Anda di halaman 1dari 13

Struktur dan Mekanisme Kerja Otot

Togana Junisar Paniro Sinaga


102011184
ghana_holick@yahoo.com

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan
Sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi yang memiliki tugas utama disebut
Otot. Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek,mengeras
dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena memendekmaka tulang yang
dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksisatu macam otot hanya
mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah tertentu.Agar tulang dapat kembali ke posisi
semula, otot tersebut harus mengadakanrelaksasi dan tulang harus ditarik ke posisi semula.
Untuk itu harus ada otot lainyang berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot
pertama. Jadi, untukmenggerakkan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian
kembali ke posisisemula diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang
berbeda.
Berdasarkan cara kerjanya, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.otot
antagonis menyebabkan terjadinya gerak antagonis, yaitu gerak otot yangberlawanan arah.
Jika otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua berelaksasi,sehingga menyebabkan tulang
tertarik / terangkat atau sebaliknya. Otot sinergismenyebabkan terjadinya gerak sinergis, yaitu
gerak otot yang bersamaan arah. Jadikedua otot berkontraksi bersama dan berelaksasi
bersama. Didalam makalah ini saya akan membahas tentang mekanisme dan struktur otot
secara mendalam dan memahami fungsi dari peregangan pada otot yang sedang berkontraksi.

Isi
Skenario 3
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun tengah berlatih renang untuk perlombaan. Tibatiba ia menjerit minta tolong. Seorang penjaga kolam renang datang dan segera menolong
anak tersebut dan membawakannya ke tepi kolam. Ternyata ia mengalami kram pada betis
kanannya. Dengan sigap penjaga kolam memegang kaki kanan si anak dan mendorong
telapak kaki kanannya ke arah dorsal selama 2 menit.
Pembahasan

Anak laki-laki
berusia 15th
mengalami
kram pada
betis kanan

Faktor
pemicu
mekanisme
kerja otot

Mekanisme
kerja otot
(peregangan
otot)

Kontraksi
otot somatik

Struktur otot
ekstremitas
inferior

Mikroskopik

Makroskopik

Relaksasi
otot somatik

JARINGAN OTOT
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot
dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat
memanjang dan memendek.1

Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam :1


1. Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati
di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara
refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat.
Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.1
2. Jaringan Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada
kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan
terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari
otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila
menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf
sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan
keras.1
3. Jaringan Otot Jantung/Miokardium
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai
otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap
rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.1
Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.2
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serat otot
2. Pada setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam
jumlah sedikit.

3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk membuka
banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam
membran serat otot.
4. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot dalam cara yang sama
seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, dan juga berjalan
secara dalam didalam serat otot, pada tempat dimana potensial aksi menyebabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah disimpan
di dalam retikulum, ke dalam miofibril.
7. Ion-ion kalsium menumbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan bergerak bersama-sama, dan menghasilkan proses kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sampai potensial aksi otot yang baru datang
lagi;pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
Kontraksi dan Relaksasi Otot
Sel otot merupakan sel yang terspesialisasi untuk satu tugas, kontraksi dan spesialisasi
ini berada dalam struktur dan fungsi yang membentuk otot, prototipe untuk mempelajari
pergerakan pada tingkat sel dan molekuler. Terdapat 3 jenis otot pada vertebrata yaitu : otot
rangka yang berperan untuk semua pergerakan yang sadar. Otot jantung yang memompa
darah dari jantung serta otot polos yang berperan untuk pergerakan yang tak sadar dari organ
seperti lambung, intestine, uterus dan pembuluh darah. Pada otot rangka dan jantung elemen
kontraktil sitoskeleton terdapat pada susunan teratur yang memunculkan pola karakteristik
dari garis yang berseling. Berikut adalah karakterisasi struktur pada otot rangka :
Otot rangka diikat oleh serabut otot yang merupakan sel tunggal yang besar yang dibentuk
dari penggabungan banyak sel tunggal selama perkembangannya. Kebanyakan pada
sitoplasma terdiri dari myofibril yang merupakan serabut silindris dari 2 tipe filamen :
filamen tebal myosin (d = 15 nm) dan filamen tipis aktin (d = 7 nm). Setiap myofibril diatur
sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer yang berperan pada kenampakan garis
dari otot rangka dan jantung.3
1.

