Oleh :
Nama
NRP
No. Meja
Kelompok
Tanggal Praktikum
Asisten
: Siti Armilah
: 133020265
: 5 (Lima)
:J
: 11 April 2016
: Pika Apriyance
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pengolahan mentega adalah untuk diversifikasi produk
olahan pangan (susu), meningkatkan nilai ekonomis dan untuk mengetahui cara
pembuatan mentega
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pengolahan mentega adalah berdasarkan perubahan
kedudukan globula lemak dalm air susu menjadi emulsi air dalam lemak sehingga
membentuk tekstur yaitu semi padat.
Churning
(setiap 15 menit rendam dalam es selama 5 menit)
Butter milk
(ukur volume)
Bakal mentega
Penimbangan
Mentega
HASIL PENGAMATAN
Hasil
Bahan Tambahan
200 gram
Susu murni 50%
Whipping cream 50%
Garam
Berat Produk
94,2 gram
% Produk
47,1%
Bahan Utama
Organoleptik:
1. Warna
Putih kekuningan
2. Rasa
Asin
3.
Khas susu
Aroma
4. Tekstur
Lembut
5. Kenampakan
Menarik
Gambar Produk
dari lemak susu sehingga tekstur yang dihasilkan akan keras. Mentega yang
digarami biasanya memiliki flavor yang lebih tajam daripada yang tidak digarami.
Penambahan garam biasanya sekitar 2,5%. Mentega yang tidak bergaram berasa
manis, karena itu sering disebut sweet butter, sweet butter tidak selalu dibuat dari
sweet cream (Anjarsari, 2010).
Proses churning yaitu proses agitasi untuk mendapatkan bakal mentega
dari susu dengan cara penumbukan hingga menyebabkan pemisahan lemak susu
(bakal mentega) dari komponen lain dari susu yaitu air dan skim. Churning
dilakukan supaya lemak lemak susu betul-betul dipisahkan dari bahan susu
lainnya. Churning dilakukan dengan alat churn (churner), yaitu sebuah panci
besar berbentuk drum silinder, atau kerucut yang dapat berputar pada kecepatan
tertentu, sehingga terjadilah pengocokan krim yang ada didalamnya. Jika
pengocokan susu atau krim pada temperature yang cocok terus menerus dikocok
dan terantuk-antuk pada baling-baling, maka globula-globula lemak akan
berkumpul menjadi gumpalan-gumpalan lemak bakal mentega. Turut serta dalam
gumpalan-gumpalan lemak ini bagian-bagian padat lainnya dari susu juga air. Sisa
dari susu disebut susu tumbuk atau buttermilk (Anjarsari, 2010).
Selama proses churning atau pengocokan, krim susu yang dikocok
mengalami perubahan, yaitu krim kocok yang lembut, krim kocok yang agak
kaku, dan yang terakhir ialah perubahan secara mendadak dimana terjadi
pemisahan antara granula kuning dan bakal jadi mentega dalam buttermilk
(Anjarsari, 2010)
Sebelum proses pengadukan (agitasi), krim dinetralkan sampai berpH kirakira 6,8-7,2 dan kemudian di pasteurisasi. Netralisasi dapat mencegah
berkembangnya flavor yang tidak dikehendaki selama pemanasan dan juga diduga
dapat menghasilkan mentega yang mempunyai sifat tahan simpan yang lebih baik
dalam keadaan dingin (Anjarsari, 2010).
Perendaman dengan air dingin (suhunya 5-100 C) tujuannya adalah agar
lemak lebih banyak terbentuk, karena tingkat pengadukan ditentukan juga oleh
suhu adukan. Bahwa lemak akan meleleh atau rusak dalam keadaan suhu yang
tinggi. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan akan
berkurang dengan adanya penurunan suhu. (Ketaren, 1986).
Pencucian bakal mentega yang sudah jadi dilakukan dengan air dingin
sebanyak tiga kali dan pencucian yang terakhir ditambahkan gram sebanyak 7,5
gram. Pencucian dengan air dingin bertujuan untuk mencuci atau membersihkan
bakal mentega dari komponen susu lainnya seperti skim dan untuk lebih
memadatkan lemak susu hasil churning. Pencucian sebanyak tiga kali bertujuan
untuk mengoptimalisasi pendapatan bakal mentega dan pada pencucian terakhir
ditambahakan dengan garam, hal ini bertujuan untuk member rasa pada bakal
mentega dan untuk menguatkan struktur bakal mentega karena garam dapat
menyerap air dari bakal mentega. Disamping itu, pencucian dilakukan untuk
penghilangan rasa asam (Anjarsari, 2010).
