Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KERJA PRAKTEK DI
PT PETROKIMIA GRESIK
GRESIK JAWA TIMUR
Oleh :
Alzrin Aulyna (13012031)
Pembimbing :
Prof. Dr. Herri Susanto
Rully Eko Ardiyanto, S.T.
SEMESTER I 2015/2016
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Alzrin Aulyna (NIM. 13012031)
Menyetujui ,
Manager Produksi I
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek di PT Petrokimia Gresik pada periode 1 Juni-31
Juli 2015 dan menyelesaikan laporan khusus kerja praktek dengan baik.
Tujuan penyusunan laporan khusus ini adalah menentukan konsumsi energi dan bahan baku
spesifik produksi amoniak PT. Petrokimia Gresik secara aktual sehingga dapat dievaluasi
konsumsi energi dan bahan baku tersebut dan metode pengoptimalan konsumsi energi dan
bahan baku yang tepat. Pelaksanaan dan penyusunan laporan dalam kerja praktek ini tidak
lepas dari peran berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. IGBN Makertihartha, selaku Koordinator Mata Kuliah TK 4090 Kerja Praktek ITB
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktek di
PT. Petrokimia Gresik,
2.
Prof. Herri Susanto selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan,
bimbingan, nasihat, kritik dan saran dalam pelaksanaan kerja praktek,
3.
Rully Eko Ardianto, S.T selaku pembimbing lapangan yang telah mengajarkan dan
membimbing penulis untuk memahami banyak hal selama pelaksanaan kerja praktek,
4.
PT. Petrokimia Gresik yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
melaksanakan kerja praktek,
5.
Segenap karyawan PT. Petrokimia Gresik dan pihak-pihak lain terkait yang tidak dapat
disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diharapkan
kritik dan saran yang membangun sehingga isi laporan ini dapat lebih baik. Penulis berharap
agar laporan umum kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Gresik, 2015
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
iii
.....................................................................................................
vi
1.2 Permasalahan.........................................................................................
2.1 Perkembangan Konsumsi Bahan Baku dan Energi Amonia di Dunia .....
2.3 Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Energi di Pabrik
Amoniak ................................................................................................
11
11
12
13
13
14
19
19
19
20
20
20
21
22
23
iii
23
23
23
24
24
25
27
4.1 Perbandingan Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Energi
Pabrik Amoniak antara Perhitungan Aktual, Data Candal, dan Data
Performance test ....................................................................................
27
4.2 Analisis Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Bahan Bakar
Primary Reformer dan Superheater .......................................................
30
31
32
33
40
40
41
43
43
44
45
46
47
54
68
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1
Skema konsumsi energi dan bahan baku total pabrik amoniak PT.
Petrokimia Gresik ..................................................................................
Gambar 2.3
Gambar 2.2
10
12
Gambar 2.4
Batasan minimum nilai range dan approach sebuah cooling tower ........
15
Gambar 2.5
Gambar 4.1
Skema konsumsi energi dan bahan baku total pabrik amoniak PT.
Petrokimia Gresik pada 6 hari pengamatan .............................................
Gambar B.1
15
29
52
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 4.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel A.1.1
Tabel C.1.1
Tabel C.1.2
Tabel C.2.1
Tabel C.2.2
Tabel C.2.3
Tabel C.2.4
Tabel C.3.1
Tabel C.3.2
Tabel C.3.3
Tabel C.3.4
7
8
8
8
9
9
10
11
28
29
31
31
33
34
35
36
37
37
38
39
40
47
55
55
56
56
57
57
57
58
58
59
vi
Tabel C.3.5
Tabel C.3.6
Tabel C.3.7
Tabel C.4.1
Tabel C.4.2
Tabel C.4.3
Tabel C.4.4
Tabel C.4.5
Tabel C.4.6
Tabel C.5.1
Tabel C.5.2
Tabel D.1.1
Tabel D.2.1
Tabel D.2.2
Tabel D.2.3
Tabel D.3.1
Tabel D.3.1
Tabel D.3.1
Tabel D.3.1
Tabel D.3.1
Tabel D.3.1
Tabel D.4.1
Tabel D.4.2
Tabel D.5.1
Tabel D.5.2
Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 26 Juni 2015 ..............
Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 29 Juni 2015 ..............
Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 30 Juni 2015 ..............
Hasil antara credit energy 17 Juni 2015 ......................................................
Hasil antara credit energy 21 Juni 2015 ......................................................
Hasil antara credit energy 24 Juni 2015 ......................................................
Hasil antara credit energy 26 Juni 2015 ......................................................
Hasil antara credit energy 29 Juni 2015 ......................................................
Hasil antara credit energy 30Juni 2015 .......................................................
Hasil antara penentuan efisiensi GTG secara desain ....................................
Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 2 Juni 1994 ................
Data mentah konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar
secondary reformer dan superheater ...........................................................
Data mentah konsumsi energi dan bahan baku aktual steam dari boiler
B-1102 .......................................................................................................
Data mentah konsumsi energi dan bahan baku aktual steam dari WHB .......
Data mentah bukaan valve HC1204 pada interkoneksi amoniak-urea ..........
Data mentah konsumsi energi dan bahan baku listrik aktual ........................
Data mentah konsumsi energi listrik aktual (lanjutan 1) ..............................
Data mentah konsumsi energi listrik aktual (lanjutan 2) ..............................
Data mentah konsumsi energi listrik aktual (lanjutan 3) ..............................
Data mentah konsumsi energi listrik aktual (lanjutan 4) ..............................
Data mentah konsumsi energi listrik aktual (lanjutan 5) ..............................
Data mentah credit energy produksi amoniak 17, 21, dan 24 Juni 2015 .......
Data mentah credit energy produksi amoniak 26, 29, dan 30 Juni 2015 .......
Data mentah konsumsi energi dan bahan baku produksi amoniak
berdasarkan Candal ....................................................................................
Data mentah konsumsi energi dan bahan baku produksi amoniak
berdasarkan Performance test 2 Juni 1994 ..................................................
59
60
60
61
62
63
64
65
66
67
67
68
68
68
69
69
70
71
72
73
74
75
75
76
76
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Amoniak merupakan produk bahan kimia dasar dengan tonnase produksi tertinggi ke-2 di
dunia setelah asam sulfat. Total produksi amoniak di dunia pada tahun 2012 adalah
166.584.000 ton dengan kecenderungan pertumbuhan produksi sebesar 2,3% per tahun dari
tahun 2002. Dari total produksi amoniak di dunia, sebanyak 140.000.000 ton digunakan pada
pabrik pupuk terutama pada pembuatan urea yang mencapai 46% atau setara dengan
81.000.000 ton. Hal ini menyebabkan amoniak terutama diproduksi oleh pabrik pupuk.
Kapasitas produksi dan negara utama produsen amoniak ditunjukkan oleh Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Total produksi amoniak di dunia pada 2002-2012 (kiri) dan sepuluh negara
utama produsen amoniak di dunia (kanan).
(sumber : Yara Fertilizer Industry Handbook , Februari 2014)
Di Indonesia, kapasitas produksi amoniak sekitar 5.100.000 ton yang diproduksi oleh 5
perusahaan anggota PIHC (Pupuk Indonesia Holding Company). Akselerasi industrialisasi
termasuk industri pupuk sesuai dengan amanah Perpres 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional berdampak pada peningkatan kapasitas produksi amoniak di Indonesia. Hal
ini ditunjukkan oleh pembangunan pabrik amoniak baru di Petrokimia Gresik dan Pupuk
Kalimantan Timur. Pada industri pupuk, pabrik amoniak merupakan salah satu pabrik dengan
konsumsi energi yang tinggi.
PT. Petrokimia Gresik yang merupakan salah satu anggota PIHC dan termasuk perusahaan
pupuk terlengkap di Indonesia, mengonsumsi energi yang tinggi per tahunnya. Konsumsi
energi tertinggi terutama pada pabrik amoniak. Terkait dengan konsumsi energi di Indonesia,
penggunaan sumber energi yang melebihi 6 ribu TOE (Ton Oil Equivalent) per tahun
mewajibkan Perusahaan melakukan konservasi energi sesuai Peraturan Pemerintah yaitu PP
Nomor 70 Tahun 2009 pasal 12 ayat 3. Seiring bertambahnya kapasitas produksi amoniak
kedepannya, pabrik amoniak Petrokimia Gresik pun wajib melakukan manajemen energi
sehingga dapat dilakukan penghematan energi.
Untuk mengetahui potensi penghematan energi dari pabrik amoniak tersebut, perlu dilakukan
evaluasi terhadap konsumsi pabrik amoniak melalui perhitungan secara aktual konsumsi
energi pabrik amoniak. Perhitungan ini mencakup energi gas alam untuk listrik, steam, dan
bahan bakar di primary reformer dan superheater. Selain itu, perlu dilakukan pula
perhitungan energi kredit sehingga dapat diperoleh konsumsi energi pabrik amoniak pada
kondisi normal. Melalui evaluasi perhitungan konsumsi energi ini, maka dapat ditinjau
penggunaan masing-masing energi dan dapat dilakukan optimalisasi penggunaan energi
pabrik amoniak di PT. Petrokimia Gresik.
1.2. Permasalahan
Energi sering digunakan sebagai suatu parameter tingkat keberhasilan dan keandalan proses
sehingga menjadi salah satu aspek penting dalam suatu proses produksi, begitupun pada
produksi amoniak. Pada Petrokimia Gresik, pabrik amoniak merupakan pabrik yang
mengonsumsi energi yang tinggi pada Departemen Produksi I seperti ditunjukkan oleh
Gambar 1.2.
Amoniak
16%
37%
11%
Urea
ZA-I
12%
ZA-III
24%
Utilitas
Gambar 1.2. Konsumsi Energi Departemen Produksi I Petrokimia Gresik Juli 2015
Definisi konsumsi energi yang ditunjukkan pada Gambar 1.2 adalah konsumsi gas alam
sebagai bahan baku dan bahan bakar. Konsumsi gas alam sebagai bahan baku digunakan
untuk memproduksi amoniak sedangkan konsumsi gas alam sebagai bahan bakar digunakan
untuk menghasilkan energi listrik sebagai penggerak motor, energi steam sebagai penggerak
turbin, dan energi untuk bahan bakar di primary reformer, superheater dan start-up burner.
Penggunaan definisi tersebut cukup luas digunakan pada pabrik pupuk di Indonesia padahal
terdapat kekeliruan yaitu konsumsi gas alam sebagai bahan baku seharusnya tidak termasuk
konsumsi energi.
Pada pabrik amoniak, perhitungan konsumsi gas alam sebagai energi biasanya didasarkan
pada perkiraan saja seperti penentuan daya motor melalui nameplate spesifikasi motor. Hal
ini menyebabkan data konsumsi energi menjadi kurang akurat sehingga diperlukan
perhitungan konsumsi energi pabrik amoniak secara aktual. Selain itu, salah satu aspek yang
harus diperhatikan pada perhitungan konsumsi energi adalah pengaruh energi kredit. Dengan
mempertimbangkan pengaruh energi kredit, akan diperoleh konsumsi energi pabrik amoniak
aktual pada keadaan normal. Selain itu, perhitungan energi kredit pun dilakukan untuk
mengevaluasi jaminan lisensor saat didirikannya pabrik amoniak tersebut. Melalui
perhitungan konsumsi energi pabrik amoniak secara aktual ini, dapat diperoleh dan dianalisis
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan konsumsi energi pabrik
amoniak Petrokimia Gresik.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penugasan khusus terkait konsumsi energi pabrik amoniak Departemen Produksi
I Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak PT.
Petrokimia Gresik secara aktual
2.
Membandingkan perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik
amoniak secara aktual dengan data bagian Candal (Perencanaan dan Pengendalian) dan
performance test PT. Petrokimia Gresik.
3.
Ruang lingkup dari tugas khusus ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak PT.
Petrokimia Gresik secara aktual dilakukan pada 6 hari dibulan Juni 2015 yaitu pada
tanggal 17 Juni 2015, 21 Juni 2015, 24 Juni 2015, 26 Juni 2015, 29 Juni 2015, dan 30
Juni 2015.
2.
Hasil perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak
secara aktual dibandingkan dengan data konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan
energi pabrik amoniak bagian Candal (Perencanaan dan Pengendalian) pada hari yang
sama dan data pada performance test 1994 (dari 1 Juni 1994 hingga 5 Juni 1994).
3.
Perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak
dilakukan pada saat kondisi operasi normal, yaitu dengan pompa Benfield digerakkan
oleh JAHT(hidraulik) dan JCM700 (motor).
4.
Perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi berupa energi listrik,
energi steam, bahan bakar di primary reformer, superheater, dan start-up burner serta
energi kredit dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan yang ada pada
referensi yang disesuaikan dengan kondisi pabrik.
5.
Data aliran dan data pendukung dalam perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan
baku dan energi pabrik amoniak secara aktual diperoleh dari process flow diagram yang
berada pada DCS amoniak dan utilitas, log sheet, serta equipment list.
6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak di dunia tidak lepas dari
teknologi
pemrosesan yang terus berkembang untuk mencapai suatu hasil proses yang
semakin baik. Peningkatan efisiensi penggunaan energi pada produksi amoniak telah
dilakukan hingga lebih dari 30 tahun terakhir. Saat ini, beberapa pabrik amoniak telah
dilengkapi dengan teknologi-teknologi maju dan akan terus berkembang mengarah pada
peningkatan unjuk kerja proses yang lebih baik melalui penurunan konsumsi bahan baku dan
ebergi spesifik amoniak.. Sebagai salah satu contoh, pabrik amoniak saat ini telah mampu
mengonsumsi energi lebih rendah 30% per ton amoniak dibandingkan pabrik amoniak yang
dikonstruksi 40 tahun lalu. Gambar 2.1 berikut menunjukkan data perkembangan konsumsi
bahan baku spesifik pabrik amoniak di dunia ang ditampilkan dalam satuan energi.
Gambar 2.1. Data perkembangan konsumsi bahan baku spesifik pabrik amoniak di dunia
(sumber : Global efficiency, benchmark IFA 2012)
Berdasarkan Gambar 2.1, dapat dilihat bahwa konsumsi bahan baku spesifik amoniak terus
berkurang seiring perkembangan teknologi dan menuju suatu nilai tertentu yang disebut nilai
energi minimum. Secara termodinamika, kebutuhan gas alam sebagai bahan baku untuk
menghasilkan 1 mol NH3 sebesar 0,44 mol CH4 atau setara dengan 20,75 GJ/ton NH3 (basis
LHV CH4 = 50,1 MJ/kg).
Peningkatan efisiensi energi yang digunakan pada pabrik amoniak tidak lepas dari
perkembangan proses-proses produksi amoniak. Secara umum, terdapat dua proses produksi
amoniak berdasarkan bahan bakunya yaitu steam reforming dan partial oxidation process.
Steam reforming menggunakan bahan baku berupa gas alam atau light carbon lainnya seperti
nafta sedangkan partial oxidation menggunakan bahan baku berupa batubara atau fraksi berat
karbon lainnya. Tipe dari bahan baku yang digunakan memiliki peranan yang signifikan
dalam konsumsi energi dan bahan baku pabrik amoniak. Secara global, sekitar 72% produksi
amoniak menggunakan proses steam reforming disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
dan bahan baku dan juga emisi CO2 dibandingkan dengan proses partial oxidation.
Pada pabrik amoniak, proses steam reforming menghasilkan surplus energi yang cukup tinggi
yaitu berasal dari proses primary reforming, secondary reforming, shift conversion, dan
sintesis amoniak. Panas yang dihasilkan ini biasanya digunakan untuk memproduksi steam
bertekanan tinggi (HP steam) yang digunakan pada turbin untuk menggerakkan pompa,
kompresor dan fan. Secara umum, pabrik amoniak modern menggunakan seluruh HP steam
yang dihasilkan pabrik pada steam turbin untuk menjalankan synthesis gas compressor,
sehingga pabrik amoniak tidak perlu lagi mengimpor energi untuk menggerakkan peralatan
pendukung pabrik.