Mekanisme Kontraksi Otot3

Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot dikenal dengan
nama model pergeseran filamen (sliding filamen mode), terlihat seperti pada gambar,

Gambar 1, Sliding Filamen Model


Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis
atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini
akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa
dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebebkan adanya sisi aktif pada filamen
tipis (aktin). Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filamen tipis tepat pada
sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin disebut jembatan panyeberangan (cross
bridges). Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut membebaskan sejumlah
energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah filamen tipis. Proses ini menyebabkan
filamen tipis mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot
pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari filamen tipis. Proses ini ememrlukan ATP yang
diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka filamen tipis akan lepas dari filamen
tebal. Secara keseluruhan oto akan relaksasi kembali.3
Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi, kontraksi otot
akan berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan maka ion kalsium
akan tereabsorbsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif lagi
dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.3
2.

Mekanisme Relaksasi Otot.


5

Komplek troponin tampak unik pada otot lurik dan terdiri atas 3 polipeptida. Troponin
pada otot lurik terdiri atas troponin T (TpT), troponin I (TpI) dan troponin C (TpC).
Mekanisme pengaturan konsentrasi Ca2+ pada otot lurik dan otot jantung berdasarkan aktin
yang bekerja. Pada otot lurik tidak terdapat control kontraksi kecuali system tropomiosintroponin terdapat bersama-sama dengan filament aktin dan myosin.3
TpI mencegah pengikatan kepala myosin dengan tapak pelekat F-aktin melalui
perubahan bentuk F-aktin via molekul tropomiosin ke dalam posisi yang melintangi langsung
tapak pengikatan kepala myosin pada F-aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan
enzim ATPase myosin yang diperantarai pengikatan kepala myosin pada Faktin. Dengan cara
demikian TpI menghalangi siklus kontraksi tahap 2. Peristiwa ini menjelaskan keadaan
terhambat yang ditemukan pada otot lurik pada keadaan relaksasi. Relaksasi terjadi apabila :3
a.

Penghentian rangsangan saraf membiarkan sarkolema sel untuk menghidupkan

kembali polaritas dan menerima kembali permeabilitasnya. Bila membrane


terpolarisasi lagi, ion yang masuk ke sarkoplas secara aktif diangkut kembali ke
dalam gelembung reticulum sarkoplasmik sehingga konsentrasi Ca 2+ dalam
sarkoplasma menurun hingga di bawah 10 mol/L. Pengangkutan Ca 2+ sebagai akibat
pelepasannya kembali Ca2+ ke reticulum sarkoplasma oleh ATPase.
b. TpC4 Ca2+ kehilangan Ca2+, troponin lewat interaksinya dengan tropomiosin
menghambat interaksi dengan kepala myosin F-aktin selanjutnya
c.
Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F-aktin. Dengan demikian, ion
Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosentrik yang diperantarai di
dalam otot TpC, TpI, TpT, tropomiosin dan F-aktin. Penurunan konsentrasi ATP
dalam sarkoplasma mempunyai 2 efek utama yaitu pompa Ca2+ di reticulum
sarkoplasma berhenti mempertahankan konsentrasi Ca2+ yang rendah di dalam
sarkoplasma sehingga interaksi antara myosin dengan F-aktin akan ditingkatkan. Serta
pelepasan kepala myosin dari Faktin akan bergantung pada ATP tidak dapat terjadi
dan kontraktur akan terbentuk.

Anatomi Ekstremitas Inferior


Makroskopis dan mikroskopis tulang4

Secara umum, tulang pada tubuh manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
tulang keras dan tulang rawan. Berikut ini akan dibahas mengenai tulang-tulang tersebut
secara makroskopis.
1) Tulang Keras: Struktur tulang keras secara makroskopis dapat dibagi menjadi lima
bagian menurut bentuknya di dalam tubuh. Pembagian tersebut adalah sebagai
berikut:4
Ossa longa (tulang panjang) yaitu tulang-tulang yang ukuran panjangnya

terbesar, misalnya ossa humerus.


Ossa brevia (tulang pendek) yaitu tulang-tulang yang ketiga ukurannya kira-

kira sama besar, misalnya ossa carpi.


Ossa plana (tulang gepeng) yaitu tulang-tulang yang ukuran lebarnya terbesar,

misalnya ossa parietale.


