Anafilaksis Udah Diedit
Anafilaksis Udah Diedit
Pendahuluan
Penyakit atopik adalah penyakit yang prosesnya dijalankan atau
berhubungan dengan
merupakan
suatu
reaksi
hipersensitivitas
tipe
cepat
(reaksi
yang
dijalankan
oleh
IgE
(lihat
bab
tentang
reaksi
adalah
antigen
khusus
yang
yang
menginduksi
reaksi
dengan
protein
jaringan
atau
protein
serum
in
vivo
spesdfik untuk bagian Fc rantai epsilon. Setiap sel mast dapat mengikat
bermacam IgE spesifik sehingga sel mast da-pat bereaksi dengan
berbagai maram antigen. Jumlah IgE pada satu sel basofil sangat
bervariasi, dan diperkirakan berkisar di antara 5000-500.000 molekul
per selbasofil.
Walaupun penderita alergi mempunyai molekul IgE yang tinggi
pada basofilnya bila dibandingkan dengan orang orang yang tidak
alergi, terdapat suatu overlaping yang luas dalam jumlah IgE yang
terdapat pada kedua golongan ter sebut. Jumlah IgE yang terikat pada
sel merupakan refleksi kadar IgE dalam serum, akan tetapi banyaknya
molekul
IgE
pada
satu
sel
tidak
berhubungan
dengan
derajat
disimpan
dalam
lisosom
(heparin,
histamin)
Beberapa mediator
yang
berada
dalam
Gambar 5
ETIOLOGI
Berbagai macam etiologi, faktor pencetus dan mekanisme dapat
menyebabkan terjadinya reaksi anafilaktik.
Antibiotik
dapat
berupa
penisflin
dan
derivatnya,
basitrasin,
benzilpenisiloil-polilisin.
Demikian
pula
dengan
ular,
Makanan
telah
dikenal
sebagai
penyebab
anafilaksis
seperti
Idiopatik
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
anafilaksis
akan
lebih
jelas
kalau
kita
lihat
melalui
degranulasi
setelah
perangsangan
yang
cukup.
Pengaruh
tipe
H2 terdapat
antihistamin
menyukai
H1
gaster.
(misalnya
hipotensi,
urtikaria,
dan
angioedema.
Pada
traktus
10
dapat
menghalangi
dan
mengembalikan
kontraksi
yang
reaksi
anafilaksis.
Pada
daerah
tersebut
eosinofil
dapat
menyebabkan
permeabilitas pembululi h
bronkokonstriksi
dan
meninggikan
dan
hebat
Bradikinin
juga
menyebabkan
peningkatan
edema
menyebabkan
jaringan,
rasa nyeri.
serta
merangsang
serabut
saraf
dan
11
Serotinin
Serotinin tidak ditemukan dalam sel mast manusia tetapi dalam
trombosit dan dilepaskan waktu agregasi trombosit atau melalui
mekanisme lain. Serotonin juga menyebabkan kontraksi otot bronkus
tapi pengaruhnya hanya sebentar serotinin tidak begitu penting pada
anafilaksis.
Prostaglandin
Prostaglandin
memainkan
peranan
aktif
pada
anafilaksis
kontraksi
otot
polos
kapiler, sedangkan
dan
juga
prostaglandin
El
meningkatkan
da
E2
secara
basofil
menghasilkan
kinin
yang
mempengaruhi
12
GAMRARAN KLINIS
Secara klinis gejala anafilaksis dapat berupa reaksi lokal dan
reaksi sistemik Reaksi lokal terdiri dan urtikaria dan angioedema pada
daerah yang kontak de ngan antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi
jarang sekali fatal. Reaksi sistemik terjadi pada oragan target seperti
traktus respiratorius, system kardiovaskular, traktus gastrointestinalis,
dan kulit. Reaksi ini biasanya terjadi dalam waktu 30 menit sesudah
kontak dengan penyebab. Tanda dan gejala utama anafilaksis dapat
dililiat pada Tabel ini.
