Anda di halaman 1dari 15

Pemeriksaan Lumbal Pungsi dalam penyakit Kejang Demam

Togana Junisar Paniro Sinaga


102011184
ghana_holick@yahoo.com

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut. 1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak. 2.
Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya
terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya
kerusakan mekanik.3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi
serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistim saraf pusat dan mekanisme
terjadinya kejang demam sesuai dengan skenario yang telah saya dapat.

Isi

Skenario
Seorang anak usia 6 tahun menderita kejang-kejang, setelah 1 minggu. Panas tinggi
disertai batuk pilek, setelah dilakukan lumbal pungsi diketahui terdapat tanda-tanda infeksi.

Pembahasan
Lumbal Pungsi
Pungsi lumbal dikerjakan untuk menentukan adanya perdarahan susunan saraf pusat
seperti perdarahan subarakhnoidea apabila kecurigaan hal tersebut kuat sekali tetapi
pemeriksaan CT-scan otak tidak memperlihatkan gambaran perdarahan subrakhnoidea, atau
guna menyingkirkan kemungkinan perdarahan susunan saraf pusat sebelum pemberian
antikoagulansia pada keadaan dimana CT-scan tidak dapat dikerjakan. Pungsi lumbal
dikerjakan bila analisa kimiawi cairan serebrospinalis mempunyai nilai diagnostik seperti
pemeriksaan gama globulin pada sklerosis multipleks.1
Pungsi lumbal diperlukan guna pemeriksaan sirkulasi cairan seresbrospinalis,
misalnya untuk mengetahui adanya sumbatan spinal (spinal block) dengan pemeriksaan
Queckenstedt, atau pada hidrosefalus normotensi (NPH) dengan pemeriksaan infusi Katzman
atau sisternografi radionukleotida. 1

Metode pengambilan
- Tusukkan dilakukang pada garis tengah diantara L3-L4 atau L4-L5 yang dapat
-

dipandu dengan memperhatikan krista iliaka


Tusukkan jarum dengan posisi kemiringan ujung jarum sejajar terhadap sumbu

panjang vertebra
Bila tidak dilakukan pemeriksaan manometer dan mielografi, gunakan jarum

spinal no.20 atau 22


Catat tekanan pada saat awal dan akhir pungsi lumbal
Batuk atau tekanan pada perut mengakibatkan hambatan aliran balik dalam vena
sekitar medula spinalis dan dapat meningkatkan aliran dan tekanan cairan
cerebrospinalis. Perasat ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa jarum spinal
berada pada posisi yang tepat, tetapi tidak untuk menentukan adanya sumbatan
ruang subarakhnoidea medula spinalis. Pemeriksaan adanya sumbatan ruang
subarakhnoidea medula spinalis ditentukan dengan menekan vena jugularis dan
dilakukan pengukuran peningkatan dan penurunan tekanan cairan serebrospinalis.
Pemeriksaan dengan manometer tidak dikerjakan secara rutin dan tidak pernah

dilakukan bila terdapat peningkatan tekanan dasar (awal) atau dicurigai adanya
-

lesi masaa.
Posisi penderita sangat membantu keberhasilan pungsi lumbal. Penderita harus
dalam posisi fetal dengan punggung tegak lurus terhadap tempat tidur. Masukkan
jarum ke bawah kulit ( setelah diberikan anestesi lokal ) dan tentukan sudut
tusukan jarum tersebut. Pastikan arah jarum sejajar terhadap tempat tidur dan
menyudut kearah umbilikus penderita. Pada penusukan lebih lanjut, bila jarum
tidak masuk ke ruang subarkhnoidea atau bila membentur tulang, arah jarum tidak
akan berubah. Jarum tersebut ditarik kembali hingga sedikit dibawah kulit dan
coba arahkan kembali. Dengan berbagai pengalaman dapat dirasakan saat jarum
masuk ruang subarakhnoidea. Bila pungsi lumbal tidak mungkin dilakukan dalam
posisi fetal, penderita didudukkan dengan memeluk bantal, coba kembali pada
posisi duduk ( lebih mudah untuk menentukan garis tengah ). Perlu diingat bahwa
pengukuran tekanan pada posisi duduk sulit diinterprestasikan, untuk itu penderita

ditidurkan kembali setelah jarum berhasil masuk ruang subarakhnoidea.