Ossa irregularis (tulang tak beraturan) misalnya ossa spheniodale.
Ossa pneumatic (tulang berongga hawa) yaitu tulang-tulang yang berongga
berisi hawa, misalnya ossa maxilla.
Kalau sebuah tulang kita belah, maka Nampak bahwa tulang itu terdiri dari suatu lapis
luar yang padat atau kompak ialah zat mampat (substantia compacta) dan suatu lapis
bagian dalam yang berlobang-lobang ialah zat mampung (substantia spongiosa). Pada
tulang gepeng kedua lapis zat mampat dinamakan tabula externa dan tabula interna,
sedangkan bagian mampung yang terdapat di antara kedua itu disebut diploe.5
Permukaan dalam tulang diliputi suatu selaput yang dinamakan endostium dan
permukaan luarnya diliputi selaput yang dinamakan periosteum. Disebelah dalam tulang
terdapat rongga sumsum (covum medullare) yang berisi sumsum tulang yang kuning
(medulla ossium flava) pada tulang panjang orang dewasa, dan yang merah warnanya
didalam tulang-tulang pendek dan gepeng (medulla ossium rubra). Namun struktur tulang
juga dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan arsitekturnya, berikut ini
penjelasan mendetail mengenai arsitektur tulang keras itu sendiri:5,2
a. Tulang spongiosa: Terdiri atas banyak trabekel / lempeng-lempeng yang saling
berhubungan. Trabekel terdiri dari lamel-lamel yang jumlahnya beragam, di
dalamnya terkandung lacuna yang ditempati osteosit dan system kanakuli
yang berhubungan.5,2
b. Tulang kompakta: Merupakan bagian dari tulang keras yang tersusun teratur
sesuai distribusi pembuluh darah yg memasoknya. Pembuluh darah di

dalamnya berjalan dalam saluran havers. Di dalam tulang kompakta ini juga
terdapat saluran yang menghubungkan permukaan dalam dan luar tulang,
dengan saluran havers, dan saluran havers satu dgn lainnya yang disebut
dengan saluran volkmann. Di tulang ini juga terdapat lamel general luar dan
dalam serta lamel interstitial.5,2
c. Periosteum: Merupakan salah satu bagian pembentuk tulang yang permukaan
luarnya diliputi selubung fibrosa, kecuali pd permukaan sendi. Tulang ini
tediri dari dua lapisan, namun batasnya tidak jelas. Lapisan dalam tulang ini
tediri dari jaringan ikat fibrosa (ada pembuluh darah) dan lapisan dalam tediri
dari jaringan ikat longgar dan sedikit kolagen. Pada orang dewasa byk sel
osteoprogenitor yang aktif bermitosis membentuk tulang pada fraktur tulang.
Yang mengikat periosteum ke tulang disebut serat sharpey (serat kolagen yg
menembus matriks tulang).5,2
d. Endosteum: merupakan lapisan yang berupa jaringan retikular padat yg
memiliki kemampuan osteogenik dan hemopoetik. Lapisan ini terdapat pada
permukaan dalam tulang, atau dinding rongga sumsum tulang.5,2
2) Tulang rawan: Struktur tulang rawan secara makroskopis dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, dan tulang rawan
fibrokartilago / fibrosa. Berikut ini penjelasannya.5,6
a. Tulang rawan hialin: pada keadaan segar memiliki struktur yang bening
putih kebiruan dan licin, dan beberapa serat dapat terlihat, serta dapat
tembus cahaya. Letak dari tulang rawan hialin ini biasa terdapat pada
dinding trakea, dan juga terdapat pada seluruh kerangka fetus yang sedang
mengalami proses penulangan. (penulangan kondral). Tulang rawan hialin
ini diliputi perikondrium.
b. Tulang rawan elastis: pada keadaan segar berwarna kuning keruh. Tulang
rawan ini banyak mengandung serat elastin dan mengandung sedikit serat
kolagen. Tulang rawan ini merupakan modifikasi dari tulang rawan hialin
dan juga diliputi oleh perikondrium. Tulang rawan elastic biasa ditemukan
pada telinga luar, epiglottis, tulang auditiva dan tulang laring.
c. Tulang rawan fibrokartilago / fibrosa: memiliki penampilan seperti rantai
parallel kolagen berwarna merah muda terang. Ditemukan pada diskus
intervertebralis, simfisi pubis, dan juga pada tempat melekatnya tendo dan
ligament tertentu

pada tulang. Tulang rwan ini tidak pernah terdapat

tersendiri, namun menyatu dengan tulang rawan hialin di dekatnya atau

dengan jaringan ikat padat fibrosa. Tulang rawan ini tidak memiliki
perikondrium.