Saat ini, pabrik amoniak dengan proses steam reforming menggunakan gas alam antara 28
hingga 35,5 GJ/ton amoniak, dengan rincian 20-22 GJ/ton digunakan sebagai bahan baku, 7,2
9,0 GJ/ton dikonsumsi sebagai bahan bakar di primary reformer, dan 0,5-4,2 GJ/ton
digunakan pada auxiliary boilers dan lain-lain. Proses steam reforming pada pabrik amoniak
juga mengalami pembaharuan-pembaharuan teknologi. Saat ini, telah terdapat berbagai
macam teknologi produksi amoniak yang telah dikembangkan oleh beberapa lisensor seperti
Kellog,
Topsoe,
Uhde,
Casale,
dan lain-lain.
Beberapa
konfigurasi
baru
yang
Tabel 2.1. Konsumsi energi dan bahan baku proses produksi amoniak menggunakan
konfigurasi teknologi steam reforming
Nama proses
Penggunaan energi (GJ/t NH3)
Advanced conventional primary reforming
Kellog Low-Energy Ammonia Process
27.9 (27.01)
Haldor Topsoe Process
27.9
Uhde Process
28.0 (27.0)
LEAD Process
29.3
Exxon Chemical Process
29.0
Fluor Process
32.0
Lummus Process
29.6 33.5
Processes with reduced primary refiner firing
Braun Purifier Process
28.0 (27.0)
ICI AMV Process
28.5
Foster Wheeler AM2 Process
29.3
Humphreys & Glasgow BYAS Process
28.7
Jacobs Plus Ammonia Technology
28.8 (26.8)
Montedison Low-Pressure Process
28.1
Kelloggs LEAP Process
<28.0
Processes without a primary reformer
ICI LCA Process
29.3
Kellog Brown and Root (KBR) KAAPplus Process
27.2
Chiyoda Process
N/A
Processes without a secondary reformer
KTI PARC Process
29.3 31.8
Linde LAC Process
28.5 (29.32)
Humphreys & Glaslow MDF Process
32.82
(Sumber : Industrial Efficiency Technology Database- Ullmanns, 2011)
1
Kebutuhan amoniak di Indonesia diproduksi oleh 5 anak perusahaan PT. Pupuk Indonesia
yang tergabung dalam PIHC (Pupuk Indonesia Holding Company) yaitu PT. Petrokimia
Gresik (PKG), PT. Pupuk Kujang (PKC), PT. Pupuk Kaltim (PKT), PT. Pupuk Iskandar
Muda (PIM), dan PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang. Berdasarkan data dari PT. Pupuk
Indonesia, kapasitas produksi amoniak existing di Indonesia pada tahun 2013 sekitar
5.236.500 ton. Selain itu, teknologi proses produksi amoniak juga beraneka ragam yaitu
Kellog, ICI, Topsoe dan Lurgi. Kapasitas produksi existing, teknologi, serta konsumsi energi
dan bahan baku pada masing-masing anak produsen amoniak di Indonesia ditunjukkan oleh
Tabel 2.2 hingga Tabel 2.6.
Tabel 2.2 Produksi amoniak di PT. Pupuk Sridwijaya Palembang (PUSRI)
Dekripsi
Unit
Kapasitas
produksi
Tahun Beroperasi
Teknologi
P-II
Ton/Tahun
262.000
396.000
396.000
445.500
Tahun
1974
Teknologi
Kellog
1976
Kellog +
ICI
1977
Kellog +
ICI
1994
Kellog +
ICI
Total
1.499.500
(Sumber : http://pupuk-indonesia.com/ )
Rerata konsumsi bahan baku dan energi spesifik pabrik amoniak di PT. PUSRI ini adalah
39,45 MMBTU/ton NH3 (data laporan tahun 2013 PT.PUSRI). Pembangunan pabrik baru
berupa P-IIB sebagai pengganti pabrik II sedang dilakukan dengan teknologi KBR Purifier
berkapasitas produksi amoniak 660.000 ton/tahun dengan konsumsi bahan baku dan energi
sebesar 31,49 MMBTU/ton NH3.
Tabel 2.3 Produksi amoniak di PT. Pupuk Kujang Cikampek (PKC)
PT. Pupuk Kujang Cikampek
K-1A
K-1B
Total
Kapasitas produksi Ton/Tahun 330.000 330.000 660.000
Tahun Beroperasi
Tahun
1979
2006
Teknologi
Teknologi
Kellog
Kellog
Dekripsi
Unit
(Sumber : http://pupuk-indonesia.com/ )
Konsumsi bahan baku dan energi pabrik K-1A ini adalah 46,58 MMBTU/ton NH3 sedangkan
pabrik K-1B adalah 33,81 MMBTU/ton NH3 (data laporan tahun 2013 PT. PKC). Disebabkan
ketidakefisienan pabrik K-1A, maka pabrik ini akan diganti dengan pabrik K-1C
berkapasitas produksi 2000 MTPD dengan konsumsi bahan baku dan energi 32 MMBTU/ton
NH3.
Tabel 2.4 Produksi amoniak di PT. Pupuk Petrokimia Gresik (PKG)
PT. Petrokimia Gresik
Dekripsi
Unit
Total
Kapasitas produksi Ton/Tahun
445.000
Tahun Beroperasi
Tahun
1994
Teknologi
Teknologi
Kellog
(Sumber : http://pupuk-indonesia.com/ )
Konsumsi bahan baku dan energi pabrik amoniak di PKG ini sekitar 36,4 MMBTU/ton NH3
(data Candal Juni 2015). PKG sedang membangun pabrik amoniak baru untuk memenuhi
kebutuhan amoniak yang selama ini pemenuhannya melalui impor amoniak.
Tabel 2.5 Produksi amoniak di PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT)
PT. Pupuk Kalimantan Timur
Dekripsi
Unit
K-I
K-II
K-III
K-IV
Total
Kapasitas produksi Ton/Tahun 595.000 595.000 330.000 330.000 1.850.000
Tahun Beroperasi
Tahun
1984
1984
1989
2002
Teknologi
Teknologi
Lurgi
Kellog
Topsoe
Topsoe
(Sumber : http://pupuk-indonesia.com/ )
Konsumsi bahan baku dan energi pada pabrik amoniak di PKT bervariasi tergantung pada
proses yang digunakan. Secara keseluruhan, konsumsi bahan baku dan energi PKT dari ke-4
pabrik adalah 37,55 MMBTU/ ton NH3 (data 2012). Saat ini, PT. Kaltim sedang melakukan
pembangunan pabrik Kaltim V dengan kapasitas pabrik amoniak 2500 MTPD dan konsumsi
bahan baku dan energi sebesar 32 MMBTU/ton NH3.
Tabel 2.6 Produksi amoniak di PT. Pupuk Iskandar Muda (PKT)
PT. Pupuk Kujang Cikampek
Dekripsi
Unit
PIM-I
PIM-II
Total
Kapasitas produksi Ton/Tahun 386.000 396.000 782.000
Tahun Beroperasi
Tahun
1994
1974
Teknologi
Teknologi
Kellog
Kellog
(Sumber : http://pupuk-indonesia.com/ )
Konsumsi bahan baku dan energi pabrik amoniak PIM I adalah 41 MMBTU/ton NH3
sedangkan pabrik PIM II adalah 34 MMBTU/ton NH3 (data laporan tahunan PIM 2013).
2.3
Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Energi di Pabrik Amoniak
Konsumsi energi pada pabrik amoniak dengan proses steam reforming terdiri dari energi
listrik, energi steam, energi bahan bakar di primary reformer dan superheater. Konsumsi
energi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang berada pada proses produksi
yang disebut sebagai energi kredit. Pada steam reforming, bahan baku yang digunakan adalah
gas alam. Hal ini menunjukkan bahwa pada produksi amoniak, gas alam dikonsumsi sebagai
bahan baku dan energi. Gas alam digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilan H2. Gas
alam sebagai energi digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik di GTG,
steam di boiler, dan api di primary reformer dan superheater. Konsumsi gas alam sebagai
bahan baku dan energi pada pabrik amoniak ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Bahan baku
Pompa
NH3
Kompresor
A%
C%
Listrik
Fan
Exhausted gas
D%
E%
Boiler B-1102
(Efisiensi 80%)
F%
Primary reformer
Bahan bakar
B%
Gas Alam
Blower
MP Steam
G%
Superheater
HP Steam
Gambar 2.2 Skema konsumsi energi dan bahan baku total pabrik amoniak PT. Petrokimia
Gresik
Tabel 2.7 menunjukkan karakteristik gas alam yang digunakan di pabrik amoniak PT.
Petrokimia Gresik.
Tabel 2.7 Karakteristik gas alam pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik
No.
Parameter
Nilai
1.
Komposisi Gas Alam (% mol)
N2
0,363
CH4
98,687
CO2
0,336
C2H4
0,338
C3H8
0,124
i-C4H10
0,037
n- C4H10
0,013
i- C5H12
0,016
n- C5H12
0,069
+
C6
0,017
3
2.
High Heating Value ( BTU/ft )
1014,06
3.
Lower Heating Value (Kcal/Kg)
11748,7
(Sumber : Bagian Laboratorium Pabrik I Petrokimia Gresik)
10
Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai konsumsi gas alam sebagai bahan baku
dan bahan bakar (energi) secara umum dan secara khusus pada pabrik amoniak Petrokimia
Gresik.
Bahan utama untuk proses pembuatan amoniak adalah N2 dan H2. Kebutuhan H2 ini dapat
diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada proses pembuatan amoniak yang akan
digunakan. Perbandingan beberapa jenis sumber bahan baku H 2 pada proses produksi
amoniak ditunjukkan oleh Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Perbandingan berbagai parameter pada pabrik amoniak terhadap bahan baku yang
digunakan (relatif terhadap gas alam)
Natural gas Heavy oil Coal
Konsumsi energi
1
1,3
1,7
Biaya investasi
1
1,4
2,4
Biaya produksi
1
1,2
1,7
(Sumber : http://www.ceps.eu/system/files/Ammonia.pdf )
Pada proses steam reforming, bahan baku yang digunakan umumnya adalah gas alam.
Beberapa kelebihan gas alam dibandingkan bahan baku lainnya adalah tingginya kandungan
CH4 yang dimiliki sehingga menghasilkan lebih banyak H2 dibandingkan bahan baku lainnya
pada massa yang sama. Selain itu, pada Tabel 2.8 dapat dilihat bahwa konsumsi energi, biaya
investasi dan biaya produksi menggunakan gas alam lebih rendah dibandingkan bahan baku
lainnya. Penggunaan gas alam sebagai bahan baku memiliki persentase yang lebih besar
dibandingkan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar/energi yaitu sekitar 75%.
Pada proses produksi amoniak, selain digunakan sebagai bahan baku, gas alam ini biasanya
juga digunakan sebagai bahan bakar/energi. Gas alam sebagai energi digunakan untuk
menghasilkan listrik di gas turbine generator (GTG), steam di boiler, panas/api di primary
reformer dan superheater. Selain itu, pengaruh dari energi kredit pun perlu diperhitungkan
terhadap total konsumsi energi produksi amoniak. Persentasi gas alam yang digunakan
sebagai bahan bakar terhadap seuruh gas alam yang digunakan pada produksi amoniak adalah
sekitar 25%. Penjelasan mengenai berbagai jenis konsumsi energi dijelaskan sebagai berikut.
11
Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi produksi amoniak
berbasiskan steam reforming. Steam merupakan salah satu bahan baku pada proses produksi
amoniak. Steam diperlukan untuk menghasilkan syn gas melalui pereaksiannya dengan gas
alam. Selain itu, steam diperlukan sebagai penyuplai energi untuk menjalankan berbagai
mesin pabrik seperti pompa, kompresor, dan fan. Dalam penyediaan energi, steam
memberikan suatu cara pemindahan sejumlah energi yang terkendali dari suatu pusat
pembangkit steam sehingga dihasilkan energi yang efisien dan ekonomis sampai pada titik
penggunaannya. Pusat pembangkit steam didalam suatu pabrik biasanya berupa boiler dan
waste heat boiler (WHB). Selain itu, beberapa proses produksi amoniak juga menghaslkan
panas yang digunakan untuk membangkitkan steam seperti secondary reformer. Gambar 2.3
berikut menunjukkan skema unit utilitas yang memasok steam ke pabrik amoniak Petrokimia
Gresik.
P = 65 kg/cm2
F = 71 T/jam
Vent
PC 22220
WHB Utilitas
B-2221
GT 101
173C
WHB Secondary
Ref. NH3
PCA 1015
Vent
HPS 123Kg/cm2
101 JT
Cond
S/D MGS 6477
PCA 702
PC 703
MPS 22 Kg/cm2
103 JT
UREA
Vent
HC 1042
Cond
NH3
Vent
HC 610
Cond
MPS 42 Kg/
cm2
PCA
1016
ZA I
Turbine
PCA 1014
Vent
PCA 1017
To D 1105
B-1102
Vent
UBB
P = 44 kg/cm2
F = 105 T/jam
Gambar 2.3 Skema unit utilitas yang memasok steam ke pabrik amoniak Petrokimia Gresik
Pada pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik, kebutuhan steam diperoleh dari unit utilitas.
Pembangkitan steam yang digunakan pada pabrik amoniak ini disuplai dari boiler B1102
dengan bahan bakar gas alam dan WHB B-2221 dari gas buangan unit gas turbin generator
(GTG). Seperti pabrik amoniak pada umumnya, panas yang dihasilkan unit secondary
12
reformer dari pabrik amoniak ini digunakan sebagai pembangkit steam. Steam yang
dibangkitkan ini adalah berjenis high pressure (HP steam) dengan tekanan 120 kg/cm2. HP
steam ini selanjutnya digunakan untuk turbin dan medium pressure steam.
Salah satu jenis energi primer yang dibutuhkan dalam pabrik amoniak adalah energi listrik.
Energi listrik digunakan untuk menjalankan mesin-mesin listrik pabrik amoniak dan unit
pendukung (utilitas) amoniak seperti pompa motor,
temperatur yang tinggi. Pentingnya kontinuitas suplai energi listrik menyebabkan beberapa
pabrik memiliki unit pembangkit energi listrik. Keandalan kapasitas pembangkit listrik ini
sangat penting yaitu persesuaian antara kapasitas pembangkit yang terpasang terhadap
kebutuhan beban sehingga pasokan energi diharuskan selalu tersedia untuk melayani beban.
Terdapat berbagai jenis pembangkit listrik tergantung pada bahan bakarnya. Saat ini, terdapat
5 jenis bahan bakar utama pembangktan tenaga listrik skala besar, yaitu minyak, gas,
batubara, hidro dan nuklir serta beberapa pembangkit dengan energi terbarukan berupa
biomassa dan geotermal.
Energi listrik yang digunakan pada pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik berasal dari unit
pembangkit listrik berbahan bakar gas alam. Unit pembangkit ini adalah gas turbine
generator (GTG) dengan kapasitas terpasang 33 MW. Suplai bahan bakar dari pembangkit
ini diperoleh dari Pulau Kangean melalui pipa gas milik PT Pertamina. Gas yang dibutuhkan
adalah 7,5 MMSCFD pada load 22 MW. GTG Pabrik I dilengkapi dengan sistem bahan bakar
pengganti, sehingga ketika terjadi gangguan pada pasokan gas maka digunakan bahan bakar
kedua sebagai penggantinya yaitu solar.
Gas alam juga digunakan untuk menyuplai panas di primary reformer dan superheater. Gas
alam dan steam masuk melalui pipa-pipa berisi katalis dan bereaksi menghasilkan gas
sintesis. Reaksi yang terjadi pada primary reformer adalah sebagai berikut.
H = 49,3 kkal/mol
(2.1)
CO
H = -9,8 kkal/mol
(2.2)
H2
13
Melalui kedua reaksi diatas, secara keseluruhan reaksi yang terjadi bersifat endotermis
sehingga memerlukan panas yang diperoleh melalui pembakaran gas alam di dalam tungku
yang menghasilkan temperatur sekitar 950-1000 0C.