Tujuan pengambilan Lumbal Pungsi
Bertujuan mengambil cairan cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/
diagnostik maupun kepentingan therapi.

Cairan Cerebrospinalis
Seluruh ruang yang melingkupi otak dan ledulla spinalis memiliki volume kira-kira
1600 sampai 1700 mililiter dan sekitar 150 mililiter dari volume ini ditempati oleh cairan
serebrospinal, dan sisanya oleh otak dan medulla. Cairan ini seperti yang diperlihatkan pada
gambar, ditemukan dalam vintrikel otak, dalam sisterna sekitar otak, dan di dalam ruang
subarakhnoid sekitar otak dan medulla spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama lain,
dan tekanan cairan diatur pada tingkat yang konstan.2

Gambar 1 : Aliran cairan serebrospinal3


Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap trauma.
Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama (hanya
berbeda sekitar 4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada
kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak
satu bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya benturan tadi. 2
Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal2
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus
ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim
yang membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan
yang bocor ke ruangan perivaskuler disekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah
otak).
Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500
mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari ventrikel lateralis
melalui foramen intraventrikular (foramen Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral
aquaductus (aquaductus sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen
Magendi) dan apertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular
(sisterna magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid,
bersirkulasi disekitar otak dan medula spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid
yang terdapat pada hemisfer serebral.
Sekresi Pleksus Koroideus2

Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol yang
dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal dari setiap
ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel keempat.
Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif dari
ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion- ion natrium pada
waktu kembali akan menarik sejumlah besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang
bermuatan positif akan menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Keduanya bersama sama
meningkatkan kuantitas osmotis substansi aktif dalam cairan serebrospinal, yang kemudian
segera menyebabkan osmosis air melalui membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut.
Transpor yang kurang begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan
serebrospinal dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam
kapiler. Oleh karena itu, sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan
osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan
plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil;
dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase (acetazolamide),
kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan agen vasokonstriksi untuk
mengurangi produksi CSS.2
Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis2
Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid ke dalam sinus
venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah penonjolan seperti jari dari
membran arakhnoid ke dalam dinding sinus venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya
ditemukan bersama-sama, dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi
arakhnoid yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron,
terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar
yang langsung menembus badan sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk
menyebabkan aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan bahkan
partikel partikel sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah vena. Sebagian kecil diabsorpsi
di nerve root sleeves dan limfatik meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui,
absorpsi CSS ini tampaknya berbanding lurus terhadap
tekanan intra kranial (TIK) dan berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral (Cerebral
Venous Pressure = CVP). Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai oleh sistem
limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk mengembalikan protein
perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.2

Ruang Perivaskuler dan Cairan Serebrospinal2


Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan melalui sepanjang
permukaan otak dan kemudian menembus ke dalam, membewa selapis pia mater, yaitu
membran yang menutupi otak. Pia mater hanya melekat longgar pada pembuluh darah,
sehingga terdapat sebuah ruangan, yaitu ruang perivaskuler, yang ada di antara pia mater dan
setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang perivaskuler mengikuti arteri dan vena ke
dalam otak sampai arteriol dan venula, tapi tidak sampa ke kapiler.
Tekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada
posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air
atau setinggai 195 mm air pada orang normal.2
Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis
Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi
cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa kecepatan normal pembentukan
cairan serebrospinal bersifat konstan, sehingga dalam pengaturan tekanan jarang terjadi
faktor perubahan dalam pembentukan cairan. Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang
memungkinkan cairan dan isinya mengalir ke dalam darah dalam sinus venosus dan tidak
memungkinkan aliran sebaliknya. Secara normal, kerja katup vili tersebut memungkinkan
cairan serebrospinal mulai mengalir ke dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih
besar dari tekanan darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan serebrospinal
masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam keadaan normal, tekanan
tersebut tidak pernah meningkat lebih dari beberapa mmHg dibanding dengan tekanan dalam
sinus. Sebaliknya, dalam keadaan sakit vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh
partikel-partikel besar, oleh fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein plasma yang
berlebihan yang bocor ke dalam cairan serebrospinal pada penyakit otak. Penghambatan
seperti ini dapat menyebabkan tekanan cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.2
Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal
Prosedur yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal adalah
sebagai berikut : Pertama, orang tersebut berbaring horizontal pada sisi tubuhnya, sehingga
tekanan cairan spinal sama dengan tekanan dalam ruang tengkorak. Sebuah jarum spinal
kemudian dimasukkan ke dalam kanalis spinalis lumbalis di bawah ujung terendah medula
spinalis dan dihubungkan dengan sebiuah pipa kaca. Cairan spinal tersebut dibiarkan naik