Tulang ekstremitas inferior:

Gambar 2, Tulang ekstremitas inferior.


Makroskopis
Yang dimaksud secara makroskopis disini adalah struktur bagian tubuh secara garis besar
dan biasanya secara umum banyak orang ketahui. Misalnya otot, tulang, sendi, ataupun
bagian tubuh yang lain. Pada pembahasan kali ini, akan dibahas mengenai struktur
makroskopis dari otot dan tulang.4,5

Otot
Pada manusia, otot dapat digolongkan lagi menjadi tiga bagian besar yang masingmasing memiliki fungsi khusus. Otot tersebut ialah otot rangka, otot polos, dan otot
jantung.4,5

1) Otot rangka
Otot rangka adalah spesialisasi kontraksi pada tubuh yang letaknya melekat pada
tulang. Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak,
yang memungkinkan tubuh melaksanakan barbagai aktivitas motorik. Otot rangka yang
menunjang homeostatis mencakup antara lain otot-otot yang penting dalam mengunyah,
menelan makanan dan otot-otot yang penting untuk bernapas. Otot rangka merupakan otot
volunteer yang artinya otot ini dipersarafi oleh sistem saraf somatic dan dipengaruhi oleh
kesadaran.4,5
Secara umum suatu otot yang menempel pada tulang akan dibagi menjadi 2 yaitu
origo dan insertion. Origo berasal dari kata origin yang artinya asal, origo menempel pada
otot

tulang tidak bergerak, sedangkan insertio menempel pada otot yang bergerak.

Musculis formis adalah otot berkepala satu, otot berserat sejajar. Musculus biceps adalah
otot berkepala dua dengan otot berserat sejajar. Musculus biventer berperut dua dan otot
berserat sejajar. Musculus planus adalah otot berkepala banyak dengan otot datar.
Musculus intersectus adalah otot yang terbagi-bagi oleh tendo antara dan memiliki otot
berperut banyak. Musculus semipennatus adalah otot berserabut satu sisi. Musculus
pennatus adalah otot berserabut dua sisi.4,5

2) Otot polos
Otot polos secara umum terdapat di dinding organ-organ berongga dan saluransaluran. Kontraksi terkontrol otot polos bertanggung jawab untuk mengatur aliran darah
melalui pembuluh darah, gerakan makanan melalui saluran pencernaan, aliran udara
melalui saluran pernapasan, dan aliran urin keluar tubuh. Kontraksi otot ini menimbulkan
tekanan pada dan mengatur pergerakan maju isi struktur-struktur tersebut.4,5
Otot polos dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu otot polos viseral dan otot polos
multi-unit. Otot polos viseral terdapat di lapisan-lapisan penutup yang luas, contohnya
adalah jaringan otot dinding usus, uretter,dan uterus. Otot polos multi-unit tersusun dari
unit-unit tersendiri tanpa adanya jembatan antar membrane sel. Ditemukan pada berbagai
struktur, misalnya iris mata, yang dapat menghasilkan kontraksi halus dan bertahap. Dan
tidak dapat dikendalikan secara volunteer.4,5

10

3) Otot jantung
Otot jantung hanya ditemukan di jantung. Otot ini memiliki serat bergaris-garis yang
sangat terorganisasi seperti otot rangka. Seperti otot polos unit tunggal , sebagian serat otot
jantung mampu menghasilkan potensial aksi, yang menyebar ke seluruh jantung melalui
gap junction.4,5
Otot jantung hanya terdapat di dinding jantung, yang kontraksinya memompa darah
penunjang kelangsungan hidup ke seluruh tubuh. Secara structural dan fungsional
memiliki kesamaan dengan otot rangka dan otot polos unit tunggal. Otot ini memiliki serat
bergaris-garis yang sangat terorganisasi seperti otot rangka.4,5
Mikroskopis
Sel otot rangka atau disebut serabut otot adalah berinti banyak. Diameter setiap
serabut otot berkisar antara 10 100 u. Otot dapat meningkat ukurannya sebagai akibat
pertumbuhan yang normal atau karena berbagai latihan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan jumlah serabut otot tersebut. Setiap serabut otot/sel otot mengandung sejumlah
serabut kecil yang sangat teratur kerjanya disebut miofibril/miofilamen. Miofibril itu letaknya
paralel satu sama lain. Miofibril itu menempati sebagaian besar volume sel otot tersebut.
Pada miofibril itu terdapat benyak pita gelap dan terang yang merupakan karakteristik dari sel
otot seran lintang itu.2
Otot rangka mengandung air 75%, protein (terutama globulin) 20%, karbohidrat 1%,
lemak, enzim, dan berbagai garam anorganik (Na, K, Mg, Ca) 4%. Miofibril mengandung
paling sedikit 4 macam globulin yakni : aktin, miosin, tropomiosin, dan troponin
(paramiosin). Berbagai protein tersebut di atas tidak diketemukan dalam jaringan non
muskuler.2