Pembakaran gas alam untuk superheater digunakan untuk memanaskan uap lanjut pada
superheater pipe sehingga menghasilkan uap yang superheated dan memenuhi persyaratan
untuk menggerakkan turbin uap.
Energi kredit pada produksi amoniak adalah energi yang diterima oleh pabrik amoniak
sebagai pengaruh dari faktor-faktor internal dalam pabrik amoniak tersebut. Energi kredit
dapat bersifat negatif ataupun positif terhadap konsumsi energi total produksi amoniak
tergantung pada hasil dari faktor-faktor internal yang terjadi. Pada saat pembangunan proses
produksi suatu pabrik, lisensor akan memberikan nilai batas tertentu terhadap energi kredit
dari teknologi produksi tersebut sehingga perhitungan energi kredit tidak terlalu sering
dilakukan. Selain itu, besarnya energi kredit ini relatif kecil dibandingkan energi-energi
primer lainnya. Namun, dengan memperhitungkan pengaruh energi kredit, dapat diperoleh
konsumsi energi aktual suatu teknologi proses pada keadaan normal sehingga dapat
dibandingkan keefisienan antar teknologi produksi dengan lebih akurat. Perhitungan kredit
energi ini juga dibutuhkan untuk mengevaluasi jaminan lisensor teknologi yang digunakan.
Selain itu, melalui pengevaluasian energi kredit dapat dilakukan perbaikan-perbaikan ataupun
modifikasi untuk meningkatkan unjuk kerja proses produksi amoniak secara keseluruhan.
Beberapa jenis faktor-faktor internal yang diperhitungkan sebagai kredit energi adalah
sebagai berikut.
1.
Cooling water (CW) dihasilkan pada cooling tower (CT) dengan cara mengontakkannya
dengan udara dan menguapkan sebagian air sehingga mendinginkan air umpan masuk CT.
Performa dari suatu CT biasanya diekspresikan dalam approach dan range. Approach adalah
selisih antara temperatur CW yang dihasilkan CT dengan udara sekitar sedangkan range
14
adalah selisih antara temperatur air umpan CT dan temperatur CW yang dihasilkan. Gambar
2.4 menunjukkan batasan minimum nilai range dan approach CT.
Gambar 2.4 Batasan minimum nilai range dan approach sebuah cooling tower
(sumber : Z. K. Morvay, D. D. Gvozdenac. Applied Industrial Energy and Environmental Management. 2011.
John Wiley and Son)
Pada industri petrokimia, jenis CT yang biasanya digunakan adalah mechanical draft dengan
arah aliran counter (berlawanan) ataupun cross (bersilangan). Gambar skema dari CT dengan
aliran counter dan cross ditunjukkan oleh gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Skema cooling tower dengan tipe mechanical draft aliran counter dan cross
(sumber : Z. K. Morvay, D. D. Gvozdenac. Applied Industrial Energy and Environmental Management. 2011.
John Wiley and Son)
Pada konsumsi energi di pabrik amoniak, temperatur CW yang masuk ke pabrik amoniak
mempengaruhi konsumsi daya listrik pompa CW. Saat temperatur CW lebih rendah
dibandingkan desain, jumlah CW yang harus dialirkan oleh pompa menjadi lebih rendah juga
15
sehingga memperkecil jumlah konsumsi energi listrik. Kondisi tersebut memberikan kredit
energi yang positif terhadap konsumsi energi total pabrik amoniak.
2.
Pada pabrik amoniak, purge gas adalah gas yang dibuang ke lingkungan dengan tujuan
mencegah akumulasi gas inert pada syn loop. Gas inert pada pabrik amonia berupa Ar, N2,
dan CH4. Aliran purge gas ini pada awalnya mengandung Ar, N2, CH4, H2, dan sedikit NH3.
Kandungan H2 dan NH3 yang terdapat pada aliran biasanya diserap kembali. Purge gas ini
dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan bakar untuk memasok kebutuhan panas di primary
reformer. Adanya purge gas dalam produksi amoniak menunjukkan terdapatnya energi yang
terbawa purge gas sehingga akan mempengaruhi konsumsi energi pabrik amoniak.
3.
Performa Kompresor
Kompresor adalah peralatan mekanik yang digunakan untuk memberikan energi pada fluida
gas/udara agar dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain secara kontinu atau untuk
menaikkan tekanan. Penambahan energi tersebut dapat tejadi karena adanya gerakan mekanik
sehingga kompresor mengubah energi mekanik (kerja) ke dalam energi tekanan (potensial)
dan panas yang tidak berguna.
Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja dari suatu kompresor adalah temperatur aliran
masuk gas. Kompresor menghasilkan panas pada operasinya yang kontinyu. Panas ini
dilepaskan ke kamar/ruang kompresor sehingga memanaskan udara masuk.
Hal ini
mengakibatkan rendahnya efisiensi volumetrik dan pemakaian daya menjadi lebih besar
sehingga, sebelum masuk kompresor, aliran gas masuk didinginkan terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan karena saat temperatur rendah maka rapat massa gas akan naik (pada kapasitas
aliran yang sama) sehingga laju aliran massa akan meningkat pada laju volumetrik yang
tetap yang menyebabkan daya yang dibutuhkan kompresor untuk mengalirkan gas yang sama
menjadi lebih rendah. Perbedaan temperatur aliran masukan ini akan berpengaruh pada
jumlah total energi yang dikonsumsi. Temperatur aliran masuk yang rendah akan
meningkatkan efisiensi energi kompresor. Hal ini pun berlaku pada pabrik amoniak yang
mencakup banyak kompresor seperti pada kompresi gas sintesis.
16
4.
Kandungan CO2
Gas CO2 adalah salah satu produk samping dari proses steam reforming. Keberadaan CO2 ini
harus dihilangkan karena merupakan racun bagi katalis Fe2O5 dalam konverter amoniak. Pada
pabrik pupuk, CO2 yang dihasilkan oleh pabrik amoniak ini digunakan untuk bahan baku
pabrik urea. Salah satu metode yang umum digunakan pada penghilangan gas CO2 di pabrik
amoniak adalah melalui absorbsi dengan absorben tertentu seperti larutan Benfield.
Proses penghilangan CO2 dengan metode tersebut dilakukan dalam 2 tahapan yaitu absorbsi
gas CO2 dan pelepasan gas CO2 untuk regenerasi larutan Benfield di stripper. Proses absorbsi
dilakukan pada tekanan tinggi dan temperatur rendah sedangkan proses stripping dilakukan
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi sehingga sebelum dilakukan daur ulang, larutan
Benfield didinginkan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa performa unit pendingin
sebelum absorber cukup berpengaruh terhadap performa penghilangan gas CO2.
Selain dengan absorbsi, penghilangan kandungan CO2 pun dilakukan lebih lanjut pada
metanator. Hal ini disebabkan kadar CO2 maksimum pada sintesis amoniak adalah 10 ppm.
Pada metanator, dibutuhkan gas H2 untuk mengubah CO2 menjadi CH4. Hal ini menunjukkan
kadar CO2 yang tinggi pada aliran masukan metanator akan menyebabkan konsumsi gas H2
yang tinggi pula sehingga akan mengurangi gas H2 yang akan bereaksi membentuk NH3.
Berkurangnya gas H2 menyebabkan konversi kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
produk amoniak yang terbentuk lebih sedikit.
5.
Terdapat beberapa produk amoniak yang dihasilkan oleh suatu pabrik amoniak yaitu hot
product dan cold product. Temperatur dari cold product sekitar -330C sedangkan hot product
300C. Temperatur dari total produk amoniak ini berpengaruh pada konsumsi energi amoniak.
Hal ini terjadi karena konsumsi energi yang cukup besar diperlukan untuk mengkondensasi
amoniak yang terbentuk hingga memenuhi spesifikasi produk tertentu. Jika produk amoniak
dapat disuplai dalam bentuk gas, konsumsi energi menjadi lebih relatif lebih kecil
dibandingkan jika produk amoniak harus disuplai dalam keadaan liquid pada -330C.
17
6.
Temperatur HP Steam
High pressure steam adalah steam yang dihasilkan melalui pemanfaatan panas aliran
keluaran secondary reformer. Tekanan HPS adalah sekitar 120 kg/cm2. HPS ini selanjutnya
akan digunakan pada turbin dan juga diubah menjadi MP steam (42,2 kg/cm2) untuk
kebutuhan mesin-mesin pabrik amoniak. MP steam selanjutnya pun akan digunakan pada
turbin. Untuk menjaga steam tidak mengalami kondensasi saat pemanfaatannya, maka
temperatur HP steam diatur pada nilai tertentu. Semakin rendah temperatur HPS maka
kebutuhan HPS akan semakin banyak untuk beban yang sama begitupun sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan temperatur HPS berdampak pada konsumsi energi pabrik
amoniak.
7.
Rasio S/C
Rasio steam to carbon (S/C) adalah perbandingan jumlah steam yang dipasok ke dalam
proses primary reforming terhadap karbon yang berada pada gas alam. Literatur
menyarankan penggunaan rasio S/C yang tinggi untuk mencegah masalah mekanikal selama
proses keberjalanan pabrik. Rasio S/C yang tinggi menjadi lebih efektif karena beberapa
faktor yaitu akan mengonversi CH4 pada keadaan setimbang sehingga methane slip menjadi
lebih sedikit. Selain itu, rasio S/C yang tinggi pun akan menghambat pembentukan karbon di
reformer. Salah satu kelemahan dari pemakaian rasio S/C yang tinggi adalah konsumsi steam
menjadi lebih besar karena adanya kelebhan steam yang tidak bereaksi. Melalui rasio S/C
yang rendah, konsumsi energi memang menjadi lebih kecil tetapi akan meningkatkan
methane slip dan deposit karbon di reformer yang akan menyebabkan local overheating. Hal
ini menyebabkan perlu dilakukannya optimasi pada rasio S/C.
Berdasarkan data literatur, rasio S/C yang optimum adalah sekitar 3. Pada S/C sebesar 4,
kebutuhan energi cukup besar perbedaannya dengan rasio S/C sebesar 3 sehingga kenaikan
total biaya menjadi lebih besar dibandingkan performa yang dihasilkan. Pada rasio 2,5 jumlah
methane slip cukup besar sehingga tidak direkomendasikan. Pada pabrik amoniak, perbedaan
rasio S/C dengan S/C desain akan berpengaruh terhadap total konsumsi energi secara
keseluruhan.
18
BAB III
METODOLOGI PENYELESAIAN
Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan
energi pada pabrik amoniak berupa data komponen dalam suatu aliran, komposisi, tekanan,
temperatur, dan laju alir. Seluruh data tersebut diperoleh dari bagian distributed control
system (DCS) amoniak serta utilitas Departemen Produksi I. Sebelum proses pengambilan
data, penentuan titik pengambilan data diperoleh dari piping and instrumentation diagram
(P&ID). Selain itu terdapat pula data nilai kalor gas alam yang diperoleh dari bagian
Laboratorium Produksi I.
Data spesifikasi berbagai alat yang digunakan pada perhitungan konsumsi gas alam sebagai
bahan baku dan energi diperoleh dari equipment list yang bagian Dokumen dan Teknologi
Informasi (Doktekin) serta dari bagian listrik Departemen Pemeliharaan I. Sebagai data
pembanding perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak
secara aktual, digunakan data bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi I (Candal) dan
data desain pabrik ( performance test) yang diperoleh dari bagian Departemen Proses dan
Pengelolaan Energi (PPE). Berbagai data yang digunakan pada setiap bagian perhitungan
konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi dijelaskan sebagai berikut.
Gas alam digunakan sebagai bahan baku pada pabrik amoniak Petrokimia Gresik. Data-data
yang dibutuhkan untuk konsumsi gas alam sebagai bahan baku adalah sebagai berikut.
-
Nilai GHV (Gross Heating Value) dari gas alam, diperoleh dari Laboratorium Produksi I
Data laju alir gas alam total sebagai bahan bakar diperoleh dari aliran FI1028B bagian
amoniak
Data laju alir gas alam sebagai bahan baku diperoleh dari selisih antara aliran FI1042B
(laju alir masuk total gas alam) dan aliran FI1028B (laju alir gas alam untuk primary
reformer dan superheater)
19
Kapasitas produksi amoniak pada saat titik pengambilan data, diperoleh dari aliran
FI1058D bagian amoniak
Gas alam digunakan sebagai bahan bakar di Petrokimia Gresik yang meliputi bahan bakar di
primary reformer dan superheater, pembangkitan steam di boiler dan WHB, dan penghasil
listrik di GTG. Berikut ini adalah penjelasan sumber data dari masing-masing konsumsi gas
alam untuk kebutuhan energi tersebut.
3.1.2.1 Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Bakar di Primary Reformer dan Superheater
Gas alam digunakan sebagai bahan bakar pada primary reformer dan superheater pabrik
amoniak Petrokimia Gresik. Data-data yang dibutuhkan untuk konsumsi gas alam sebagai
bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut.
-
Nilai GHV (Gross Heating Value) dari gas alam, diperoleh dari Laboratorium Produksi I
Data laju alir gas alam sebagai bahan bakar di primary reformer dan superheater
diperoleh dari aliran FI1028B
Kapasitas produksi amoniak pada saat titik pengambilan data, diperoleh dari aliran
FI1058D bagian amoniak
Daya masing-masing motor listrik yang sedang beroperasi, baik pada pabrik amoniak
ataupun utilitas pendukung pabrik amoniak serta lamanya waktu operasi. Daftar motormotor listrik yang sedang beroperasi pada saat pengambilan data diperoleh dari bagian
DCS amoniak dan DCS utilitas. Daya aktual masing-masing motor diperoleh dari
substation. Terdapat 3 substation yang mencakup daya motor-motor tersebut yaitu SS-0,
20
SS-2, dan SS-4. Selain itu, pengambilan rekapan data beberapa daya motor dapat
dilakukan melalui DCS utilitas. Untuk motor-motor berkapasitas kecil yang tidak
memiliki alat ukur, daya yang digunakan adalah daya desain motor (dari bagian listrik di
Departemen Pemeliharaan).
-
Laju alir gas alam yang dibutuhkan GTG, diperoleh dari DCS Utilitas
Nilai GHV (Gross Heating Value) dari gas alam, diperoleh dari Laboratorium Produksi I
Kapasitas produksi amoniak pada saat titik pengambilan data, diperoleh dari aliran
FI1058D bagian amoniak
Steam untuk pabrik amoniak diperoleh dari boiler B-1102 dan WHB pada bagian utilitas.
Data-data yang dibutuhkan untuk konsumsi energi dan bahan baku steam adalah sebagai
berikut.
-
Nilai GHV (Gross Heating Value) dari gas alam, diperoleh dari Laboratorium Produksi I
Laju alir gas alam yang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler B-1102, diperoleh
dari data harian DCS Utilitas
Laju alir gas alam yang digunakan untuk tambahan bahan bakar pada WHB utilitas,
diperoleh dari data harian DCS Utilitas
Laju alir steam yang diproduksi unit boiler B1102 bagian utilitas dengan menggunakan
data laju alir boiler feed water (BFW) total FIC600, laju alir BFW ke desuperheater
FIQR616, dan blowdown (sebanyak 3% dari laju alir BFW yang masuk boiler B1102),
diperoleh dari DCS utilitas
Laju alir steam yang diproduksi oleh WHB utilitas, diperoleh dari data harian DCS
Utilitas
Laju alir steam yang dikonsumsi pabrik amoniak dari boiler B1102, diperoleh dari data
aliran FI1092 dari DCS amoniak
Laju alir steam yang dikonsumsi pabrik amoniak dari WHB utilitas, diperoleh dari data
aliran FI1091B dari DCS amoniak
Bukaan valve HC1402 interkoneksi steam dari pabrik amoniak ke urea, dapat diperoleh
dari DCS amoniak maupun DCS Utilitas
Kapasitas produksi amoniak pada saat titik pengambilan data, diperoleh dari aliran
FI1058D bagian amoniak
21
Terdapat beberapa jenis energi yang termasuk dalam energi kredit pada pabrik amoniak.