pada pipa kaca sampai setinggi-tingginya. Jika nilainya naik sampai setinggi 136 mm di atas
tingkat jarum tersebut, tekanannya dikatakan 136 mm air atau, dibagi dengan 13,6 yang
merupakan berat jenis air raksa, kira-kira 10 mmHg.2
Fungsi Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.2

Komposisi

Cairan serebrospinal menyerupai plasma darah dan cairan intersisial ( air, elektrolit, oksigan,
karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama limfosit ) dan sedikit protein.

Produksi

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler berbentuk
bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak

Sirkulasi

Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler ( foramen munro )
menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus serebral ( Sylvius )
menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga lubang langit-langit ventrikel keempat
kemudan bersirkulasi melalui ruang subaraknoid. Setelah mencapai ruang subaraknoid,maka
cairan serebrospinal akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla spinalis,lalu keluar menuju
sistem vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal direabsorpsi ke dalam darah melalui
struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis kedalam sinus vena pada dura mater dan
kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut2

Fungsi

Cairan serebrospinal berfungsi sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla
spinalis,juga sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta
medulla spinalis. Secara klinis cairan serebrospinal dapat diambil untuk pemeriksaan melalui
prosudur pungsi lumbal , yaitu jarum berongga diinsersi ke dalam ruang subaraknoid di
antara lengkung saraf vertebra lumbal ke tiga dan ke empat.2

Medulla Spinalis dan Meninges

Medulla Spinalis
Medulla spinalis adalah struktur putih yang berawal dari foramen magnum, tempat ia
bersambung dengan medulla oblongata. Dan berakhir setinggi tepi bawah L1 pada orang
dewasa. Pada anak kecil, ia relatif lebih panjang dan berakhir setinggi tepi atas L3. Medulla
spinalis berbentuk hampir silindris. Namun di daerah cervical, tempat keluarnya plexus
brachialis, dan di daerah thoracal bawah dan lumbal, tempat keluar plexus lumbosacralis,
terdapat pembesaran fusiformis yang disebut intumescentia cervicalis dan lumbosacralis.4

Gambar 2 : Medulla Spinalis5

Ke inferior, medulla spinalis meruncing menjadi conus medullaris, dan dari aspeknya
berjalan turun lanjutan piamater, yaitu filum terminale, yang kemudian melekat pada
punggung coccyx. Di anterior garis tengah terdapat suatu fissura longitudinal yang dalam,
yaitu fissura mediana anterior, dan pada permukaan posterior terdapat alur dangkal, yaitu

sulcus medianus posterior. Sepanjang medulla spinalis melekat tiga puluh satu pasang
n.spinalis melalui radix ventralis, atau motoris dan radix dorsales, atau sensoris. Tiap radix
melekat pada medulla melalui sederetan radix kecil, yang berjajar sepanjang segmen medulla
yang bersangkutan. Tiap radix dorsalis memiliki sebuah ganglion radix dorsalis, yang selselnya menjulurkan serabut saraf perifer dan pusat.4
Radices n.spinalis berjalan dari medulla spinalis menuju ke foramen intervertebrale
yang sesuai, dimana keduanya menyatu membentuk n.spinalis. Begitu muncul dari foramen
intervertebrale, tiap n.spinalis segera bercabang menjadi ramus ventralis dan ramus dorsalis,
yang mengandung serabut-serabut motoris maupun sensoris. Karena pertumbuhan
memanjang columna vertebralis berlangsung tidak proporsional dibandingkan dengan
pertumbuhan medulla spinalis, maka radices ini makin ke bawah makin panjang. Di daerah
cervical atas, radix n.spinalis itu pendek-pendek dan berjalan hampir horisontal, namun
radices n.lumbalis dan sacralis yang terletak dibawah ujung medulla (setinggi tepi bawah
vertebra lumbalis pertama ada orang dewasa) membentuk seberkas saraf vertikal di sekitar
filum terminale. Berkas radices ini disebut cauda equina.4
Meninges
Medulla spinalis, seperti halnya cerebrum, dikelilingi oleh tiga lapis meninges yaitu,
duramater, arachnoideamater, dan piamater.4