11

Gambar 3, Otot-otot gastroknemius, soleus, dan plantaris membentuk tendo kalkaneus.


M. gastroknemius : mempunyai dua kepala yang berorigo tepat superior terhadap kondilus
lateralis dan medialis femur. Kedua perut yang terbentuk, bersatu membentuk bulatan betis,
dan kemudian berakhir pada pertengahan tungkai bawah sebagai suatu urat lebar yang bersatu
dengan urat M.soleus membentuk urat kalkaneus( tendo Archilles ). M.gastroknemius
bersama M.soleus sering dinamakan M.triseps surae (L.sura = betis). Insersio nya adalah
pada pertengahan permukaan posterior kalkaneus.
M. suleus : berbentuk baik seperti sol sepatu bot maupun seperti ikan pipih. Otot ini berasal
dari bagian proksimal permukaan posterior fibula serta garis soleal dan daerah yang lebih
distal lagi pada tibia. Dengan demikian, tempat asalnya berbentuk kapal kuda. Serabutserabut pendek berdaging dari otot besar ini bergabung dengan urat kalkaneus.
M. plantaris : terletak diantara M.gastroknemius dan M.soleus. Otot ini mempunyai perut
kecil berdaging dan urat yang sangat panjang menyerupai pita. Tempat asalnya dekat dengan
kepala lateral M.gastroknemius dan insersionya bergabung dengan urat kalkaneus. Beberapa
kasus nyeri betis yang terjadi tiba-tiba sewaktu latihan berat, yang dianamakan charleyhorse, disebabkan robeknya otot ini.
Penutup
Hipotesis diterima, Dalam pembahasan kali ini telah diketahui tulang dan otot secara
makroskopis dan mikroskopis. Selain itu, mekanisme dan metabolisme kerja otot juga
merupakan suatu proses yang melibatkan banyak faktor namun bekerja dalam suatu bagian
sebagai kesatuan. Ekstremitas inferior merupakan bagian yang menopang berat badan ketika
berdiri dan sebagai bagian yang membutuhkan tulang dan otot yang besar dar kuat lebih dari
bagian lain pada tubuh. Metabolisme dan mekanisme dari kerja otot mempunyai inti yang

12

cukup sama yaitu untuk mengikat aktin dengan myosin untuk terjadinya kontraksi dan
sebaliknya, dengan melepasnya mereka terjadinya relaksasi. Namun banyak kelainan yang
dapat terjadi pada otot terumata ekstremitas inferior. Dapat terjadinya kram atau kejang pada
otot ketika melakukan aktifitas yang berlebihan. Salah satu yang mungkin terjadi adalah
Kram pada otot sesuai dengan kasus dalam skenario, salah satu therapy yang bisa dilakukan
adalah dengan melakukan pemijatan ke arah dorsal, hal ini dilakukan agar memberikan
kontraksi yang berlebihan. Kontraksi yang berlebihan ini menyebabkan terjadinya relaksasi
itu sendiri.
Daftar Pustaka
1. Diunduh dari http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0044%20Bio%202-1c.htm. 2012.
2. Guyton C, Hall JE. Human physiology and mechanisms of diseases. 3rd edition. USA:
Mississippi; 2002.
3. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press; 2007.
4. Sherwood L. Human physiology: From cells to systems, 6th ediition. USA: Thomson
Higher Education; 2012.
5. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.
6. Tortora GJ, Kemnits CP, Jenkins GW. Anatomy and physiology. USA: John Wiley &
Sons; 2010.
7. Basmajian JV, slonecker CE. Grant metode anatomi beroientasi pada klinik. Ed-11.
Binarupa aksara. Jakarta. 1995.

13

Anda mungkin juga menyukai