Baru Mulai
Baru Mulai
PENDAHULUAN
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada pernecanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumahrumah. Dalam ruang lingkup Perencanaan Geometrik tidak termasuk perencanaan tebal
perkerasan jalan, begitu pula drainase jalan. Meskipun perkerasan termasuk bagian dari
perencanan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya. Dengan tujuan untuk
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelyanan arus lalu lintas dan memaksimalkan
ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksaanan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik,
jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus
lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi pertimbangan perencanaan untuk menghasilkan
bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan
dan keamanan yang diharapkan.
Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam perencanaan
geometrik jalan, diantaranya :
Alinyemen Horizontal (trase jalan)
Alinyemen Vertikal (penampang memanjang jalan)
Penampang melintang jalan
RAYA
BAB II
STANDAR PERENCANAAN JALAN RAYA
1.
Ketentuan Dasar
Ketentuan dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya telah tercantum dalam daftar I
buku No. 13/1970 merupakan syarat batasan yang dijadikan sebagai pedoman untuk
Perencanaan Geometrik Jalan Raya.
2.
Lalu Lintas
Setiap jenis kendaraan dapat mempengaruhi terhadap keseluruhan arus lalu lintas, yang
diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu mobil
penumpang. Yaitu dengan Satuan Mobil Penumpang (SMP).
3.
Kelas Jalan II B
Jalan ini merupakan jalan-jalan raya umum dua jalur atau lebih dengan konstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau setaraf, dimana dalam komposisi
lalu lintasnya Untuk melayani angkutan umum dengan ciri ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
4.
Keadaan Topografi
Keadaan Topografi/medan yang akan duganakan untuk perencanaan pembangunan jalan
terbagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang
dalam arah yang kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya.
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang adalah sebagai berikut :
Daftar I
No.
Golongan Medan
1.
2.
3.
Datar (D)
Perbukitan (B)
Pegunungan (G)
RAYA
Lereng Melintang
0 sampai 9,9 %
10,0 sampai 24,5 %
25,0 %
5.
KLASIFIKA
SI JALAN
KLASIFIKA
SI MEDIAN
Lalu
Lintas
Harian RataRata
(LHR)
Dalam SMP
Kecepatan
Rencana
(Km/Jam)
Lebar
Daerah
Penguasaan
Minimun (M)
Lebar
Perkerasan
(M)
Lebar
Median
Minimum (M)
Lebar
(M)
Bahu
Lereng
Melintang
Perkerasan
Lereng
Melintang
Bahu
Jenis Lapisan
Permukaan
Jalan
Miring
Tikungan
Maksimum
Jari-Jari
Lengkung
Minimum
(m)
Landai
Maksimum
6.
Jalan Utama
I
D
IIA
Jalan
Penghubung
III
>20.000
IIB
G
6000-20.000
IIC
G
1500 8.000
<2000
1
2
0
10
0
80
10
0
80
60
80
60
40
6
0
40
30
60
40
30
6
0
60
60
40
40
40
30
30
30
3
0
30
30
20
20
20
3
,
5
0
Minimum
2(2x3,75)
2x3,50 atau
2x(2x3,50)
2x3.50
2x3,0
3,50 6,00
*10
150**
3,0
0
3,0
0
3,
00
2,5
0
2,5
0
3.0
0
2,5
0
2,50
2,
5
0
1,5
0
1,00
1,50-2,50**
2%
2%
2%
3%
4%
4%
4%
6%
6%
6%
Aspal beton
(hot mix)
Aspal beton
Penetrasi
berganda atau
setaraf
Paling tinggi
penetrasi
tunggal
Paling tinggi
peleburan
dengan aspal
10%
10%
10%
10%
10%
5
6
0
35
0
210
35
0
21
0
11
5
21
0
11
5
50
1
1
5
50
30
11
5
50
30
3
%
5%
4
%
6%
7%
5%
7%
8%
6
%
8%
10%
6%
8%
12
%
Jalan Primer adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara
kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor. Jalanjalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk melayani lalu lintas yang sangat
cepat dan berat.
b.
Jalan Skunder adalah jalan raya yang melayani arus lalu lintas yang cukup
tinggi antara kota-kota besar dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah di
sekitarnya.
RAYA
c.
Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga
dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau
berlainan.
7.
Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal haruslah memenuhi syarat-syarat dasar teknik lalu lintas
sebagaimana yang tercantum dalam daftar I. Bukan hanya bagian dari alinyemennya saja
yang memenuhi syarat, tapi dari keseluruhan bagian jalan haruslah memberikan kesan
aman dan nyaman. Termasuk juga dalam perencanaan drainase harus dipertimbangkan
sebaik-baiknya dan memperkecil pekerjaan tanah yang diperlukan. Penambahan biaya di
kemudian hari juga haruslah ditekan sekecil mugkin. Baik itu dikarenakan adanya
peningkatan kekuatan perkerasan, perbaikan alinyemen baik horizontal maupun vertical,
maupun perbaikan dan atau penambahan lain dari bagian jalan itu sendiri.
1. Jari Lengkung Minimum
Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana sebagaimana tercantum
dalam daftar I ditentukan berdasarkan miring tikungan maksimum dan koepisien
gosokan melintang maksimum dengan rumus:
Dimana:
Rmin =
V2
127 (e+ f m )
Rmin
: Kecepatan Rencana
(km/jam)
Miring tikungan..
(%)
fm
RAYA
Lengkung
mengadakan peralihan dari bagian jalan yang lurus kebagian jalan yang mempunyai
jari-jari lengkung dengan miring tikungan tertentu atau sebaliknya.
Batas besarnya jari-jari lengkung dimana suatu tikungan harus sudah menggunakan
lengkung peralihan tercantum dalam daftar II.lengkung peralihan yang digunakan
adalah lengkung spiral atau clothoide. Panjang minimum lengkung peralihan pada
umumnya ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk peruban miring tikungan yang
tergantung pada besarnya landai relatif maksimum antara kedua sisi perkerasan.Besar
landai relatif maksimum antar kedua sisi perkerasan. Besar landai maksimum tesebut
adalah sebagaimana tercantum dalam daftar II.
4. Pelebarn Perkerasan Pada Tikungan
Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan selalu tetap sama, baik dibagian lurus
maupun di tikungan, perlu diadakan pelebaran pada perkerasan tikungan.Besarnya
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus tertentu
5. Pandangan Bebas Pada Tikungan
Untuk memenuhi kebebasan pandangan pada tikungan sesuai dengan syarat panjang
jarak pandangan yang diperlukan, harus diadakan kebebasan samping yang besarnya
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus tertentu
RAYA
8.
Alinyemen Vertikal
1. Umum
Alinyemen
vertikal
sangat
erat
hubungannya
dengan
besarnya
biaya
10
12
Panjang Kritis
480
330
250
200
170
150
135
120
RAYA
BAB III
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA
A.
ALINYEMEN HORIZONTAL
Pada Peta Topograpfi suatu daerah dengan Skala 1 : 1000 dengan interval kontur 1,00 m,
direncanakan sebuah jalan Kelas II B dari titik A menuju titik C melalui titik I dan titik II.
Dimana titik A terletak pada Koordinat (3120 ; 2540) dan terletak pada Tangent dengan
Azimut 1000 pada Stasion 60+350.
Dari data-data yang ada, dicoba direncanakan suatu atau trase jalan dari titik A menuju
titik C melalui titik I dan titik II.
1.
U
350,52 m
a
a
61,81m
265,53m c
?I
I
292,18m
20,69m
?II
II
123,35m
RAYA
Menghitung Sudut
a SudutAzimuth100 0 100 0 90 0 10 0 00'00"
II b
20,69
arcTg
4,05049 4 0 3'1,79"
I b
292,18
cB
123,35
II arcTg
arcTg
24,916 0 24 0 55'0,78"
II c
265,53
I arcTg
Menghitung Jarak
2.
STASION
RAYA
DAERAH
PENGUASAAN
KETINGGIAN
KIRI
KANAN
BEDA
KELANDAIAN
TINGGI
RELATIF (%)
60 + 350
30
210,750
212,000
1,250
4,167
60 + 400
30
211,820
210,360
1,460
4,867
60 + 450
30
211,269
208,645
2,624
8,747
60 + 500
30
209,587
210,145
0,558
1,860
60 + 550
30
210,823
212,557
1,734
5,780
60 + 600
30
213,388
215,000
1,612
5,373
60 + 650
30
217,720
220,000
2,280
7.600
60 + 700
30
213,960
217,420
3,460
11,533
60 + 705
30
214,110
217,000
2,890
9,633
60 + 750
30
213,800
217,950
4,150
13.833
60 + 800
30
212,440
214,130
1,690
5,633
10
60 + 850
30
212,000
212,930
0,930
3,100
11
60 + 900
30
212,590
212,520
0,070
0,233
12
60 + 950
30
212,530
214,290
1,760
5,867
II
60 + 992
30
212,080
213,620
1,540
5,133
13
61 + 000
30
213,430
213,960
0,530
1,767
14
61 + 050
30
213,460
214,790
1,330
4,433
15
61 + 100
30
215,020
215,700
0,680
2,276
16
61 + 150
30
213,460
215,860
2,600
8,667
17
61+ 200
30
215,070
213,320
1,750
5,833
61 + 250
30
214,230
214,720
0,490
1,633
J U M L A H
117,960
R A T A - R A T A
5,617
Dari perhitungan Kelandaian setiap Stasion mulai dari Sta A Sta C , maka dapat diketahui
Kemiringan rata-rata :
117,960%
5,617%
21
Dengan Kemiringan rata-rata 5,617% didapat dari Klasifikasi Medan, maka Medan jalan
tersebut termasuk pada Golongan Medan Datar (0 - 9.9 %).