Duramater Spinalis
Duramater adalah membran fibrosa padat dan kuat yang membungkus medulla
spinalis dan cauda. Ke atas ia berlanjut melalui foramen magnum sebagai duramater
encephali. Ke bawah berakhir pada filum terminale setinggi batas bawah vertebra S2.
Selaput dura melekat longgar dalam canalis vertebralis dan terpisah dari dinding
canalis oleh cavitas epidural. Di dalam ruang ini terdapat jaringan ikat longgar dan
plexus venosus vetebralis internus. Duramater meluas mengikuti tiap radiks saraf dan
menyatu dengan jaringan ikat di sekitar tiap n.spinalis. permukaan dalam duramater
melekat pada arachnoideamater.

Arachnoideamater Spinalis
Arachnoideamater adalah membran halus yang kedap air yang menutupi medulla
spinalis dan terletak di antara piamater (di dalam) dan duramater (diluar). Ia terpisah
dari piamater oleh celah lebar yaitu cavum subarachnoidea, yang terisi liquor
cerebrospinalis. Cavum subarachnoidea dilintasi sejumlah untaian halus jaringan ikat.
Arachniodeamater berhubungan ke atas melalui foramen magnum dengan

aracnoideamater encephali. Ke bawah, ia berakhir pada filum terminale setinggi tepi


bawah vertebra S2. Arachnoideamater juga meluas mengikuti radix n.spinalis,

membentuk juluran-juluran sepanjang n.spinalis ke lateral.4


Piamater Spinalis
Piamater adalah membran vaskular yang rapat membungkus medulla spinalis.
Piamater menebal pada kedua sisi, diantara radices, membentuk ligamentum
denticulatum, yang berjalan ke lateral dan melekat pada arachnoidea dan duramater.
Dengan demikian medulla spinalis terletak di tengah selubung dura. Piamater meluas
pada tiap radix dan menyatu dengan jaringan ikat yang mengelilingi tiap n.spinalis.4

Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak. Terdiri atas dua hemispher cerebri, yang
dihubungkan oleh massa substantia alba yang disebut corpus callosum. Tiap hemispher
meluas dari os frontale sampai os occipitale, di atas fossa cranii anterior dan media dan di
posterior, di atas tentorium cerebeli. Hemispher dipisahkan oleh suatu celah dalam yaitu
fissura longitudinalis cerebri, dimana ke dalamnya terjulur falx cerebri. Lapisan permukaan
hemispher disebut cortex, disusun oleh substantia grisea. Cortex cerebri berlipat-lipat, yang
disebut gyri, dipisahkan oleh fissura atau sulci. Dengan demikian permukaan cortex
bertambah luas. Sejumlah sulci dalam membagi-bagi permukaan tiap hemispher menjadi
lobus. Lobus diberi nama sesuai dengan tulang cranium di atasnya. Lobus frontalis terletak di
depan sulcus centralis dan di atas sulcus lateralis. Lobus parietalis terletak di belakang sulcus
centralis dan di atas sulcus lateralis. Lobus occipitalis terletak di bawah sulcus parietooccipitalis. Sedangkan lobus temporalis terletak dibawah sulcus lateralis. Gyrus precentralis
terletak tepat anterior terhadap sulcus centralis dan dikenal sebagai area motoris. Sel saraf
motoris besar dalam daerah ini mengendalikan gerakan volunter sisi tubuh berlawanan.
Hampir seluruh serabut saraf menyebrang ke kontralateral setinggi medulla oblongata,
sewaktu turun ke medulla spinalis. Pada area motoris, tubuh dipresentasikan dalam posisi
terbalik, sel-sel saraf yang mengendalikan gerakan kaki berlokasi di bagian atas, sedangkan
yang mengendalikan gerakan muka dan tangan terletak di bagian bawah.4