Pengulian dilakukan diatas meja khusus. Pada proses pengulian, bakal
mentega diberi garam untuk mendapatkan konsentrasi mentega yang dikehendaki.
Tahap penggulian dimaksudkan untuk:
a.
b.
c.
d.
dan
dibuat
dari
cream
yang
mengalami
keasaman tidak melampaui 0.20 persen, dihitung sebagai asam laktat. Sedang
cream yang memiliki derajat keasaman lebih dari 0.20 persen disebut cream
asam (sour cream).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995) dengan
judul mentega, bahwa mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak
yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, atau tanpa penambahan
garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80
persen lemak susu. Syarat mutu mentega tersebut meliputi persyaratan kadar air,
lemak susu minimum 80 %, asam lemak bebas sebagai asam butirat, bilangan
Reichert Meissel, bilangan Bolenske, garam dapur, bahan tambahan makanan,
cemaran logam, arsen dan cemaran logam, serta cara uji, cara pengambilan contoh
sesuai petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat.
Mutu mentega tergantung mutu krim yang digunakan dan penanganan
lebih lanjut pada produk akhir. Mikroorganisme dapat memegang peranan penting
dalam mempengaruhi mutu ini. Krim yang telah mengalami kerusakan oleh ragi
atau bakteri akan mempunyai rasa kurang enak yang akan terbawa ke mentega.
Krim itu sendiri hanya dipasteurisasi dan tidak diterilisasi, sehingga beberapa
mikroorganisme yang masih hidup dapat tinggal pada mentega hasil akhir
(Buckle, 1987).
CCP (Critical Control Point) dalam pembuatan mentega ini terletak pada
proses curning dan pengulian. Saat melakukan curning, penumbukkan harus
dilakukan searah, karena jika penumbukkan dilakukan dua arah, maka
pembentukan globula lemak akan lama. Pada saat curning, suhu harus tetap
dingin. Karena suhu optimum pengadukan adalah pada suhu 5-10 oC. Dan pada
proses pengulian, proses pencucian dengan menggunakan air garam, dan
penghilangan sisa-sisa air harus benar-benar diperhatikan. Karena jika sisa-sisa air
masih terdapat dalam bakal mentega ditakutakan akan mempengaruhi kualitas
mentega.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia : Jakarta.
Tania,
Iqbal.
(2012).
Mentega,
http://mon-
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan Pembuatan Mentega
W susu murni
Basis
50
x 200
= 100
= 100 gram
W whipping cream=
= 100 gram
% Product
W produk
x 100
W basis
94,2
x 100
= 200
Basis
50
x 200
= 100
= 47,1%
Kriteria Uji
Satuan
Keadaan
Bau
Rasa
Penampakan pada suhu dibawah
30oC
Persyaratan
Normal
Normal
Normal
Air
%, b/b
Lemak susu
%, b/b
Asam lemak bebas sebagai asam %, b/b
butirat
%, b/b
Bilangan Reichert Meissel
Bilangan Polanske
-
Maks.10,0
Maks 80,0
Maks 0,8
23-12
1,6-1,8
Cemaran logam :
Besi
Tembaga
Timbal
Seng
Raksa
Timah
Arsen
8
Cemaran mikroba :
Saureus
Salmonella
(Sumber: SNI 1995)
mg/kg
Maks 4
Sesuai SNI-01-0222-1995 dan
peraturan Men Kes No 722/Men
Ken/Per/IX/88
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 1,5
Maks 0,1
Maks 0,1
Maks 40,0
Maks 0,03
Maks 40,0/250*
Maks 0,1
koloni/g
koloni/100 g
Mak 1,0x102
Negatif
merupakan emulsi lemak dalam air, menjadi produk di mana lemak merupakan
fase kontinyu dan mengandung titik-titik air sampai 16 % yang terdispersi halus.
Pada saat proses churning alat churning tersebut diputar 60 rpm dan krim dikocok
terus menerus dan terantuk-antuk pada baling-baling, sehingga akhirnya
terpisahlah lemak dari bagian krim lainnya.
2.
Jawab: Berfungsi sebagai pengikat antara lemak dengan air sehingga proses
pembuatan mentega tersebut sulit untuk dipisahkan
3.
Jawab:
Waktu pengadukan
Metode pengadukan
Kecepatan pengadukan