Data-data yang dibutuhkan untuk credit energy adalah sebagai berikut.
a.
Temperatur CW
- Temperatur CW ke pabrik amoniak (TI1817), diperoleh dari DCS amoniak
- Temperatur CW ke pabrik amoniak desain, diperoleh dari bagian PPE
b.
Purge gas
- Laju alir purge gas dari 103 L (hydrogen recovery unit), dengan data aliran FI1075
di DCS amoniak
- Komposisi aliran purge gas dari 103 L, diperoleh dari data desain pabrik
- Laju alir purge gas dari 103 E LP scrubber, diperoleh dari data desain pabrik (tidak
dilengkapi FI)
- Komposisi aliran purge gas dari 103 E, diperoleh dari data desain pabrik
c.
d.
e.
Kondisi HP Steam
- Temperatur HP steam, diperoleh dari TI1553 bagian DCS amoniak
- Temperatur HP steam desain, diperoleh dari data desain di PPE
f.
g.
Rasio S/C
- Rasio S/C aktual yang diperoleh dari data FFY1201 di DCS amoniak
Data-data aktual dan desain yang telah dikumpulkan kemudian diolah sehingga diperoleh
konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik.
Data diperoleh pada 6 titik percobaan yaitu pada 17 Juni 2015, 21 Juni 2015, 24 Juni 2015,
26 Juni 2015, 29 Juni 2015, dan 30 Juni 2015. Beberapa asumsi dalam pengolahan data pun
dilakukan karena tidak tersedianya beberapa data yang dibutuhkan. Perhitungan dan asumsiasumsi yang dilakukan pada perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi
pabrik amoniak adalah sebagai berikut.
Penentuan energi gas alam yang digunakan sebagai bahan baku ditunjukkan oleh persamaan
3.1 berikut.
[ ] =
] [ ]
3 [ 3 ]
(3.1)
Nilai GHV gas alam diasumsikan sama pada bulan Juni karena nilai GHV dianalisis per
bulan di Laboratorium Produksi I.
3.2.2.1 Gas Alam sebagai Bahan Bakar di Primary Reformer dan Superheater
Penentuan energi gas alam yang digunakan sebagai bahan bakar di primary reformer dan
superheater ditunjukkan pula oleh persamaan 3.1 yang digunakan pada penentuan energi gas
alam sebagai bahan baku.
23
Penentuan energi steam diperoleh melalui pengolahan data pada boiler B1102, WHB, dan
interkoneksi pabrik amoniak dan pabrik urea. Penentuan energi steam yang digunakan baik
pada boiler B1102 maupun pada WHB ditunjukkan oleh persamaan 3.2 berikut.
3 [ ]
3 [ 3 ]
(3.2)
Berdasarkan persamaan 3.2 diatas, nilai laju produksi steam baik pada boiler B1102 maupun
WHB ditentukan melalui persamaan 3.3 berikut.
(3.3)
[ ]
Penentuan energi steam yang melewati interkoneksi antara pabrik amoniak dan urea
diperoleh dengan menggunakan recommended velocity dari bukaan valve HC1402 untuk
penentuan laju alir steam di pipa interkoneksi. Hal ini dilakukan karena tidak terdapat FI pada
pipa tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan pada penentuan recommended velocity ini
adalah kecepatan volumetrik dan densitas steam di dalam pipa interkoneksi dianggap
homogen. Nilai laju produksi steam pada pipa interkoneksi diperoleh dari persamaan 3.4
berikut.
. =
. .3
3
. .3
3
(3.4)
Selanjutnya, nilai energi steam yang melalui pipa interkoneksi ditunjukkan oleh persamaan
3.5 berikut.
[ ]
3 [ 3 ]
(3.5)
24
3600 0,9447
1.000 .000
(3.6)
Energi listrik yang dikonsumsi oleh motor-motor tersebut diperoleh dari GTG yang berbahan
bakar gas alam. Energi yang terkandung dalam gas alam yang digunakan pada GTG
ditunjukkan oleh persamaan 3.7 sebagai berikut.
1000 24 3600
[ ] =
10 6 1055
(3.7)
Panas yang hilang pada GTG menjadi exhausted gas ditunjukkan oleh persamaan 3.8
sehingga efisien GTG diperoleh dari persamaan 3.9
(3.8)
(3.9)
Sehingga, konsumsi energi listrik total pabrik amoniak ditunjukkan oleh persamaan 3.10
berikut.
[ ]
.3 [ 3 ]
(3.10)
Penentuan konsumsi energi dan bahan baku pabrik amoniak yang termasuk pada energi kredit
adalah sebagai berikut.
a.
Setiap kenaikan temperatur CW yang masuk ke pabrik amoniak sebesar 30C dari desain,
maka diperlukan konsumsi energi dan bahan baku ekstra sebesar 0,089 Gcal/ ton NH3.
Temperatur CW desain adalah 320C.
Energi kredit [ ] =
3
0,089[ ]
3
(3.11)
25
b.
Purge gas
Penentuan energi kredit akibat adanya purge gas ditunjukkan oleh persamaan 3.12 sebagai
berikut.
Energi kredit [ ] =
] 24[ ]
(3.12)
.3 [ 3 ]
c.
] [
Penentuan energi kredit pengaruh dari unjuk kerja 150-C/130-C ditunjukkan oleh persamaan
3.13 sebagai berikut.
d.
115 [ ] 130 [ ]
10 ,5 [ ]
0,011 [ ]
3
(3.13)
Penentuan kredit energi pengaruh dari unjuk kerja 180C ditunjukkan oleh persamaan 3.14
sebagai berikut. Jumlah CO2 desain keluaran KO drum adalah 600 ppm.
109
e.
2 600 [ ]
100 [ ]
0,0011
(3.14)
Kondisi HP Steam
Penentuan energi kredit pengaruh dari kondisi HP steam ditunjukkan oleh persamaan 3.15
sebagai berikut. Temperatur HP steam desain adalah 510 0C.
f.
510 [ ] [ ]
15 [ ]
0,011
(3.15)
Penentuan energi kredit pengaruh temperatur produk NH3 diperoleh dari kurva hubungan
konsumsi energi dan bahan baku amoniak terhadap temperatur rata-rata seluruh produk
amoniak.
g.
Rasio S/C
Penentuan energi kredit pengaruh dari rasio S/C ditunjukkan oleh persamaan 3.16 sebagai
berikut. Rasio S/C desain adalah 3,2.
/
/ 3,2
0,1
0,02
(3.16)
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perbandingan Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Energi Pabrik
Amoniak antara Perhitungan Aktual, Data Candal, dan Data Performance test
Hasil perbandingan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pabrik amoniak pada
6 titik percobaan (17 Juni 2015, 21 Juni 2015, 24 Juni 2015, 26 Juni 2015, 29 Juni 2015, dan
30 Juni 2015) antara perhitungan aktual, data bagian Candal (Perencanaan dan
Pengendalian), dan data performance test (2 Juni 1994) ditunjukkan oleh tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Perbandingan konsumsi bahan baku dan energi spesifik produk amoniak data
aktual, Candal dan performance test 2 Juni 1994
Tanggal
17 Juni
2015
21 Juni
2015
Perhitungan
Aktual
Konsumsi gas
alam
Konsumsi gas
alam
(MMBTU/ton NH3)
(MMBTU/ton NH3)
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
28,97
29,06
0,32
29,13
0,56
Konsumsi steam
4,88
5,13
5,10
2,64
45,91
Konsumsi listrik
2,37
2,10
11,23
1,79
24,44
Energi kredit
0,77
2,04
164,62
Konsumsi gas
alam
Data Candal
Galat
(%)
Performance test
2 Juni 1994
Konsumsi gas
Galat
alam
(%)
(MMBTU/ton NH3)
Total
35,44
36,29
2,38
31,52
11,07
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
29,28
29,23
0,17
29,13
0,53
Konsumsi steam
4,79
5,07
5,45
2,64
44,90
Konsumsi listrik
2,44
2,10
13,91
1,79
26,67
Energi kredit
0,87
2,04
135,27
Total
35,64
31,52
11,57
36,40
2,11
27
Tabel 4.1 Perbandingan konsumsi bahan baku dan energi spesifik produk amoniak data
aktual, Candal dan performance test 2 Juni 1994 (lanjutan)
Tanggal
24 Juni
2015
26 Juni
2015
29 Juni
2015
30 Juni
2015
Konsumsi gas
alam
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
Konsumsi steam
Konsumsi listrik
Energi kredit
Total
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
Konsumsi steam
Konsumsi listrik
Energi kredit
Total
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
Konsumsi steam
Konsumsi listrik
Energi kredit
Total
Gas alam
(bahan baku dan
bahan bakar di
primary
reformer dan
superheater)
Konsumsi steam
Konsumsi listrik
Energi kredit
Total
Perhitungan
Aktual
Konsumsi gas
alam
Konsumsi gas
alam
(MMBTU/ton NH3)
(MMBTU/ton NH3)
29,52
29,22
1,03
29,13
1,33
4,79
2,48
0,71
36,08
4,90
2,15
1,77
13,39
36,26
0,50
2,64
1,79
2,04
31,52
45,05
27,82
186,90
12,63
29,33
29,43
0,33
29,13
0,70
4,79
2,38
0,76
35,74
5,03
2,15
3,16
9,77
36,60
2,42
2,64
1,79
2,04
31,52
44,89
24,90
167,15
11,81
29,76
29,13
2,14
4,87
2,49
0,72
36,40
36,40
2,15
2,64
1,79
2,04
31,52
45,84
28,10
181,88
11,54
29,91
29,34
1,91
29,13
1,33
4,81
2,53
0,83
36,41
5,01
2,18
4,08
13,62
36,52
0,31
2,64
1,79
2,04
31,52
44,91
27,82
186,90
12,63
Data Candal
Galat
(%)
Performance test
2 Juni 1994
Konsumsi gas
Galat
alam
(%)
(MMBTU/ton NH3)
28
Berdasarkan Tabel 4.1, konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi rata-rata pabrik
amoniak secara aktual pada kondisi normal dengan 6 titik pengambilan data tersebut adalah
35,97 MMBTU/ton NH3. Data Candal menunjukkan konsumsi gas alam sebagai bahan baku
dan energi rata-rata pabrik amoniak yang lebih tinggi yaitu sekitar 36,41 MMBTU/ton NH3
sedangkan menurut data performance test 6 Juni 1994, konsumsi gas alam pabrik amoniak
adalah 31,52 MMBTU/ton NH3. Perbedaan nilai gas alam sebagai bahan baku dan energi ini
ditunjukkan oleh galat-galat pada setiap jenis konsumsi gas alam. Penentuan galat tersebut
didasarkan terhadap perhitungan aktual. Konsumsi gas alam baik sebagai bahan baku dan
energi ditunjukkan oleh Gambar 4.1 berikut.
Bahan baku
Pompa
NH3
Kompresor
69,7 %
5,81 %
Listrik
Exhausted gas
0,56 %
11,45 %
Boiler B-1102
(Efisiensi 80%)
Bahan bakar
30,3 %
Gas Alam
Fan
Blower
MP Steam
10,86 %
Primary reformer
1,62 %
Superheater
HP Steam
Gambar 4.1. Skema konsumsi energi dan bahan baku total pabrik amoniak PT. Petrokimia
Gresik pada 6 hari pengamatan
Pada perbandingan perhitungan aktual dan data Candal, galat pada konsumsi energi listrik
sekitar 12,71%, energi steam sekitar 4,57%, dan gas alam sebagai bahan baku dan bahan
bakar di primary reformer dan superheater sekitar 0,49%. Galat tertinggi antara data Candal
terhadap aktual terdapat pada energi listrik. Tidak ada perhitungan kredit energi pada Candal.
Pada perbandingan perhitungan aktual dan data performance test pada 2 Juni 1994, galat
konsumsi energi listrik sekitar 26,90%, energi steam 45,23%, gas alam sebagai bahan baku
dan bahan bakar di primary reformer dan superheater sekitar 1,13%, dan energi kredit sekitar
171,16%. Galat konsumsi energi antara data performance test 2 Juni 1994 terhadap
perhitungan aktual cukup tinggi dengan galat konsumsi energi tertinggi adalah kredit energi.
Adanya galat-galat tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada
subbab-subbab selanjutnya.
29
Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar total (energi) ditunjukkan oleh Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Konsumsi gas alam sebagai energi di pabrik amoniak Petrokimia Gresik
Konsumsi gas alam sebagai energi
Tanggal
(MMBTU/ton NH3)
17 Juni 2015
13,11
21 Juni 2015
13,36
24 Juni 2015
13,73
26 Juni 2015
13,41
29 Juni 2015
13,82
30 Juni 2015
13,77
4.2. Analisis Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Bahan Bakar Primary
Reformer dan Superheater
Konsumsi gas alam sebagai bahan baku merupakan konsumsi gas alam tertinggi pada pabrik
amoniak yaitu 69,7 %. Pada Petrokimia Gresik, konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan
bahan bakar di primary reformer dan superheater dibuat menjadi satu kesatuan sehingga
pembahasan ini pun mencakup konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar di
primary reformer dan superheater. Gas alam sebagai bahan baku digunakan untuk
memproduksi syn gas pada reformer. Konsumsi gas alam sebagai bahan baku sekitar 3 kali
lipat daripada konsumsi gas alam sebagai bahan bakar di primary reformer dan superheater
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan contoh perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
Tabel 4.3 Konsumsi bahan baku dan bahan bakar primary reformer dan superheater pabrik
amoniak
Tanggal
17 Juni 2015
21 Juni 2015
22,33
22,28
6,64
7,00
24 Juni 2015
22,35
7,17
26 Juni 2015
22,33
7,00
29 Juni 2015
22,58
7,18
30 Juni 2015
22,64
7,27
30
Secara termodinamika, konsumsi bahan baku minimum pada pabrik amoniak dari
perhitungan
metana dan steam yang dibutuhkan dari reaksi kimia stoikiometri secara
keseluruhan adalah 0,44 mol metana untuk setiap mol produk amoniak (Klaus : 2011). Bila
menggunakan basis gross heating value (GHV), energi ini setara dengan 45,50 Gcal (21,83
MMBTU) per ton amoniak. Jika energi bahan baku PT. Petrokimia Gresik ini dibandingkan
dengan batas minimum konsumsi bahan baku bahan baku secara termodinamika, dapat
dianalisis energi bahan baku pada produksi amoniak telah baik dengan galat rata-rata sebesar
2,69% (<5%). Salah satu hal yang menyebabkan konsumsi energi dan bahan baku bahan
baku rendah ini adalah suplai gas pada PT. Petrokimia Gresik memiliki kandungan CH 4 yang
tinggi yaitu 98,687%.
Konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar di primary reformer dan
superheater antara perhitungan aktual, data Candal dan data performance test 2 Juni 1994
memberikan nilai galat yang cukup kecil yaitu <5%. Hal ini menunjukkan bahwa secara
statistika, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara penentuan konsumsi bahan
baku dan bahan bakar primary reformer dan superheater. Perbedaan yang kecil antara data
aktual dan performance test 2 Juni 1994 menunjukkan bahwa performa produksi dalam
pengonsumsian bahan baku dan bahan bakar di primary reformer dan superheater masih
terpelihara dengan baik.
Konsumsi energi steam di pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik digunakan sebagai bahan
baku dan juga penggerak turbin untuk menjalankan kompresor. Steam yang disuplai ke
pabrik amoniak sebagian besar berasal dari unit boiler B-1102 dan sebagian kecil dari WHB.