Gambar 3 : Cerebrum 6
Gyrus postcentralis terletak tepat posterior terhadap sulcus centralis, dikenal sebagai
area sensoris. Sel-sel saraf kecil dalam daerah ini menerima dan menafsirkan sensasi nyeri,
suhu, raba dan tekan dari sisi tubuh kontralateral.4
Gyrus temporalis superior terletak tepat di bawah sulcus lateralis. Bagian pusat gyrus
ini menerima dan menginterprestasi suara, dan dikenal sebagai area auditiva. Area Broca atau
area bicara motoris, terletak tepat di atas sulcus lateralis. Ia mengatur gerakan berbicara. Area
Broca hemispher kiri lebih dominan pada orang bertangan kanan sedangkan pada orang kidal,
yang kanan lebih dominan. Area visualis terletak pada polus posterior dan aspek medial
hemispher cerebri di daerah sulcus calcanius. Merupakan adalah daerah penerima kesan
visual. Rongga yang terdapat di dalam tiap hemispher cerebri disebut ventriculus lateralis.
Ventriculus

lateralis

berhubungan

dengan

ventriculus

tertius

melalui

foramina

interventricularis.4

Diencephalon
Diencephalon hampir seluruhnya tersembunyi di bawah permukaan otak. Terdiri atas
thalamus di dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa substantia
grisea yang besar, terletak di kiri-kanan ventriculus tertius. Merupakan stasiun
prantara besar untuk jaras sensoris aferen yang menuju cortex cerebri. Hypothalamus
membentuk bagian bawah dinding lateral dan dasar ventriculus tertius. Struktur
berikut ini terdapat pada dasar ventriculus tertius, dari depan ke belakang: chiasma
opticum, tuber cinereum dan infundibulum, corpora mammilaria, dan substantia

perforata posterior.4
Otak Tengah
Otak tengah adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati incisura tentorii dan
menghubungkan otak depan dengan otak belakang. Otak tengah terdiri atas dua

belahan lateral yang disebut pedunculus cerebri, masing-masing dibagi menjadi pars
anterior atau crus cerebri dan pars posterior atau tegmentum, oleh sabuk substantia
grisea berpigmen, yaitu substantia nigra. Rongga sempit otak tengah adalah
aqueductus cerebri, yang menghubungkan ventriculus tertius dan quartus. Tectum
adalah bagian otak tengah posterior terhadap aqueductus cerebri memilki empat
tonjolan kecil, yaitu dua colliculus superior dan dua colliculus inferior. Colliculuc ini
terletak di antara cerebellum dan hemisphere cerebri.4
Corpus pinealis adalah struktur kelenjar kecil yang terletak di antara colliculus
superior. Melekat melalui suatu tungkai pada dinding posterior ventriculus tertius.
Lekuk kecil pada ventriculus disebut recessus pinealis, meluas ke dalam basis tangkai.
Corpus pinealis ini seringkali mengalami perkapuran pada usia pertengahan, dengan

demikian dapat terlihat pada radiografi.


Otak Belakang
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah otak tengah dan di atas
medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabut-serabut saraf, yang menghubungkan
kedua belahan cerebellum. Juga mengandung serabut asendens dan desendens yang
menghubungkan otak depan, otak tengah dan medulla spinalis. Beberapa sel saraf di
dalam pons, berfungsi sebagai stasiun perantara, sementara yang lain membentuk
nukleus saraf kranialis.4
Medulla oblongata berbentuk kerucut, menghubungkan pons dengan medulla spinalis.
Fissura mediana ventralis terdapat pada permukaan anterior medulla, dan pada tiap
sisinya terdapat pembesaran, yang disebut pyramis. Pyramis ini terdiri atas berkasberkas serabut saraf yang berasal dari sel-sel saraf besar dalam gyrus precentralis
cortex cerebri. Pyramis ini mengecil ke bawah, dan disinilah sebagian besar serabut
desendens menyebrang ke kontralateral, membentuk decussatio pyramidum. Posterior
terhadap pyramis terdapat olivia, yang merupakan elevasi lonjong yang ditimbulkan
oleh nuclei olivarius di bawahnya. Di belakang olivia terdapat pedunculus cerebellaris
inferior, yang menghubungkan medulla dengan cerebellum. Pada permukaan posterior
pars inferior medulla oblongata terdapat tuberculum gracile dan cuneatum,
ditimbulkan oleh nucleus cuneatus di lateral.
Cerebellum terletak di dalam fossa cranii posterior, di bawah tentorium cerebelli.
Terletak posterior terhadap pons dan medulla oblongata. Cerebellum terdiri atas dua
hemispher yang dihubungkan oleh bagian tengah yang disebut vermis. Cerebellum
dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunculus cerebellaris superior, dengan pons
oleh pedunculus cerebellaris media, dan dengan medulla oblongata oleh pedunculus
cerebellaris inferior. Lapisan tiap hemispher cerebelli, disebut cortex, disusun oleh