GAMBARAN KLINIS ANAFILAKSIS
Sistem
Umum(prodormal)
Mulut
Kulit
Mukosa
Jalan nafas aas
Jalan nafas bawah
kardiovaskular
Gastrointestinal
Susunan
saraf Gelisah, kejang
pusat
REAKSI SISTEMIK
Reaksi sistemik ringan
13
Mediator
Histamin
Histamin
Histamin
SRS-A,
hisamin
lain-lain
Tidak
diketahui
Gejala awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas di
bagian perifer tubuh, biasanya disertai perasaan penuh dalam mulut dan
tenggorokan. Gejala permulaan ini dapat disertai dengan hidung
tersumbat dan pembengkakan peri orbita. Dapat juga disertai rasa gatal
pada. membran mukosa, keluarnya air mata dan bersin. Gejala ini
biasanya timbul dalam 2 jam sesudah kontak antigen. Lamanya gejala
bergantung pada pengobatan, umumnya berjalan 1-2 hari atau lebih
pada kasus kronik.
Reaksi sistemik sedang
Reaksi
Dapat juga
faring,
gastrointestinal
dan
hipermotilitas
menyebabkan
disfagia, kejang perut hebat. diare dan muntah. Kejang umum dapat
terjadi disebabkan oleh rangsangan sistem saraf pusat atau karena
hipoksia.
Kolaps
kardiovaskular
menyebabkan
14
hipotensi,
aritmia
pertama
pada
anafilaksis.
Beratnya
reaksi
berhubungan
darah
lengkap
dapat
menemukan
hematokrit
yang
penyebab
distres
pemapasan,
15
kolaps
kardiovaskular
dan
terpenting
pada
penatalaksanaan
anafilaksis
adalah
pasien
li
henti
jantung-paru
harus
dilakukan
resusitasi
kardiopulmonar.
Adrenalin
Larutan adrenalin (epinefrin) 1:1000 diberikan dengan
16
0,01
harus
diberikan
kepada
penderita
penderita
yang
mencegah
reaksi
berulang,
terutama
pada
urtikaria
dan
angioedema.
Turniket
Kalau
anafilaksis
terjadi karena
suntikan
pada ekstremitas
17
BB
intravena
selama
20-30
menit
setiap
jam.
Kalau
berikan
metaraminol
bitartrat
(Aramine)
0,01
mg/kgBB
atau
trakeostomi
perlu
dikerjakan
kalau
terdapat
rumbatan jalan napas bagian alas oleh edema. Prosedur ini tidak boleh
ditunda kalau sudah terindikasi.
Kortikosteroid
Kortikosteroid tidak menolong pada penatalaksanaan akut suatu
18
reaksi anafifilaktik.
1.
Dexamethason,
dosis
initial
0.5-1mg/kgBB
IM
atau
IV.
keadaan
stabil,
penderita
harus
tetap
mendapat
merupakan
aspek
yang
terpenting
pada
penatalaksanaan anafilaksis.
Anamnesis teliti
Anamnesis mengenai kemungkinan terdapatnya reaksi terhadap
antigen yang dicurigai, yang mungkin terjadi diwaktu yang lalu, harus
dikerjakan
sebelum
kita
memberikan
setiap
obat,
terutama
obat
suntikan.
Penggunaan antibiotik
antibiotik atau obat lainnya harus dengan indikasi khusus, dan l
per oral lebih baik, kalau hal ini memungkinkan.
Uji kulit dan konjungtiva
Uji kulit dan konjungtiva terhadap beberapa antitoksdan yang
berasal dari serum, dianjurkan untuk dikerjakan sebelum diberikan. Di
negara maju, setiap dapat diperoleh informasi dari badan tertentu yang
mempunyai catatan mengenai penderita yang telah pernah mengalami
reaksi anafilaksis.
DAFTAR PUSTAKA
19
1.
Alergi-Imunologi
Anak.Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia.
3.
4.
Austen,K
Frank.
Allergies,Anaphylaxis,
and
Mastocytosisin
Sampson,A
Hugh,
Anaphylaxsis
and
Emergency
Available on http://www.pediatrics.org .
ANAF I LAKTI K
20
Treatment.
DISUSUN OLEH
ROSMAULI HUTABARAT
98-105
PEMBIMBING
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2005
21