sangat berpengaruh
terhadap kualitas sinyal karena pada sistem ini yang
digunakan adalah medium radio sehingga akan mengalami
delay dari Wireless LAN.
4) Harga WLAN : Harga-harga komponen Wireless LAN saat
ini masih cukup tinggi, dan membutuhkan biaya yang
sangat besar serta perencanaan yang tepat dan efisien
dalam implementasinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan

yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask
untuk dijadikan Network ID baru.

2. Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang

mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan


network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada
di jaringan lokal atau jaringan luar.
3. Penggunaan teknologi jaringan berbasis wireless merupakan pilihan yang
tepat saat ini. Hal ini disebabkan mulai bergesernya perilaku perusahaan
dalam menjalankan bisnis mereka. Dengan portabilitas dan kompatibiltas
yang di tawarkan oleh teknologi wireless tentunya merupakan pilihan yang
sangat menarik. Namun di balik itu harus di pertimbangkan juga teknologi
wireless apa yang tepat untuk di terapkan di perusahaan sehingga dapat
benar-benar membantu bisnis perusahaan tersebut. Hal ini dapat di lihat
dari perbedaan dari masing-masing standar wireless yang tersedia saat ini
(802.11, 802.11a, 802.11b, 802.11g). Dilihat dari sisi keamanan, tentunya
802.11b sedikit lebih baik karena dapat menerapkan metode enkripsi
dengan menggunakan protokol WEP di dalam jaringan tersebut. Kalau
dilihat dari sisi tidak adanya gangguan/ noise tentunya teknologi 802.11a

lebih unggul karena standar ini hanya menggunakan frekuensi 5 GHz


dimana frekuensi ini tidak banyak digunakan oleh perangkat-perangkat
berbasis wireless lainnya. Sehingga untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut diatas , maka standar 802.11g muncul untuk menjembatani
kelemahan pada standar 802.11a dan 802.11b.

B. Saran

Makalah yang saya susun mengenai perbandingan review ipv4, ipv6


dan subneting mungkin belumlah cukup tanpa penjelasan lebih lanjut dari
Dosen pengajar Mata Kuliah Jaringan Komputer

DAFTAR PUSTAKA
Sumber :Sukoco, Heru. 2004. TeknikSubnetting dalamModulPerkuliahan.IPB.
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2013/01/Perhitungan-TentangSubnetting.pdf
http://kharisma-adzana.blogspot.com/2013/01/pengertian-ip-address-dan-kelaskelasnya.html
http://mti.ugm.ac.id/~subura/?p=8
http://theflowerofsky.blogspot.co.id/2011/11/makalah-wireless.html
http://aboutnduth.blogspot.co.id/2012/11/makalah-jaringan-komputer.html

Anda mungkin juga menyukai