substantia grisea. Cortex cerebelli mengadakan lipatan-lipatan atau folia, yang


dipisahkan oleh fissura transversus yang tersusun rapat. Kelompok massa substantia
grisea tertentu ditemukan di dalam cerebellum, terbenam dalam substantia alba yang
paling besar dikenal sebagai nucleus dentatus. Cerebellum berperan penting dalam
mengendalikan tonus otot dan mengkoordinasi gerak otot pada sisi tubuh yang sama.
Rongga dalam otak belakang adalah ventriculus quartus. Dibatasi di depan oleh pons
dan medulla oblongata, di belakang oleh vellum medullare superius dan inferius serta
cerebellum. Ventriculus quartus berhubungan dengan ventriculus tertius di atasnya
melalui aqueductus cerebri, ke bawah ia bersambung dengan canalis centralis medulla
spinalis. Juga berhubungan dengan cavum subarachnoidea melalui tiga lubang di
bagian bawah atap, satu lubang di medial dan dua lubang di lateral.4
Mekanisme Kejang Demam
Mekanisme Kejang DemamKejang demam adalah bangkitan kejang demam yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh atau(suhu rektal di atas 38c) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.Kejang demammerupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak,terutama pada golonganumur 6 bulan 4 tahun.Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energy yang didapat dari
metabolisme.Bahan baku untuk metabolism otak yang terpenting adalah glukosa.Sifat proses
itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler.Jadi sumber enegi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membrane
yang terdiri dari permukaan dalam, adalah lipoid dan pembekuan luar ionic.Dalam keadaan
normal,membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion Natrium (N+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).Akibatnya
konsentrasi K+ dalam dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+rendah, sedangkan di luar
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperukan energy dan bantuan
enzim Na-K-ATP ase yang terdapat pada permukaan sel. 7 Keseimbangan potensial membran
ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,kimiawi,atau aliran
listrik darisekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal
10% -15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasiotak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%.
Jadi padakenaiakan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat erjadi difusi ion kalium maupun ion
Natrium melalui membrane tadi dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang
kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
denganambang kejang yang rendah,kejang telah terjadi pada 38C sedangkan pada anak
dengan ambangkejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari
kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi
padaambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya pelu diperhatikan pada
tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam dapat berlangsung singkat pada
umumnya tidak bebahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.Tetapi pada kejang berlangsung
lma (lebih dari 15 menit) biasanyadisertai terjadinya apnea,meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energy untuk kontraksi ototskelet yang akhirnya terjdi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisman aerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkain yang terjadi di atas adalah
factor penyebab gangguan otak. Kerusakan daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsunglama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsy yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsy. Mekanisme kejang demam
sebenarnya terfokus pada ekstrakranial, jadi semua factor di luar intrakaranial yang
menybabkan demam merupakan factor pertama pencetus kejang demam. Kejang adalah suatu
mekanisme kejang yang lebih terfous pada membrane selneuron, yaitu eksitasi lebih besar
daripada inhibisi sehingga menimbulkan kejang.7
Penutup
Hipotesis diterima. Kejang demam dapat terjadi akibat dari gangguan dari
Sistim Saraf Pusat. Untuk mengetahui kejang tersebut mengandung infeksi atau tidak
dapat dilakukan pemeriksaan Lumbal Pungsi yang bertujuan mengambil cairan

cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/ diagnostik maupun kepentingan


therapi.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.

Weiner, Howard L. Neurology. Pungsi Lumbal. Ed.5 Jakarta : EGC, 2000.


Guyton C, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9. 2004..
Diunduh dari news-medical.net. April 2012.
Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa Kedokteran. Ed.3. Jakarta: EGC,

2000.
5. Diunduh dari medicinabih.info. April 2012.
6. Diunduh dari edoctoronline.com. April 2012.
7. Diunduh dari www.artikel-kedokteran.net. 2012.

Anda mungkin juga menyukai