Yudia
Yudia
Yudia Mahardika
102009028
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : yudia.mahardika@rocketmail.com
PENDAHULUAN
Sesudah beberapa puluh tahun penurunan insidensi tuberculosis,angka kasus
tuberculosis telah bertambah secara dramatis selama dekade terakhir ini. Hampir 1,3 juta
kasus dan 450.000 kematian terjadi pada anak setiap tahun. Insidensi tuberculosis masa
anak bertambah dengan 40% di Amerika Serikat dari tahun 1987 sampai tahun 1993
sebagai akibat kemiskinan,imigrasi dari negara yang berprevelansi tinggi,epidemi infeksi
virus immunodefisiensi manusia (HIV) dan keterbatasn pada pelayanan perawatan
kesehatan terhadap populasi berisiko tinggi1
DOKTER KELUARGA
a. Pengertian
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk
mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan semakin percaya
pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Definisi Dokter Keluarga (Evidence Based,Medicine,EBM) adalah Dokter
praktek umum yang menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga
(komprehensif,continue,koordinatif,kolaboratif), mengutamakan pencegahan, dengan
sasaran keluarga beserta segala aspeknya dan mengikuti perkembangan ilmu /
teknologi kedokteran mutakhir.
b. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan
dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam
menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada
keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan
lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang
seperti ini, maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan
secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan
dapat pula diharapkan lebih memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan
dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit
serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka
jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya
akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat
dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulangulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana
kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.2
c. Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan
banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah
(Cambridge Research Institute, 1976) :
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia
seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
tuberculosis hanya 10% yang akan terinfeksi. Hal ini dipengaruhi daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.4
WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia, kurang lebih
sejumlah 2 bilyun orang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis. Angka
infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India dan Amerika Latin. Data yang
dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan cina
yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati,
tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15
orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.
Pada orang dewasa dua pertiga kasus terjadi pada laki-laki, tetapi ada
sedikit dominasi tuberculosis pada wanita di masa anak-anak. Pada anak,
kebanyakan terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis di rumahnya dari
seseorang yang dekat padanya. Orang dewasa yang terinfeksi virus HIV dengan
tuberculosis dapat menularkan Mycobacterium tuberculosis ke anak, beberapa
darinya berkembang penyakit tuberculosis, dan anak dengan infeksi HIV
bertambah resiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi.
Situasi epidemiologi di Indonesia
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
Kesehatan RI, tahun 1972 TB menempati urutan ke 3 penyebab kematian menurut
SKRT tahun 1980 TB menempati urutan ke 4, dan menurut SKRT tahun 1992, TB
menempati urutan nomor 2 sesudah penyakit sistem sirkulasi.
Hasil SKRT tahun 1995 TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dari
seluruh kelompok usia dan nomor 1 antara penyakit infeksi yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Dari hasil survey prevalensi TB yang dilakukan di 15 propinsi tahun 19791982 menunjukkan berbagai variasi prevalensi tiap-tiap propinsi.
Prevalensi tertinggi 0,74% di propinsi NTT dan terendah di propinsi Bali
0,08%. Hasil dari survey ini menunjukkan prevalensi TB rata-rata 0,29%. Sistem
kesehatan nasional menargetkan pengurangan prevalensi BTA (+) sampai angka
rata-rata 0,20% ditahun 2000.
Menurut WHO di tahun 1999 diperkirakan angka Insidensi TB di Indonesia
sekitar 220 per 100.000 penduduk pertahun. Secara simulasi epidemiologi, maka
5
Tuberkulosis
oleh Mycrobacterium
adalah
penyakit
tuberculocis,
menular
yang
yang
masih
disebabkan
keluarga
panjang 1-4 mikron dan tebal 0,4-3 mikrometer, tahan terhadap pewarnaan yang
asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar
kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam. Bisa
hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan
kaya oksigen terutama pada bagian apical posterior paru-paru.1
Berikut uraian mengenai cara penularan dari TB ini :
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
Risiko penularan
buruk).
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler
(cellular immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi
TB untuk menjadi sakit TB (TB Aktif). Bila jumlah orang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan
TB di masyarakat akan meningkat pula.6
Faktor Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak
kejadian dan kematian :
Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan
wanita
sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan
peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan
kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental
dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan
besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan
beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.
10
lebih
besar.
Ada
ukuran Annual
Risk
of
Tubercolosis
Environment
serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat
berkurang.
3. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya
kuman TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran
udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu
tetap di dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar
10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai
dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar
juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan. Umumnya temperatur kamar 22 30C dari kelembaban udara
optimum kurang lebih 60%.
4. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.
Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya
kuman Mycrobacterium tuberculosis.
5. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.8
Tingkat Pencegahan
13
Berkaitan
dengan perjalanan
alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pencegahan Primer2,4,5
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling
efektif,
walaupun
hanya
mengandung
tujuan
pengukuran
umum
dan
langsung
bisa
dilakukan perorangan
maupun
pengobatannya.
Petugas Kesehatan seyogyanya berusaha mengatasi beberapa faktor
manusia yang dapat menghambat terciptanya komunikasi yang baik.
Faktor yang menghambat tersebut, antara lain:
a. Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya
b. Rasa takut berlebihan yang berakibat pada timbulnya penolakan
15
menjangkau
masyarakat
terbatas,
TB-paru.
Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu
kunjungan rumah dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai
upaya mengurangi penyebaran penyakit.
16
melaporkan
hasil
kegiatannya
kepada
yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
2. Pencegahan Sekunder
17
yang baik.
Nafsu makan tidak ada, dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
saluran napas bagian atas yang akut, malaria, tipus, dan lain-lain.
Pembesaran kelenjar limpa superfisialis yang tidak sakit. Pembesaran
ini biasanya multiple, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan
paha.
Batuk lama lebih dari 30 hari, disertai tanda adanya cairan di dada.
Gejala dari saluran pencernaan, misalnya adanya diare berulang yang
tidak sembuh dengan pengobatan diare, adanya benjolan massa di
tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang
terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain
itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk
seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS
BTA hasilnya positif. 1,11,5
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang
diberikan antibiotik
Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
21
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan yang
diambil dari penderita misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal
ini sulit dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas
gambar klinis gambar foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan
adanya TBC pada anak kalau terdapat tanda tanda yang mencurigakan atau gejala gejala
seperti dibawah ini :
1) Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis kalau
Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA positif
Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 37 hari )
Terdapat gejalaumum TBC
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak
naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to
thrive).
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
disingkirkan sebab lain daribatuk) tanda cairan didada dan nyeri dada.
Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan di are benjolan (masa) di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam
abdomen.
3) Gejala spesifik
22
Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya:
TBC Kulit/skrofuloderma
TBC tulang dan sendi :
o Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus
o Tulang panggul ( koksitis ) : pincang pembengkakan dipinggul
o Tulang lutut : pincangdan / atau bengkak tulang kaki dan tangan
TBC Otak dan Saraf:
o Meningitis : dengan gejala iritabel kaku kuduk muntah-muntah dan
kesadaran menurun
Gejala mata : Konjungtivitis flikten ularis
Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan funduskopi )
positif.
pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus
dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB
24
Di Indonesia penemuan penderita TB dilakukan secara pasif. Penemuan pasif ini didukung
dengan penyuluhan secar aktif oleh petugas kesehatan maupun masyarakat. Cara ini
dikenal sebagai Passive Promotive Case Finding 4
Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang
sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktis menuju kesehatan paru (PAL =
practical approach to lung health), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),
manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan
penemuan kasus TB di layanan kesehatan, mengurangi terjadinya misopportunity
kasus TB dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala:
- Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
-
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung. Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah
satu atau lebih kriteria suspek dibawah ini:4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
tidur. Pot dahak dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Fasyankes.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di Fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi. Pengambilan 3 spesimen dahak masih diutamakan dibanding dengan 2
spesimen dahak mengingat masih belum optimalnya fungsi sistem dan hasil
jaminan mutu eksternal pemeriksaan laboratorium.4
Sejak
melaluiPuskesmas.
tahun
Obat
1969
anti
pengendalian
tuberkulosis
dilakukan
(OAT)
yang
secara
digunakan
nasional
adalah
paduanstandar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Asam Para
AminoSalisilat (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai
digunakanpaduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin, Pirazinamid
dan Ethambutol selama 6 bulan.Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB
mulai menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap.
Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh Fasyankes
terutamaPuskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.4
Vaksin BCG
26
Berdasarkan data WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia
mengalami active tuberculosis dan hampir 2 juta diantaranya meninggal
dunia.Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau
dimatikan (bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah,
meringankan, atau mengobati penyakit yang menular. Vaksin BCG merupakan
suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis
dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan
sejak tahun 1921. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya
menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 80% di seluruh dunia.
Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active
tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor
termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada
infants, dan anak-anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada
dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak
menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau
rifampin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan
yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum
dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan)
setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak
diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya positif atau telah
menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki
efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.
Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa
suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut
khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG
diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 8 oC serta terlindung dari cahaya.
Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan
(tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai
alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal.
Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk infants diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg)
2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 ml (0,1mg)
27
dokter.
Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup
efektif untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap orang dewasa yang
menderita infeksi HIV terbukti bahwa pemberian rejimen alternatif seperti
pemberian rifampin dan pyrazinamide jangka pendek ternyata cukup efektif.
Pemberian terapi preventif merupakan prosedur rutin yang harus dilakukan
terhadap penderita HIV/AIDS usia dibawah 35 tahun. Apabila mau
melakukan terapi preventif, pertama kali harus diketahui terlebih dahulu
bahwa yang bersangkutan tidak menderita TB aktif, terutama pada orangorang dengan imunokompromais seperti pada penderita HIV/AIDS. Oleh
karena ada risiko terjadinya hepatitis dengan bertambahnya usia pada
pemberian isoniazid, maka isoniazid tidak diberikan secara rutin pada
penderita TB usia diatas 35 tahun kecuali ada hal-hal sebagai berikut: infeksi
baru terjadi (dibuktikan dengan baru terjadinya konversi tes tuberkulin);
adanya penularan dalam lingkungan rumah tangga atau dalam satu institusi;
abnormalitas foto thorax konsisten dengan proses penyembuhan TB lama,
diabetes, silikosis, pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid atau
pengobatan lain yang menekan kekebalan tubuh, menderita penyakit yang
menekan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS. Mereka yang akan diberi
pengobatan preventif harus diberitahu kemungkinan terjadi reaksi samping
yang berat seperti terjadinya hepatitis, demam dan ruam yang luas, jika hal ini
28
secara langsung, jika pada pengobatan fase kedua tidak dapat dilakukan
pengawasan langsung maka diberikan pengobatan substitusi dengan INH dan
EMB selama 6 bulan. Walaupun pengobatan jangka pendek dengan 4 macam
obat lebih mahal daripada pengobatan dengan jumlah obat yang lebih sedikit
dengan jangka waktu pengobatan 12- 18 bulan namun pengobatan jangka
pendek lebih efektif dengan komplians yang lebih baik. Penderita TBC pada
anak-anak diobati dengan regimen yang sama dengan dewasa dengan sedikit
modifikasi. Kasus resistensi pada anak umumnya karena tertular dari
penderita dewasa yang sudah resisten terlebih dahulu.Anak dengan
limfadenopati hilus hanya diberikan INH dan RIF selama 6 bulan.
Pengobatan anak-anak dengan TBC milier, meningitis, TBC tulang/sendi
minimal selama 9-12 bulan, beberapa ahli menganjurkan pengobatan cukup
selama 9 bulan. Etambutol tidak direkomendasikan untuk diberikan pada
anak sampai anak cukup besar sehingga dapat dilakukan pemeriksaan buta
warna (biasanya usia > 5 tahun). Penderita TBC pada anak dengan keadaan
yang mengancam jiwa harus diberikan pengobatan inisial dengan regimen
dengan 4 macam obat. Streptomisin tidak boleh diberikan selama hamil.
Semua obat kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi efek samping yang
berat. Operasi toraks kadang diperlukan biasanya pada kasus MDR.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:
b. Obat primer/Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi
dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar dapat
dipisahkan dengan obat-obatan ini.
c. Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin, Kanamisin.7
30
Puskesmas
Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk kelompok Puskesmas
Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM),
dengan dikelilingi oleh kurang lebih 5 (lima) Puskesmas Satelit (PS). Pada
keadaan geografis yang sulit, dapat dibentuk Puskesmas Pelaksana Mandiri
(PPM) yang dilengkapi tenaga dan fasilitaspemeriksaan sputum BTA.
dihormatioleh pasien.
Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
31
PMO
adalah
petugas
kesehatan,
misalnya
Bidan
di
Mengawasi
sampaiselesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang
telah
ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai
pasien
TB
gejala-gejala
agar
menelan
mencurigakan
obat
TB
secara
untuk
teratur
segera
pencegahannya
Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
meminta pertolongan ke Fasyankes.
3. Pencegahan Tersier2,4,7
Rehabilitasi merupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit.
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
32
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara
psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,
kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya,
pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk
mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
KESIMPULAN
TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC
merupakan
salah
satu
problem
utama
epidemiologi
kesehatan
didunia.
Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi,
terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode Prepatogenesis
maupun Patogenesis. Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan Segitiga
Epidemiologi TBC.
Meningkatnya
angka
penderita
TBC
disebabkan
berbagai
faktor
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson,WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.Jakarta:
EGC, 2000 : hal.1028
33
34