Selain itu terdapat pula ekspor steam dari pabrik amoniak ke pabrik urea pada jumlah
tertentu. Namun, pada pipa interkoneksi tersebut tidak terdapat FI sehingga laju alir
ditentukan melalui recommended velocity pada bukaan pipa HC1402. Nilai bukaan valve
HC1402 pada 6 titik pengambilan data memiliki nilai yang sama sehingga nilai ekspor energi
steam pada pipa interkoneksi tetap. Tabel 4.4 berikut menunjukkan konsumsi energi steam
pabrik amoniak secara lebih rinci dan contoh perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
31
17 Juni 2015
4,89
0,23
-0,26
21 Juni 2015
4,80
4,81
4,87
4,86
4,81
0,23
0,24
0,18
0,26
0,26
-0,26
-0,26
-0,26
-0,26
-0,26
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
Galat antara data perhitungan aktual dan data Candal pada Tabel 4.1 (sekitar 4,57%)
disebabkan pada data Candal perhitungan yang dilakukan tidak terlalu terperinci. Pada data
Candal, konsumsi energi steam diasumsikan hanya disuplai dari boiler B1102 saja, suplai
energi steam dari WHB dan ekspor steam pada interkoneksi tidak diperhitungkan. Jika dilihat
pada Tabel 4.4, konsumsi energi dan bahan baku steam WHB memang hampir setara dengan
ekspor steam interkoneksi ke urea tetapi perbedaan yang kecil pun perlu diperhitungkan agar
diperoleh data konsumsi energi yang akurat.
Pada data konsumsi performance test 2 Juni 1994, galat konsumsi energi steam terhadap data
aktual cukup besar (sekitar 45,23%). Galat ini disebabkan pada pembentukan awal pabrik,
suplai steam hanya didesain berasal dari WHB utilitas saja, sedangkan keperluan steam untuk
mesin produksi disuplai dari WHB hasil secondary reformer.
Konsumsi energi listrik pada produksi amoniak digunakan pada motor-motor listrik baik pada
pabrik amoniak maupun unit-unit pendukung produksi amoniak. Unit-unit pendukung ini
terdiri dari motor-motor untuk menyuplai steam dari B1102, CW dari T-2211A dan T-1201,
air demin dari DP-I dan DP-II, soft water dari produk lime softening unit (LSU), dan udara
instrumen dari C-2231ABD. Spesifikasi dari masing-masing motor bervariasi pada 6KV dan
380 V. Tabel 4.5 menunjukkan konsumsi energi listrik pada produksi amoniak untuk setiap
bagian pada tanggal 30 Juni 2015.
32
Tabel 4.5 Konsumsi energi listrik produksi amoniak 30 Juni 2015 PKG (rinci)
Jenis Motor
Steam dari B1102
Cooling water dari T-2211 dan T1201 A
Air demin dari Demin plant I
Air demin Demin plant II
Soft water dari unit LSU
Udara Instrumen
Pabrik amoniak
MOV boiler
Total
Daya (kW)
855,22
5865,00
186,20
367,90
77,54
89,07
1603,00
222,00
9265,93
Lama
Operasi
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
24 jam
10 menit
Konsumsi energi
(MMBTU/ton
amoniak)
0,24
1,64
0,05
0,10
0,02
0,02
0,45
1,19 x 10-7
2,53
Melalui Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa konsumsi energi dan bahan baku listrik terbesar
berada pada penyuplaian CW dari T-2211 dan T1201A. Hal ini disebabkan terdapatnya
motor dengan kapasitas yang besar yaitu 4 buah MP-2211 (satu buah stand by) 6KV dan 3
buah MP-1201 (satu buah stand by) 380 V. Selanjutnya adalah konsumsi listrik pada pabrik
amoniak. Konsumsi energi dan bahan baku listrik terbesar pada pabrik amoniak adalah motor
penggerak pompa larutan Benfield 107-JCM dengan kapasitas 6 KV.
Galat konsumsi energi listrik antara data perhitungan aktual dan data Candal pada tabel 4.1
(sekitar 12,71%) disebabkan pada data Candal perhitungan daya listrik menggunakan data
aktual saja pada motor-motor yang memiliki breaker sedangkan pada data aktual digunakan
beberapa data desain pada motor-motor yang tidak memiliki breaker. Galat konsumsi energi
listrik antara performance test 2 Juni 1994 terhadap data aktual saat ini dapat terjadi akibat
efisiensi GTG pada saat performance test adalah sekitar 27% sedangkan saat ini efisiensi
GTG dalam menghasilkan listrik sekitar 21%. Selain itu, pompa JCM 700 tidak beroperasi
saat performance test serta adanya penambahan ataupun pengurangan motor-motor yang
digunakan pada produksi amoniak memengaruhi konsumsi energi dan bahan baku listrik
produksi amoniak.
Energi kredit pada produksi amoniak adalah energi yang diterima oleh pabrik amoniak
sebagai perngaruh dari faktor-faktor internal dalam pabrik amoniak tersebut. Melalui
perhitungan energi kredit dalam konsumsi energi pabrik amoniak, dapat diketahui konsumsi
33
energi pabrik amoniak total pada keadaan normal serta mengevaluasi jaminan lisensor
terhadap teknologi produksi amoniak yang digunakan. Energi kredit ini dapat bersifat negatif
ataupun positif terhadap konsumsi energi total tergantung pada unjuk kerja yang diberikan.
Energi kredit pada perhitungan aktual dan data performance test 2 Juni 1994 memberikan
galat tertinggi diantara berbagai konsumsi energi (171,46%). Galat ini disebabkan karena
performa beberapa faktor internal yang tergolong energi kredit telah mengalami beberapa
modifikasi sejak performance test 1994. Beberapa jenis energi kredit tersebut akan dianalisis
sebagai berikut.
a.
Temperatur CW yang masuk ke pabrik amoniak berpengaruh pada konsumsi energi listrik
yaitu untuk pompa CW. Temperatur desain CW pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik
adalah 320C dan setiap kenaikan temperatur 30C, konsumsi energi dan bahan baku pabrik
amoniak bertambah sekitar 0,089 Gcal/ ton NH 3. Tabel 4.6 berikut menunjukkan energi
kredit pengaruh temperatur CW pada 6 titik pengambilan data dan saat performance test 2
Juni 1994 dan contoh perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
Tabel 4.6 Temperatur CW pada 6 titik pengambilan data dan performance test 1994
Tanggal
Temperatur CW (0C)
Energi kredit (Gcal/ton NH3)
2 Juni 1994
34,62
0,0777
17 Juni 2015
30,45
-0,0469
21 Juni 2015
31,61
-0,0117
24 Juni 2015
30,39
-0,0476
26 Juni 2015
30,82
-0,0351
29 Juni 2015
31,37
-0,0187
30 Juni 2015
30,88
-0,0332
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan temperatur CW antara
performance test 2 Juni 1994 dengan temperatur CW saat ini. Pada performance test 2 Juni
1994, temperatur CW berada diatas temperatur desain 32 0C sedangkan saat ini temperatur
CW telah berada di bawah temperatur desain. Hal ini menunjukkan performa yang baik dari
cooling tower yang digunakan. Saat ini, terdapat dua jenis CT yang digunakan untuk
menyuplai CW ke pabrik amoniak yaiitu T-1201 A yang beraliran counter current dan T2211 A yang beraliran cross flow. Salah satu penyebab rendahnya temperatur CW adalah
kondisi T-1201 A yang baru diperbaiki sehingga memiliki unjuk kerja yang baik. Temperatur
CW yang lebih rendah dibandingkan data desain menyebabkan laju volumetrik CW menuju
34
pabrik amoniak menjadi lebih kecil sehingga konsumsi energi listrik pompa CW menjadi
lebih rendah. Hal ini menyebabkan energi kredit akibat temperatur CW saat ini berpengaruh
positif terhadap konsumsi energi dan bahan baku pabrik seperti ditunjukkan oleh tabel 4.5.
b.
Purge gas
Purge gas bertujuan untuk mencegah akumulasi gas-gas inert pada syn loop. Saat ini, pada
pabrik amoniak PT. Petrokimia Gresik, purge gas berasal dari dua buah sumber yaitu dari LP
ammonia scrubber 103 E dan dari hydrogen recovery unit (HRU) 103 L. Gas dari LP
ammonia scrubber 103 E ini berasal dari flash gas dari proses kondensat flash tank 150 F,
170 F, dan 190 F. Purge gas yang berasal dari unit 103 E langsung dibuang melalui vent
sehingga semakin banyak laju gas yang dihasilkan maka semakin banyak pula energi yang
terbuang. Purge gas yang berasal dari 103 L dihasilkan dari HRU. Pada HRU, gas H2 dan
NH3 diambil sehingga semakin banyak laju gas H2 yang dikeluarkan dari unit tersebut,
semakin banyak energi terbuang. Selain itu, banyaknya purge gas yang dikeluarkan pada
dasarnya akan mengurangi jumlah reaktan yang akan bereaksi pada reaktor amoniak.
Komposisi dari purge gas yang berasal dari 103 E dan 103 L ditunjukkan oleh Tabel 4.7
berikut.
Tabel 4.7 Komposisi purge gas dari unit 103 L dan 103 E
Sumber purge gas
103 L
103 E
GHV (Kcal/kg)
2863,31
13584,54
Terdapat perbedaan energi kredit akibat purge gas saat performance test 1994 dan saat ini.
Pada saat performance test 1994, terdapat purge gas yang berasal dari CO2 stripper flash
drum tetapi saat ini alat tersebut sudah tidak digunakan lagi sehingga tidak terdapat lagi
purge gas dari CO2 stripper flash drum. Selain itu, saat ini pada LP ammonia scrubber 103 E,
amoniak yang terkandung pada aliran tidak diambil sehingga purge gas mengandung NH3.
Tabel 4.8 menunjukkan energi kredit terhadap konsumsi energi dan bahan baku total pabrik
amoniak akibat purge gas dan contoh perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
35
Tabel 4.8 Energi kredit pengaruh purge gas pabrik amoniak PKG
Sumber Purge
gas
103 L (HRU)
LP NH3 scrubber
(103E)
CO2 stripper
flash drum
Total Konsumsi
Energi
0,4149
0,4141
0,4139
0,4187
0,4175
0,1500
0,0345
1,3093
1,3245
1,3017
1,3122
1,2761
1,2387
1,2441
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.7, meskipun terdapat perbedaan sumber purge gas
tetapi karena pada LP NH3 scrubber tidak dilakukan pengambilan NH3, total credit energy
akibat purge gas memiliki hasil yang mirip antara data performance test 2 Juni 1994 dengan
data perhitungan aktual.
c.
Unit 115-C adalah unit CW yang berfungsi untuk menurunkan temperatur aliran gas sintesis
yang dilakukan sebelum memasuki syn gas compressor tahap 1 sedangkan 130-C adalah unit
CW yang berfungsi untuk menurunkan temperatur aliran gas sintesis setelah keluar syn gas
compressor tahap 1 untuk kemudian memasuki tahap 2. Semakin rendah temperatur aliran
gas yang memasuki kompresor, maka energi yang dibutuhkan akan semakin rendah. Hal ini
disebabkan pada temperatur rendah, massa jenis aliran fluida menjadi lebih besar sehingga
laju alir massa menjadi lebih besar untuk konsumsi energi yang sama. Unjuk kerja 115C/130-C merupakan salah satu pernyebab terdapatnya galat energi kredit antara data aktual
dan performance test 2 Juni 1994. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Energi kredit pengaruh unjuk kerja 115-C/130-C PKG
Tanggal
2 Juni 1994
17 Juni 2015
21 Juni 2015
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
T keluar 115C
(0C)
58,68
6,62
6,80
6,41
6,98
7,26
7,10
Tkeluar 130C
(0C)
46,6
46
46
45,5
46
47
47
36
Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa energi kredit akibat unjuk kerja 115-C/130-C pada data
aktual memberikan kredit positif terhadap konsumsi total produksi amoniak sedangkan pada
data performance test 2 Juni 1994 memberikan kredit negatif. Hal ini disebabkan oleh
temperatur keluaran 115-C saat ini sangat berbeda dengan saat performance test. Perbedaan
ini disebabkan adanya pendinginan lebih lanjut yang dilakukan sebelum memasuki syngas
compressor tahap 1. Setelah pendinginan dengan CW pada 115-C, dilakukan pendinginan
lebih lanjut dengan amoniak di 115-C2. Temperatur yang jauh lebih rendah ini menunjukkan
unjuk kerja yang lebih baik daripada keadaan performance test sehingga memberikan energi
kredit positif terhadap konsumsi energi dan bahan baku total pabrik amoniak.
d.
Energi kredit akibat performa pada 109-C ditunjukkan oleh kadar CO2 yang keluar dari KO
drum menuju metanator. Penghilangan CO2 dilakukan dengan absorbsi menggunakan larutan
Benfield. Energi digunakan pada pompa-pompa yang digunakan untuk mengalirkan absorben
pada tahap absorbsi serta meregenerasi absorben di tahap stripper. Kadar CO2 keluar KO
drum desain pada pabrik amoniak Petrokimia Gresik adalah 600 ppm. Unit 109-C adalah unit
pendingin aliran daur ulang larutan Benfield dari stripper menuju absorber. Temperatur aliran
larutan Benfield yang rendah diinginkan untuk absorbsi CO2 di kolom absorbsi. Semakin
tinggi temperatur larutan Benfield, kemampuan absorbsi CO2 semakin rendah, sehingga
kandungan CO2 pada aliran keluar absorber menjadi lebih besar. Penghilangan sejumlah kecil
CO dan CO2 harus dilakukan karena dapat mengoksidasi katalis pada tahap sintesis amoniak
sehingga menjadi tidak aktif. Oleh karena itu, CO dan CO2 dikonversikan kembali menjadi
CH4 yang bersifat inert terhadap katalis di sintesis amoniak melalui proses methanasi di
dalam metanator (106 D) dengan reaksi yang ditunjukkan oleh persamaan 4.1 dan 4.2 sebagai
berikut.
CO + 3H2 CH4 + H2O
H = -206,11 kJ/mol
(4.1)
H = -164,9 kJ/mol
(4.2)
Hal ini menunjukkan ketika kandungan CO2 yang keluar dari tahap absorbsi semakin besar,
kebutuhan H2 untuk proses metanasi di metanator untuk menurunkan kadar CO dan CO2
hingga 10 ppm pun menjadi lebih besar sehingga H2 yang digunakan sebagai bahan baku
semakin kecil yang kemudian akan memengaruhi konversi pada reaksi sintesis amoniak.
Kredit energi akibat unjuk kerja 109-C ditunjukkan oleh Tabel 4.10 dan contoh perhitungan
dilampirkan pada Lampiran B.
37
Berdasarkan Tabel 4.9, kandungan CO2 keluar KO drum aktual yang lebih tinggi daripada
desain menunjukkan performa yang lebih rendah dibandingkan desain sehingga memberikan
kredit energi yang negatif terhadap konsumsi energi pabrik amoniak. Nilai energi kredit
pengaruh unjuk kerja 109-C antara data Candal dan data aktual memberikan hasil yang mirip.
e.
HPS yang diproduksi dari panas secondary reformer berguna sebagai pemasok steam untuk
kebutuhan konsumsi steam di pabrik amoniak. Steam ini digunakan pada turbin 103JT dan
105JT serta menghasilkan MP steam yang selanjutnya digunakan pada turbin-turbin dan
keperluan steam lainnya. Kondisi HP steam ini mempengaruhi konsumsi energi dan bahan
baku steam yang digunakan. Berdasarkan desain, temperatur HP steam ini adalah 5100C.
Semakin rendah temperatur HPS, semakin banyak konsumsi steam yang dibutuhkan untuk
kondisi beban yang sama, begitupun sebaliknya. Tabel 4.11 menunjukkan credit energy
akibat temperatur HP steam dan contoh perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
Tabel 4.11 Energi kredit akibat temperatur HP steam pada pabrik amoniak PKG
Tanggal
Temperatur HP steam (0C) Energi kredit (MMBTU/ton NH3)
2 Juni 1994
502,16
0,0226
17 Juni 2015
516,46
-0,0188
21 Juni 2015
516,20
-0,0180
24 Juni 2015
515,67
-0,0165
26 Juni 2015
516,31
-0,0184
29 Juni 2015
516,03
-0,0175
30 Juni 2015
516,10
-0,0177
Melalui Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa energi kredit pengaruh temperatur HPS aktual
memiliki perbedaaan yang cukup jauh terhadap performance test. Hal ini terjadi karena
temperatur HPS aktual saat ini lebih tinggi dibandingkan temperatur desain. Hal ini
38
menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan performance test sehingga memberikan
kredit energi yang positif pada konsumsi energi pabrik amoniak.
f.
Temperatur rata-rata produk total amoniak (cold product dan hot product) mempengaruhi
konsumsi energi pabrik amoniak. Hal ini terjadi karena dibutuhkan sejumlah energi yang
cukup besar pada kompresor yang digunakan dalam proses kondensasi amoniak. Tabel 4.11
menunjukkan energi kredit pengaruh temperatur rata-rata produk amoniak dan contoh
perhitungan dilampirkan pada Lampiran B.
Tabel 4.11 Energi kredit pengaruh temperatur rata-rata produk amoniak PKG
2 Juni 1994
17 Juni 2015
19,04
21 Juni 2015
24 Juni 2015
22,11
21,93
-0,3562
26 Juni 2015
21,92
-0,3524
29 Juni 2015
25,07
30 Juni 2015
23,81
-0,4193
-0,3920
Tanggal
Salah satu penyebab galat yang besar antara data aktual energi kredit dengan data
performance test 2 Juni 1994 adalah energi kredit yang disebabkan oleh temperatur rata-rata
produk amoniak. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12. Perbedaan ini disebabkan oleh
temperatur rata-rata produk amoniak saat ini yang lebih tinggi dibandingkan performance
test. Salah satu penyebab hal tersebut adalah saat ini kapasitas produksi hot product sudah
lebih banyak dibandingkan cold product. Hot product ini digunakan pada pabrik urea.
Semakin banyaknya hot product menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk
mengkondensasi amoniak semakin berkurang sehingga konsumsi energi menjadi lebih kecil.
Pada tabel 4.11 terlihat bahwa temperatur rata-rata produk amoniak Petrokimia lebih tinggi
dibandingkan temperatur rata-rata desain sehingga memberikan energi kredit yang positif
terhadap konsumsi energi pabrik amoniak.
39
g.
Rasio S/C
Rasio S/C pada desain adalah 3,4. Semakin tinggi nilai S/C, maka steam yang dibutuhkan
semakin tinggi sehingga berpengaruh pada konsumsi energi pabrik amoniak. Nilai S/C yang
rendah pun sebenarnya dapat menjadi masalah yaitu methane slip, tetapi apabila performa
yang diberikan dapat dijaga dengan menurunkan rasio S/C maka konsumsi energi akan
menjadi lebih rendah. Nilai S/C yang lebih rendah dibandingkan nilai desain akan
memberikan kredit energi yang positif untuk konsumsi energi pabrik amoniak.
Pada pengamatan, rasio S/C pada 6 hari pengambilan data memiliki nilai yang sama yaitu
sebesar 3,33. Rasio S/C tersebut memberikan energi kredit yang positif sebesar 0,1056
MMBTU/ton NH3. Pada performance test 2 Juni 1994, energi kredit pengaruh rasio S/C
adalah 0,1587 MMBTU/ton NH3 dengan rasio 3,4. Nilai rasio S/C keadaan aktual yang lebih
rendah dengan performa yang sama menunjukkan bahwa keadaan saat ini lebih baik daripada
performance test 2 Juni 1994 jika ditinjau dari aspek konsumsi energi.
4.6. Rekomendasi Metode Pengoptimalan Konsumsi energi dan bahan baku Pabrik
Amoniak PT. Petrokimia Gresik
Rekomendasi pengoptimalan konsumsi energi dan bahan baku produksi amoniak jangka
pendek bersifat tidak berbiaya dan tidak melibatkan perubahan proses. Rekomendasi yang
dapat diberikan sebagai upaya pengoptimalan konsumsi energi dan bahan baku produksi
amoniak jangka pendek adalah evaluasi efisiensi peralatan mesin pabrik secara rutin.
Alat-alat mesin pabrik seperti turbin, kompresor, pompa, fan, dan lain-lain beroperasi dengan
efisiensi tertentu. Peralatan dengan efisiensi rendah berdampak pada konsumsi energi yang
tinggi (boros). Pengevaluasian terhadap efisiensi mesin-mesin tersebut secara berkala dapat
memberikan gambaran kinerja operasi dari masing-masing peralatan sehingga dapat menjadi
pertimbangan untuk pemeliharan alat-alat tersebut, perbaikan ataupun penggantian dengan
alat baru sehingga efisiensi penggunaan mesin-mesin pabrik tetap tinggi. Salah satu
contohnya adalah performa cooling tower setelah mengalami perbaikan yaitu dapat
menurunkan temperatur cooling water yang masuk ke dalam pabrik amoniak sehingga
40
jumlah CW akan menurun yang berdampak pada menurunnya energi listrik yang dibutuhkan
oleh pompa CW.
A.
Berbiaya sedang
Pada peralatan pembangkit panas, sumber terbesar dari kehilangan panas adalah konveksi dan
radiasi energi dari sistem ke lingkungan. Kehilangan panas ini tergantung pada temperatur
luar dari peralatan pemanas dan dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam
efisiensi proses pemanasan yang dilakukan. Bahan isolasi seperti batu bata dan bahan tahan
panas lainnya yang digunakan pada peralatan dan pipa sangat penting untuk meminimalkan
kehilangan panas. Kinerja dari bahan isolasi lama akan memburuk seiring berjalannya waktu
sehingga penting untuk melakukan survei rutin efisiensi isolasi sehingga dapat diambil
tindakan korektif.
Saat ini, perbaikan yang signifikan dalam efisiensi pemanasan proses dapat dicapai dengan
menggunakan bahan serat tahan api baru (refractory fiber) dengan daya penyimpan panas
serta konduktivitas termal yang rendah. Proses pengaplikasiannya meliputi pelapisan tungku,
pembuatan lapisan serat antara bahan isolasi standar dengan dinding tungku. Mengganti
bahan isolator standar dengan isolator serat tahan api vakum juga dapat meningkatkan
efisiensi pembangkitan panas.
Perbaikan katalis pada high temperature shift (HTS) dengan penambahan Cu dapat mencegah
terbentuknya produk samping metana dan hidrokarbon. Hal ini berdampak pada penggunaan
rasio S/C yang rendah pada proses reforming. Rendahnya penggunaan rasio S/C ini akan
mengurangi konsumsi energi tetapi dilain pihak juga tidak menimbulkan deposit karbon
41
karena perbaikan katalis yang dilakukan. Lalu, perbaikan katalis pada LTS dapat
menyebabkan pengoperasian reaksi pada temperatur lebih rendah sehingga menurunkan
produk samping yang tidak diinginkan berupa metanol.
B.
Berbiaya tinggi
Salah satu rekomendasi jangka panjang yang berbiaya tinggi adalah dengan menggunakan
metode purifikasi akhir menggunakan kriogenik (minimisasi gas inert) setelah unit
metanator. Tujuan utama dari purge gas adalah mencegah adanya akumulasi gas inert pada
aliran daur ulang di syn loop. Hal ini dilakukan karena akumulasi dari gas inert ini akan
menghambat konversi amoniak di reaktor. Proses steam reforming dengan metanasi sebagai
tahap terakhir purifikasi menghasilkan gas sintesis yang mengandung gas inert cukup besar.
Jika gas inert ini dapat dipisahkan dari aliran gas sintesis yang akan memasuki reaktor
amoniak, maka kebutuhan purging dapat diminimumkan. Selain itu, hal ini juga akan
meningkatkan konversi reaksi pembentukan amoniak dan mengurangi biaya operasi pada
proses syn loop. Tahap purifikasi akhir menggunakan kriogenik adalah salah satu cara
memisahkan gas inert dari aliran masuk gas sintesis ke reaktor. Unit ini dibuat setelah proses
metanasi. Selain itu, kriogenik adalah pemisahan yang dilakukan pada temperatur sangat
rendah, sehingga hal ini menguntungkan karena tidak diperlukan lagi pendinginan aliran saat
akan memasuki proses kompresi syngas.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Melalui perhitungan konsumsi energi dan bahan baku spesifik produksi amoniak di PT.
Petrokimia Gresik diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1.
Konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi produksi amoniak PT.Petrokimia
secara aktual pada 6 titik pengambilan data pada bulan Juni 2015 sekitar 35,97
MMBTU/ton NH3 dan berdasarkan data bagian Pengendalian dan Perencanaan (Candal)
sekitar 36,41 MMBTU/ton NH3 sedangkan berdasarkan data performance test 2 Juni
1994, konsumsi gas alam tersebut adalah 31,52 MMBTU/ton NH3.
2.
Konsumsi gas alam sebagai bahan baku pada 6 titik pengambilan data sebesar 22,39
MMBTU/ton NH3 dan konsumsi gas alam sebagai bahan bakar terdiri dari konsumsi
energi bahan bakar di primary reformer dan superheater sebesar 7,04 MMBTU/ton
NH3, steam sebesar 4,82 MMBTU/ton NH3, konsumsi energi listrik 2,44 MMBTU/ton
NH3, dan credit energy sebesar 0,78 MMBTU/ton NH3
3.
Perbandingan data Candal terhadap data aktual memberikan galat terbesar pada
konsumsi energi dan bahan baku listrik yaitu 12,71%, kemudian galat konsumsi energi
dan bahan baku steam sebesar 4,57 %, dan galat konsumsi bahan bakar dan bahan baku
sebesar 0,49 %.
4.
Perbandingan data performance test 2 Juni 1994 terhadap data aktual memberikan galat
terbesar pada credit energy yaitu 171,16%, lalu galat konsumsi energi dan bahan baku
steam yaitu 45,23%, galat konsumsi energi dan bahan baku listrik sebesar 45,23 %, dan
galat konsumsi bahan bakar dan bahan baku sebesar 1,13 %.
5.
Galat pada energi kredit disebabkan oleh perbedaan performa dan kondisi pabrik, yaitu
temperatur cooling water, energi terbawa purge gas, kondisi 115-C/130-C, temperatur
HP steam, temperatur produk amoniak.
6.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengoptimalkan konsumsi energi dan bahan baku
produksi amoniak PT.Petrokimia Gresik mencakup jangka pendek berupa evaluasi
efisiensi peralatan mesin pabrik secara rutin, dan jangka panjang berupa penggunaan
insulasi tungku pembakaran reformer yang lebih baik, perbaikan katalis pada shift
conversion dan penggunaan kriogenik sebagai purifikasi tahap akhir.
43
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan mengenai evaluasi konsumsi energi dan bahan baku
produksi amoniak PT. Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut.
1.
Perlunya pengevaluasian flow indicator (FI) pada produksi steam total oleh boiler B1102
sehingga pengambilan data menjadi lebih akurat.
2.
Perlunya evaluasi kebutuhan steam untuk produksi amoniak yang disuplai dari boiler dan
WHB sehingga tidak perlu adanya interkoneksi dengan urea.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
46
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
Contoh perhitungan konsumsi energi dan bahan baku produksi amoniak yang akan digunakan
adalah data pada tanggal 29 Juni 2015 denga kapasitas produksi NH3 adalah 1356,41 ton.
B.1. Perhitungan konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar primary
reformer dan superheater
- Bahan Baku
GHV
=1018,95 BTU/scf
=30,06 MMSCFD
[
] []
[
]=
3
3 [ 3 ]
1018,95 30,06
1356,41
= 22,58
3
=
- Bahan Bakar
GHV
=1018,95 BTU/scf
=9,56 MMSCFD
[
] []
[
]=
3
3 [ 3 ]
1018,95 9,56
1356,41
= 7,18
3
=
Sehingga konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar primary reformer dan
superheater adalah penjumlahan konsumsi energi dan bahan baku keduanya yaitu 29,76
MMBTU/ ton NH3
47
= 7,014 MMSCFD
= 1018,9470 BTU/scf
= 5,54 ton
= 3% BFW
[ ]
=
[ ]
7,014 1018,9470
2344,0104
= 3,0486
90,0484 ton/hari
3 [ ]
3 [ 3 ]
3,0486 90,0484 24
= 4,8574
1356 ,41
WHB
Kebutuhan bahan bakar
= 2,1902 MMSCFD
= 1018,9470 BTU/scf
= 1716,8 ton/hari
[ ]
=
[ ]
2,1902 1018,9470
1716,8
= 1,2999
=
=
11,2123 ton/hari
3 [ ]
3 [ 3 ]
1,2999 11,2123 24
1356 ,41
= 0,2578
48
Interkoneksi
= 42 kg/cm2
P aliran masuk
Dipilih V
= 7250 ft/menit
= 2209,8 m/menit
Diameter pipa
Luas = ( 2 )2 = (
= 3 inch = 0,0762 m
0,0762 2
)
2
= 0,0045 2
= 59%
= 1402 60
= 2209,8
0,0045 2 0,59 60
3
= 356,7434
= 15,05 kg/m3
Densitas steam
=
= 356,7434
15,05 3
= 5368,9895
= 5,3689
Kemudian, laju produksi steam ditentukan dari perhitungan proporsional boiler dan
WHB.
. =
. .3
3
. .3
3
3,05 2161,16
2161,16 + 269,09
1,30
269,09
2161,16 + 269,09
2,7396
=
49
=
=
[ ]
3 [ 3 ]
2,7396 5,3689 24
1356 ,4058
= 0,2692
Sehingga konsumsi energi steam produksi amoniak adalah = konsumsi steam dari B1102 +
konsumsi steam dari WHB
energi steam ekspor ke urea
Konsumsi energi steam = 4,8574 + 0,2579 0,2692 = 4,8460 MMBTU/ton amoniak
= 8,061 MMSCFD
Load GTG
= 21930 KW
106 1055
[ ] =
1000 24 3600
= 100294,9886
1000 24 3600
= 100294,9886 21930
= 78364,9886
Sehingga, efisiensi GTG menjadi sebagai berikut.
[ ]
100294,9886 78364,9886
=
= 21,86 %
100294,986
50
106
= 737, 8403
[ ]
.3 [ 3 ]
737 ,8403
= 2,4878
B.4.1 Temperatur CW
Temperatur CW aktual
= 31,37
[
]=
0,089[
]
3
3
3
=
31,37 32
0,089 = 0,0187
= 0,0743
3
3
3
= 4264,34 kg/jam
= 439 kg/jam
24
.3 3
2863 ,3138 4264 ,34 24
= 0,3215 = 1,2761
1356 ,41
1356 ,41
115 130 [ ] =
3
115 130 =
7,26 47
10,5
115 [ ] 130 [ ]
10,5 [ ]
0,011 [ ]
3
51
180 =
2 600 [ ]
1000 600
100
100 [ ]
0,0011
510 [ ] [ ]
15 [ ]
0,011
0,011 = 0,0044
= 0,0175
821,83 ton/hari
33,860C
127,44 ton/hari
-31,58 0C
+
+
+
821 ,83 33,86 +(127 ,44 31,58)
(821 ,83+127 ,44)
= 25,070C
Credit energy ditentukan oleh kurva hubungan konsumsi energi dan bahan baku
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03 y = -5 x 10-5 x2 - 0.003x + 0.001
0.02
R = 0.997
0.01
0
-40
-30
-20
-10
10
Gambar B.1 Kurva hubungan konsumsi energi dan bahan baku terhadap temperatur produk
amoniak
52
Diperoleh energi kredit sebesar -0,0897 Gcal/ ton NH3 atau setara dengan -0,3562
MMBTU/ton NH3
3,33 3,2
0,1
/ 3,2
0,1
0,02 = 0,0258
0,02
= 0,1024
Sehingga, total dari seluruh credit energy pada tanggal 29 Juni 2015 adalah 0,7222
MMBTU/ton NH3.
53
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
C.1 Hasil Antara Konsumsi Aktual Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Bahan Bakar
Primary Reformer dan Superheater
Tabel C.1.1 Hasil antara konsumsi gas alam sebagai bahan baku
Tanggal
Jumlah Gas
Alam
(MMSCFD)
17-Jun-15
30,06
30628,5943
1371,87
22,32618
21-Jun-15
29,93
30501,0563
1369,00
22,27987
24-Jun-15
30,09
30655,8910
1371,42
22,35340
26-Jun-15
30,08
30651,6166
1372,41
22,33422
29-Jun-15
30,06
30629,5016
1356,41
22,58137
30-Jun-15
30,23
30798,3841
1360,34
22,64017
GHV
(BTU/scf)
1018,947
Kapasitas
Produksi
(ton)
Tabel C.1.2 Hasil antara konsumsi gas alam sebagai bahan bakar primary reformer dan
superheater
Tanggal
Jumlah Gas
Alam
(MMSCFD)
17-Jun-15
8,94
9107,9614
1371,87
6,6391
21-Jun-15
9,41
9585,0477
1369,00
7,0015
24-Jun-15
9,64
9827,3144
1371,42
7,1658
9603,6843
1372,41
6,9977
GHV
(BTU/scf)
1018,947
Kapasitas
Produksi
(ton)
26-Jun-15
9,43
29-Jun-15
9,56
9742,5120
1356,41
7,1826
30-Jun-15
9,70
9882,9734
1360,34
7,2651
54
C.2
Tabel C.2.1 Hasil antara konsumsi energi steam dari boiler B-1102
Tanggal
Jumlah
Bahan
Bakar
(MMSCFD)
Steam
yang
diproduksi
(ton/hari)
Laju Produksi
Steam
(MMBTU/
ton steam)
Kebutuhan
Steam
Amoniak
(ton steam)
Kapasitas
produksi
(ton)
Konsumsi
Steam
(MMBTU/
ton NH3)
17-Jun-15
7,2140
2434,6224
3,0192
2222,5107
1371,8689
4,8913
21-Jun-15
7,0113
2357,7984
3,0300
2170,0477
1368,9962
4,8030
24-Jun-15
7,0477
2354,0736
3,0505
2162,3701
1371,4193
4,8099
26-Jun-15
7,2067
2404,5912
3,0538
2189,4289
1372,4062
4,8718
29-Jun-15
7,0140
2344,2960
3,0486
2161,1604
1356,4058
4,8574
30-Jun-15
6,9600
2338,0104
3,0333
2156,5902
1360,3422
4,8088
Tabel C.2.2 Hasil antara konsumsi energi steam dari WHB utilitas
Tanggal
Jumlah
Bahan
Bakar
(MMSCFD)
Steam
yang
diproduksi
(ton/hari)
Laju Produksi
Steam
(MMBTU/
ton steam)
Kebutuhan
Steam
Amoniak
(ton steam)
Kapasitas
produksi
(ton)
Konsumsi
Steam
(MMBTU/
ton NH3)
17-Jun-15
2,0408
1715,2
1,2124
262,1495
1371,8689
0,2317
21-Jun-15
2,0687
1712,8
1,2307
257,4739
1368,9962
0,2315
24-Jun-15
2,1755
1708,8
1,2973
252,8188
1371,4193
0,2391
26-Jun-15
2,1442
1709,6
1,2780
195,0310
1372,4062
0,1816
29-Jun-15
2,1902
1716,8
1,2999
269,0946
1356,4058
0,2579
30-Jun-15
2,2453
1723,2
1,3277
268,3971
1360,3422
0,2620
55
Tabel C.2.3 Hasil antara penentuan laju alir steam pada interkoneksi amoniak-urea
Parameter
Nilai
Satuan
P aliran masuk
42
kg/cm2
Kondisi steam
Superheated
Vrecommended
2500 12000
ft/menit
7250
ft/menit
2209,8
m/menit
Vrata-rata
D pipa interkoneksi
Luas penampang pipa
Bukaan valve HC1402
laju alir volumetrik
In
0,0762
0,0046
59
m2
%
5,9457
m3/menit
356,7435
m3/jam
Densitas steam
15,05
kg/m3
5368,9895
5,3689
kg/jam
ton/jam
Tabel C.2.4 Hasil antara ekspor energi steam pada interkoneksi amoniak-urea
C.3
Interkoneksi
(MMBTU/ton
NH3)
2,7251
2,7332
5,3690
5,3690
0,2560
0,2573
2,7562
5,3690
0,2590
2,8189
5,3690
0,2647
2,7396
2,7266
5,3690
5,3690
0,2603
0,2583
17 Juni
2015
22,82
21 Juni
2015
22,60
24 Juni
2015
22,10
26 Juni
2015
22,82
29 Juni
2015
21,93
30 Juni
2015
21,58
8,07
8,22
8,18
8,13
8,06
8,08
1018,947
GHV (BTU/SCF)
Energi Gas Alam
(kJ/s)
Panas hilang
Exhausted Gas (kJ/s)
1018,947
1018,947
1018,947
1018,947
1018,947
100406,97
102273,27
101750,70
101141,04
100294,99 100543,83
77590,30
79676,60
79650,70
78324,38
78364,99
78963,83
Efisiensi GTG
0,23
0,22
0,22
0,23
0,22
0,21
56
Tabel C.3.2 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 17 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Konsumsi
energi dan
bahan baku
listrik total
(MMBTU)
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
861,72
24
74452608
70,3415
309,5445
0,2256
5859,00
24
506217600
478,2651
2104,6523
1,5342
186,20
24
16087680
15,1993
66,8862
0,0488
367,90
24
31786560
30,0314
132,1559
0,0963
77,54
24
6699456
6,3295
27,8537
0,0203
89,07
24
7695820,8
7,2709
31,9962
0,0233
1597,50
24
138024000
130,4025
573,8491
0,4183
0,17
37,0074
780963761,8
3,49 x 10-5
737,8403
1,59 x 10-4
3246,9380
1,1788 x 10-7
2,3668
222,00
Total
Tabel C.3.3 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 21 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
856,72
24
74020608
69,9333
316,5205
0,2312
5856,90
24
506036160
478,0937
2163,8680
1,5806
186,20
24
16087680
15,1993
68,7927
0,0503
367,90
24
31786560
30,0314
135,9229
0,0993
77,54
24
6699456
6,3295
28,6476
0,0209
89,07
24
7695820,8
7,2709
32,9082
0,0240
1604,50
24
138628800
130,9740
592,7925
0,4330
0,17
37,0074
780955121,8
3,49 x 10-5
737,8321
1,59 x 10-4
3339,4527
1,1788 x 10-7
2,4393
222,00
Total
57
Tabel C.3.4 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 24 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
858,22
24
74150208
70,0558
322,5440
0,2352
5873,00
24
507427200
479,4079
2207,2441
1,6095
186,20
24
16087680
15,1993
69,9794
0,0510
367,90
24
31786560
30,0314
138,2675
0,1008
77,54
24
6699456
6,3295
29,1418
0,0212
89,07
24
7695820,8
7,2709
33,4758
0,0244
1590,00
24
137376000
129,7903
597,5682
0,4357
0,17
37,0074
781222961,8
3,49 x 10-5
738,0852
1,59 x 10-4
3398,2209
1,1788 x 10-7
2,4779
222,00
Total
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Tabel C.3.5 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 26 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Cooling Water
MP-2211B
Cooling Water
MP-2211D
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
859,72
24
74279808
70,1782
311,0839
0,2267
4527,00
24
391132800
369,5351
1638,0643
1,1936
1312
14
66124800
62,4375
276,9307
0,2018
1332
10
4792000
45,3042
200,8230
0,1463
186,20
24
16087680
15,1993
67,3752
0,0491
367,90
24
31786560
30,0314
133,1221
0,0970
77,54
24
6699456
6,3295
28,0573
0,0204
89,07
24
7695820,8
7,2709
32,2301
0,0235
1605,50
24
138715200
131,0556
580,9393
0,4233
0,17
37,0074
780474161,8
3,49 x 10-5
737,3777
1,59 x 10-4
3268,6260
1,1788 x 10-7
2,3817
222,00
Total
58
Tabel C.3.6 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 29 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
857,22
24
74063808
69,9741
320,0207
0,2359
5876,00
24
507686400
479,6528
2193,6513
1,6172
186,20
24
16087680
15,1993
69,5129
0,0512
367,90
24
31786560
30,0314
137,3459
0,1013
77,54
24
6699456
6,3295
28,9475
0,0213
89,07
24
7695820,8
7,2709
33,2527
0,0245
1585,00
24
136944000
129,3822
591,7184
0,4362
0,17
37,0074
780963761,8
3,49 x 10-5
737,8403
1,59 x 10-4
3374,4496
1,1788 x 10-7
2,4878
222,00
Total
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Tabel C.3.7 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 30 Juni 2015
Jenis motor
Steam dari
B1102
Cooling water
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
855,22
24
73891008
69,8109
325,2573
0,2391
5865,00
24
506736000
478,7549
2230,5769
1,6397
186,20
24
16087680
15,1993
70,8156
0,0521
367,90
24
31786560
30,0314
139,9197
0,1029
77,54
24
6699456
6,3295
29,4900
0,0217
89,07
24
7695820,8
7,2709
33,8759
0,0249
1603,00
24
138499200
130,8515
609,6530
0,4482
0,17
37,0074
781395761,8
3,49 x 10-5
738,2484
1,59 x 10-4
3439,5886
1,1788 x 10-7
2,5285
222,00
Total
59
C.4
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4503,71
kg/jam
439
kg/jam
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
scrubber (103E)
Temperatur CW
30,45
Temperatur desain CW
32,00
T keluar 115C
0,089
6,62
0
0
Unjuk kerja
Konsentrasi CO2
1000
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
516,46
510,00
829,33
30,97
194,09
-31,92
Temperatur rata-rata
19,04
3,33
Rasio S/C
Total
-0,0460
-0,1827
-0,0413
-0,1637
0,0044
0,0175
-0,0047
-0,0188
-0,0743
-0,2947
0,0258
0,1025
ton NH3
46,00
NH3
1,3093
Gcal/
T keluar 130 C
Temperatur produk
0,3299
150-C/130-C
steam
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
MTPD
0
MTPD
C
C
-
0,7693
60
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4566,57
kg/jam
439
kg/jam
Temperatur CW
Unjuk kerja
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
31,61
Temperatur desain CW
32,00
Gcal/
Energi tiap kenaikan 3 0C
0,089
T keluar 115C
6,80
0
0
Konsentrasi CO2
1100
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
516,20
510,00
819,51
32,81
162,43
-0,0411
-0,1630
0,0055
0,0218
-0,0045
-0,0180
-0,0898
-0,3562
0,0258
0,1025
C
C
MTPD
0
MTPD
-31,90
Temperatur rata-rata
22,11
3,33
Total
-0,0463
Unjuk kerja
Rasio S/C
-0,0117
ton NH3
46,00
NH3
1,3245
T keluar 130 C
Temperatur produk
0,3338
150-C/130-C
steam
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
-
0,8653
61
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4463,30
kg/jam
439
kg/jam
Temperatur CW
Unjuk kerja
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
30,39
Temperatur desain CW
32,00
Gcal/
Energi tiap kenaikan 3 0C
0,089
T keluar 115C
6,41
0
0
Konsentrasi CO2
1200
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
515,67
510,00
827,16
31,47
146,67
-0,0410
-0,1625
0,0066
0,0262
-0,0042
-0,0165
-0,0889
-0,3526
0,0258
0,1024
C
C
MTPD
0
MTPD
-31,87
Temperatur rata-rata
21,93
3,33
Total
-0,1891
Unjuk kerja
Rasio S/C
-0,0476
ton NH3
45,50
NH3
1,3017
T keluar 130 C
Temperatur produk
0,3280
150-C/130-C
steam
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
-
0,7096
62
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4521,03
kg/jam
439
kg/jam
Temperatur CW
Unjuk kerja
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
30,82
Temperatur desain CW
32,00
Gcal/
Energi tiap kenaikan 3 0C
0,089
T keluar 115C
6,98
0
0
Konsentrasi CO2
1000
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
516,31
510,00
825,89
32,52
163,04
-0,0409
-0,1622
0,0044
0,0175
-0,0046
-0,0184
-0,0888
-0,3524
0,0264
0,1048
C
C
MTPD
0
MTPD
-31,76
Temperatur rata-rata
21,92
3,33
Total
-0,1395
Unjuk kerja
Rasio S/C
-0,0351
ton NH3
46,00
NH3
1,3122
T keluar 130 C
Temperatur produk
0,3307
150-C/130-C
steam
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
-
0,7620
63
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4264,34
kg/jam
439
kg/jam
Temperatur CW
Unjuk kerja
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
31,37
Temperatur desain CW
32,00
Gcal/
Energi tiap kenaikan 3 0C
0,089
T keluar 115C
7,26
0
0
-0,0743
-0,0416
-0,1652
0,0044
0,0175
-0,0044
-0,0175
-0,1057
-0,4193
0,0265
0,1050
Unjuk kerja
Konsentrasi CO2
1000
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
516,03
steam
510,00
821,83
33,86
127,44
C
C
MTPD
0
MTPD
-31,58
Temperatur rata-rata
25,07
3,33
Total
-0,0187
ton NH3
47,00
Rasio S/C
1,2761
T keluar 130 C
NH3
0,3216
150-C/130-C
Temperatur produk
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
-
0,7222
64
Data
Parameter
Nilai
Satuan
4096,13
kg/jam
439
kg/jam
Temperatur CW
Unjuk kerja
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
13584,54
kcal/kg
2863,31
kcal/kg
Temperatur CW
30,88
Temperatur desain CW
32,00
Gcal/
Energi tiap kenaikan 3 0C
0,089
T keluar 115C
7,10
0
0
Konsentrasi CO2
1500
ppm
109-C
600
ppm
Temperatur HP
Temp. HP steam
516,10
510,00
826,83
33,36
142,67
-0,0418
-0,1659
0,0099
0,0393
-0,0045
-0,0177
-0,0988
-0,3920
0,0266
0,1056
C
C
MTPD
0
MTPD
-31,55
Temperatur rata-rata
23,81
3,33
Total
-0,1317
Unjuk kerja
Rasio S/C
-0,0332
ton NH3
46,00
NH3
1,2387
T keluar 130 C
Temperatur produk
0,3121
150-C/130-C
steam
Credit energy
Gcal/
MMBTU/
ton NH3
ton NH3
C
C
-
0,8349
65
C.5
Parameter
Nilai
33,70
8,79
GHV (BTU/SCF)
1134,64
121821,66
88121,66
Efisiensi GTG
0,28
Tabel C.5.2 Hasil antara konsumsi energi dan bahan baku listrik 2 Juni 1994
Konsumsi
energi dan
bahan
baku
listrik total
(MMBTU)
Konsumsi energi
dan bahan baku
listrik spesifik
(MMBTU/ ton
NH3)
Jenis motor
Daya
(kW)
Lama
Operasi
(Jam)
Energi (kJ)
Energi
Listrik
(MMBTU)
Steam dari
B1102
919,22
24
79420608
75,0351
271,2435
0,2008
Cooling water
6130,00
24
529632000
500,3866
1808,8406
1,3393
186,20
24
16087680
15,1993
54,9439
0,0407
367,90
24
31786560
30,0314
108,5599
0,0804
77,54
24
6699456
6,3295
22,8805
0,0169
89,07
24
7695820,8
7,2709
26,2834
0,0195
415,29
24
35881412,4
33,9001
122,5450
0,0907
222,00
0,17
37,0074
3,49 x 10-5
1,59 x 10-4
1,1788 x 10-7
707203574,2
668,1530
2415,2969
1,7884
Air demin
dari DP I
Air demin
(DP II)
Soft water
(LSU)
Udara
instrumen
Pabrik
amoniak
MOV boiler
Total
66
LAMPIRAN D
DATA MENTAH
D.1 Data Mentah Konsumsi Gas Alama sebagai Bahan Baku dan Bahan Bakar
Secondary Reformer dan Superheater
Tabel D.1.1 Data mentah konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar secondary
reformer dan superheater
Jumlah gas alam
sebagai bahan baku
(MMSCFD)
39,00
39,34
39,73
39,51
39,62
39,92
Tanggal
17 Juni 2015
21 Juni 2015
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
GHV
(BTU/SCF)
Kapasitas
produksi (ton)
1018,947
1371,8689
1368,9962
1371,4193
1372,4062
1356,4058
1360,3422
Tanggal
17 Juni 2015
21 Juni 2015
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
Laju BFW
FIC600
(ton/hari)
110,42
106,85
106,67
209,07
1066,24
105,95
Laju
FIQR616
(ton/hari)
5,84
5,57
5,55
5,78
5,54
5,52
Kebutuhan
steam amoniak
(ton steam/jam)
92,6046
90,4187
90,0988
91,2262
90,0484
89,8579
Kapasitas
produksi
(ton)
1371,8689
1368,9962
1371,4193
1372,4062
1356,4058
1360,3422
Tabel D.2.2 Data mentah konsumsi energi aktual steam dari WHB
Tanggal
17 Juni 2015
21 Juni 2015
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
Jumlah bahan
bakar
(MMSCFD)
2,0408
2,0687
2,1755
2,1442
2,1902
2,2453
Jumlah produksi
steam (ton/hari)
71,47
71,37
71,20
71,23
71,53
71,80
Kebutuhan steam
amoniak (ton
steam/jam)
10,9229
10,7281
10,5341
8,1263
11,2123
11,1832
Kapasitas
produksi (ton)
1371,8689
1368,9962
1371,4193
1372,4062
1356,4058
1360,3422
67
Tabel D.2.3 Data mentah bukaan valve HC1204 pada interkoneksi amoniak-urea
Tanggal
17 Juni 2015
21 Juni 2015
24 Juni 2015
26 Juni 2015
29 Juni 2015
30 Juni 2015
59
59
59
59
59
59
Alat
MC-11021
MP-1103 A
MP-1103 B
MP-1103 C
MP-1108 A
MP-1108 B
MP-1213 C
Steam
dari
B-1102
MP-1213 D
MP-11021 A
MP-11021 B
MP-11022 A
MP-11022 B
MP-11023 A
MP-11023 B
MM-11021
MM-11022
MM-11023
MV-610
Fungsi
17Jun-15
21Jun-15
24Jun-15
26Jun-15
29Jun-15
30Jun-15
FD Fan B-1102
BFW pump B-1102
BFW pump B-1102
BFW pump B-1102
Deaerator feed
pump
Deaerator feed
pump
Demin pump to
process
Demin pump to
process
Pompa Phosphate
Pompa Phosphate
Pompa Hydrazin
Pompa Hydrazin
Pompa Amine
Pompa Amine
Agitator tangki
Phosphate
Agitator tangki
Hydrazin
Agitator tangki
Amine
Motor Valve
309
280
240,5
309
277,5
238
309
279
238
309
279,5
239
309
279
237
309
277
237
Ket.
lama
operasi
(jam)
24
24
24
0
0
Stand by
0
30
30
30
30
30
30
Standby
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
24
0
0,37
0,37
Standby
0,37
0,37
Standby
0,37
0,37
Standby
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
24
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
24
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
0,37
24
222
222
222
222
222
222
24
68
24
0
24
0
24
0
Alat
Fungsi
MP-2211 A
Pompa CW ke
Amoniak
21Jun-15
1238,5 1244,5
24Jun-15
26Jun-15
29Jun-15
30
Jun-15
1242
1225,5
1247
1247
24
MP-2211 B
Pompa CW ke
Amoniak
1316
1307,5
stand
by
1312
stand
by
1312
0 (24,29
Juni
2015), 14
(26 Juni
2015), 24
MP-2211 C
Pompa CW ke
Amoniak
1319
1319,5
1315
1315
1315
1319
24
MP-2211 D
MC-2212 D
MC-2212 E
MC-2212 F
Cooling
water
17Jun-15
Ket.
Lama
operasi
(jam)
MC-2212 G
MC-2212 H
MC-2217 A
MC-2217 B
Pompa
Nalco
MP-1216 A
MP-1216 B
MP-1216 C
MC-1201 A
MC-1201 B
MC-1201 C
MC-1201 D
Pompa CW ke
Amoniak
stand
by
stand
by
1327
1332
1327
Stand
by
0
(17,21,30
Juni
2015), 10
(26 Juni
2015), 24
148
148
148
148
148
148
24
148
148
148
148
148
148
24
148
148
148
148
148
148
24
148
148
148
148
148
148
24
148
148
148
148
148
148
24
55
55
55
55
55
55
24
55
55
55
55
55
55
24
stand by
237,5
238,5
239
238,5
239
238
24
280
278,9
280
280
280
280
24
258
258
260
258
258
259
24
90
90
90
90
90
90
24
90
90
90
90
90
90
24
90
90
90
90
90
90
24
90
90
90
90
90
90
24
69
17Jun-15
21Jun-15
24
Jun-15
26
Jun-15
29
Jun-15
30
Jun-15
Ket.
Lama
operasi
(jam)
22
22
22
22
22
22
24
Daya (KW)
Media
Alat
MP-1202 A
MP-1202 B
MP-1202 C
MP-1203 A
MP-1203 B
Air
demin
dari
Demin
Plant I
MP-1203 C
MP-1241 A
MP-1241 B
MP-1241 C
MC-1243
MP-1 A
MP-1 B
MP-2 A
MP-2 B
MP-2216 A
MP-2216 B
MP-2216 C
Air
demin
dari
Demin
Plant II
MP-2213 A
MP-2213 B
MP-2213 C
MP-2214 A
MP-2214 B
MP-2214 C
Fungsi
Pompa back wach
filt. DP-1
Pompa back wach
filt. DP-1
Pompa back wach
filt. DP-1
Pompa umpan soft
water DP-1
Pompa umpan soft
water DP-1
Pompa umpan soft
water DP-2
Pompa Degasifier
DP-1
Pompa Degasifier
DP-2
Pompa Degasifier
DP-3
Kompressor
Degasifier DP-1
Pompa Acid
Pompa Acid
Pompa Soda
Pompa Soda
Pompa umpan soft
water DP-II
Pompa umpan soft
water DP-II
Pompa umpan soft
water DP-II
Pompa demin ke
polizer
Pompa demin ke
polizer
Pompa demin ke
polizer
Pompa demin
water ke NH3
Pompa demin
water ke NH3
Pompa demin
water ke NH3
stand by
22
22
22
22
22
22
24
37
37
37
37
37
37
24
37,5
37,5
37,5
37,5
37,5
37,5
24
stand by
30
30
30
30
30
30
24
30
30
30
30
30
30
24
stand by
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
5,5
24
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
stand by
1,1
1,1
stand by
1,1
1,1
24
0
24
0
30
30
30
30
30
30
24
30
30
30
30
30
30
24
stand by
75
75
75
75
75
75
24
75
75
75
75
75
75
24
0
stand by
0
start up
130
130
130
130
start up
130
130
70
24
Alat
MP-2215 A
Air
demin
dari
Demin
Plant II
MP-2215 B
MP-2211 A
MP-2211 B
MP-1 C,D
MP-2 C,D
MP-2201 A
MP-2201 B
MP-2201 C
MP-2202 A
MP-2202 B
MP-2206 A
MP-2206 B
Soft
Water
dari
LSU
MP-2206 C
MC-2202 B
MC-2202 C
MP-2203 A
MP-2203 B
MP-2203 C
MM-2203
MM-2204
MP-2205 A
MP-2205 B
MP-2205 C
MM-2205
Fungsi
Pompa Degasifier
DP-II
Pompa Degasifier
DP-II
Kompressor
Degasifier DP-II
Kompressor
Degasifier DP-II
Pompa Acid
Pompa Soda
Pompa umpan
hard water
Pompa umpan
hard water
Pompa umpan
hard water
Pompa untuk back
wash filter
Pompa untuk back
wash filter
Pompa hasil
produk LSU
Pompa hasil
produk LSU
Pompa hasil
produk LSU
Kompressor untuk
back wash
Kompressor untuk
back wash
Pompa kapur
Pompa kapur
Pompa kapur
Agitator tangki poli
Agitator tangki poli
Pompa
polielektrolit
Pompa
polielektrolit
Pompa
polielektrolit
Agitator tangki
kapur
17Jun-15
21Jun-15
24Jun-15
26
Jun-15
29
Jun-15
30
Jun-15
22
22
22
22
22
22
stand by
1,5
1,5
1,5
1,5
Ket.
lama
operasi
(jam)
24
0
1,5
1,5
Standby
24
0
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
24
24
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
24
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
24
stand by
7,5
7,5
7,5
7,5
0
7,5
7,5
stand by
24
0
15
15
15
15
15
15
24
15
15
15
15
15
15
24
stand by
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
24
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
24
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,5
0,5
0,55
0,55
0,55
0,55
stand by
0,5
0,5
stand by
0,5
0,5
24
24
0
24
0
0,17
0,17
0,17
0,17
0,17
0,17
24
0,17
0,17
0,17
0,17
0,17
0,17
24
stand by
2,2
2,2
2,2
2,2
0
2,2
2,2
71
24
Alat
MM-2206
Soft
water
dari LSU
MP-2207 A
MP-2207 B
MM-2207
MC-2231 A
Udara
proses
MC-2231 B
MC-2231 C
MC-2231 D
107-JCM
113-JM
114-JM
114-JAM
115-JM
115-JAM
Unit
operasi
pabrik
amoniak
116-JM
121-JM
124-JM
140-JM
140-JAM
141-JB
141-JAM
150-JM
150-JAM
Fungsi
Agitator tangki
kapur
Pompa kapur dari
tangki induk
Pompa kapur dari
tangki induk
Agitator tangki
kapur induk
Pompresor udara
instrumen
Pompresor udara
instrumen
Pompresor udara
instrumen
Pompresor udara
instrumen
Pompa larutan
Benfield
Pompa Amoniak
untuk PGRU
Pompa kondensat
Pompa kondensat
Pompa larutan
Benfield
Pompa larutan
Benfield
Pompa kondensat
stripper
Pompa proses
kondensat
Pompa amoniak ke
TK-801
Pompa aqua NH3
ke PGRU
Pompa aqua NH3
ke PGRU
Pompa aqua NH3
ke PGRU
Pompa aqua NH3
ke PGRU
Pompa kondensat
Pompa kondensat
Ket.
lama
operasi
(jam)
17Jun-15
21Jun-15
24Jun-15
26Jun-15
29Jun-15
30Jun-15
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
2,2
24
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
24
stand by
2,2
2,2
2,2
2,2
0
2,2
2,2
24
0
stand by
0
76,8
76,8
76,8
76,8
76,8
76,8
24
12,3
12,3
12,3
12,3
12,3
12,3
24
766,5
768
762
766,5
757
758
24
513,5
+
317,5
519
+
317,5
511
+
317
521
+
318
503
+
325
518
+
327
24
72
Media
Unit
operasi
pabrik
amoniak
Alat
Fungsi
102-JLJIM
102-JLJIAM
102-JLJ2M
102-JLJ2AM
102-JLJ3M
102-JLJ3AM
MOV-1001
MOV-1002
MOV-1005
MOV-1006
MOV-1008
MOV-1009
MOV-1010
MOV-1011
MOV-1013
MOV-1015
MOV-1016
MOV 1017
MOV-140
JM
MOV-140
JAM
MOV-141 JB
MOV-141
JAM
106-LJM
106-LJAM
107-LJM
107-LJAM
108-LJM
108-LJ1M
108-LJAM
109-LJ1M
109-LJ2M
109-LJ3M
109-LJ1AM
109-LJ2AM
109-LJ3AM
Motor Valve
17
Juni
2015
21
Juni
2015
Daya (KW)
24
26
Juni Juni
2015 2015
513,5
+
317,5
519
+
317,5
511
+
317
521
+
318
29
Juni
2015
30
Juni
2015
503
+
325
518
+
327
Ket.
Lama
operasi
(jam)
24
Motor Valve
Motor Valve
Motor Valve
Pompa Hydrazin
Pompa Hydrazin
Pompa aqua amoniak
Pompa aqua amoniak
Pompa Phosphate
Agitator Pompa
Phosphate
Pompa Phosphate
Pompa anti foam
Pompa anti foam
Pompa anti foam
Pompa anti foam
Pompa anti foam
Pompa anti foam
73
Temperatur CW
Unjuk kerja 150-C/130-C
Unjuk kerja 109-C
Temperatur HP steam
Rasio S/C
Parameter
Purge gas dari 103 L (HRU)
Purge gas dari LP NH3
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
GHV Purge gas dari 103 L
Temperatur CW
T keluar 115C
T keluar 130 C
Konsentrasi CO2
Temp. HP steam
Laju warm product
Temp. warm product
Laju cold product
Temp. cold product
Rasio S/C aktual
17 Juni
2015
4503,71
21 Juni
2015
4566,57
24 Juni
2015
4463,30
439
439
439
13584,54
2863,31
30,45
6,62
46,00
13584,54 13584,54
2863,31 2863,31
31,61
30,39
6,80
6,41
46,00
45,50
1000
1100
1200
516,46
829,33
30,97
194,09
-31,92
516,20
819,51
32,81
162,43
-31,90
3,33
515,67
827,16
31,47
146,67
-31,87
3,33
3,33
Satuan
kg/jam
kg/jam
kcal/kg
kcal/kg
0
C
0
C
0
C
ppm
0
C
MTPD
0
C
MTPD
0
C
-
Tabel D.4.2 Data mentah credit energy produksi amoniak 26, 29, dan 30 Juni 2015
Sumber credit energy
Temperatur CW
Unjuk kerja 150-C/130-C
Unjuk kerja 109-C
Temperatur HP steam
Rasio S/C
Parameter
Purge gas dari 103 L (HRU)
Purge gas dari LP NH3
scrubber (103E)
GHV Purge gas dari 103 E
GHV Purge gas dari 103 L
Temperatur CW
T keluar 115C
T keluar 130 C
Konsentrasi CO2
Temp. HP steam
Laju warm product
Temp. warm product
Laju cold product
Temp. cold product
Rasio S/C aktual
26 Juni
2015
4521,03
29 Juni
2015
4264,34
30 Juni
2015
4096,13
439
439
439
13584,54
2863,31
30,82
6,98
46,00
13584,54 13584,54
2863,31 2863,31
31,37
30,88
7,26
7,10
47,00
46,00
1000
1000
1500
516,31
825,89
32,52
163,04
-31,76
3,33
516,03
821,83
33,86
127,44
-31,58
3,33
516,10
826,83
33,36
142,67
-31,55
3,33
Satuan
kg/jam
kg/jam
kcal/kg
kcal/kg
0
C
0
C
0
C
ppm
0
C
MTPD
0
C
MTPD
0
C
-
74
D.5 Data Mentah Konsumsi Gas Alam sebagai Bahan Baku dan Energi berdasarkan
Candal dan Performance test 2 Juni 1994
Tabel D.5.1 Data mentah konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi pada produksi
amoniak berdasarkan Candal
Konsumsi energi dan bahan baku (MMBTU/ton amoniak)
Tanggal
Energi
Energi steam
bahan bakar
listrik
17 Juni 2015
29,06
5,13
2,1
21 Juni 2015
29,23
5,07
2,1
24 Juni 2015
29,22
4,90
2,15
26 Juni 2015
29,43
5,03
2,15
30 Juni 2015
29,34
5,01
2,18
Tabel D.5.2 Data mentah konsumsi gas alam sebagai bahan baku dan energi berdasarkan
Performance test 2 Juni 1994
Parameter
Nilai
Satuan
7,301
Gcal/ton amoniak
0,685
Gcal/ton amoniak
7,39
KWH/ton amoniak
Load GTG
33,7
MW
10,375
NM3
0,288
Gcal/ton amoniak
0,186
Gcal/ton amoniak
75