3.
Menentukan Tikungan
RAYA
Tg
1,860 5,780 5,373 7,600 11,533 9,633 13,833 5,633 3,100 0,233
5,345%
11
Tg
Perhitungan Tikungan
Lc
ya
25 m
tidak
ya
p
0,10 m
Tikungan lingkaran
tidak
ya
e
min(0,04 atau
1,5en)
Tikungan lingkaran
tidak
Tikungan spiral-lingkaran spiral
RAYA
10
a. Tikungan I
Menggunakan Metode Bina Marga :
V
127 (e maks+ f m )
Rmin =
Dimana :
Rmin
V2
: Kecepatan Rencana
(km/jam)
emaks
: Miring tikungan..
(%)
fm
Rmin
Dmaks =
80 2
127 . (0,08 0,14)
maks+f maks
e
181913,53 x
181913,53 x (0,08+0,140)
802
=
= 6,250 ( table Bina Marga )
= 229 m
1432
Rd
Dd
1432
286
RAYA
11
Dd 5
- e max Dd 2 2 emax Dd
Dmax
Dmax
e tjd
- 0,08 5 2 2 0,08 5
6,25
6,25 2
etjd = 0,077 %
langkah perhitungan :
Vr = 80 Km/jam
emax = 8 %
1 = 140311,79
R
Ls = 70 m
= 286
Vr
T
3,6
80
3
3,6
= 66,67 m
RAYA
Vr etjd
Vr 3
2,727
Rd C
C
12
0,022
80 3
80 0,077
2,727
286 0,4
0,4
56,47m
Ls
Ls
53,33m
W
m en etjd
2
etjd 3,5
0,00485
Ls
m 206,2
Ls
W
m en etjd
2
Ls
Jadi :
3,5 2
206,2 0,02 0,077
2
RAYA
13
3600 66.67 m
s=
Ls 360
4 Rd
66,67 360
4 3,14 286
= 64053,58
c PI1 2 s
1431'1,79" 2 640'53.58"
19'14,62"
Lc
c 3,14 Rd
180
19'14,62"3,14 286
180
5,76m
c > 0
= PI1
= 140311,79
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
14
= 7153030,89
Ls
s Rd
90
715'30.89"3,14 286
90
72,43m
Ls 2
Rd 1 cos s
6 Rd
72,43 2
2861 cos 715'30.89"
6 286
0,765m
K Ls
Ls 3
Rd sin s
40 Rd 2
72,433
72,43
286 sin 715'30,89"
40 286 2
36,41m
Ts Rd p tan 1 PI 1 K
2
286 0,765 tan 1 1431'1,79"36,41
2
72,93m 73m
Es
Rd P
cos 1 PI 1
2
Rd
286 0,765
cos 1 1431'1,79"
2
286
3,1m
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
15
Ls = 72,43 m
Ls = 72,43 m
e= 0%
AS JALAN
ST
SC=CS
+2% -2%
+2% -2%
0% -2%
0%
7,7%
-2%
7,7%
Dia
gram Superelevasi
TC
( a 2 )% 3 / 4.Ls
( 2 8 )%
Ls
as
( a 2 )% 3 / 4.72,43
(
2
8
)%
72,43
2%
.LS
a+2
2%
8%
2%
.LS
= 7,5
a = 5,5%
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
a=..?
54,32 m
18,12 m
16
3,5m
3,5 m
1 (e en).B
m
Ls
1 (0,077 0,02).3,5
m
72,43
1
0,00468728 0,005
m
m = 213
Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan :
Table dimensi kendaraan rencana TPGJAK 1997
RAYA
17
jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi,dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dan
dengan muatan sumbu terberat rencana 10 Ton, sehingga direncanakan kendraan terberat
yang melintas adalah kendaraan besar.
RAYA
18
Fungsi
Kelas
Arteri
I
II
III A
kolektor
Muatan sumbu
terberat
MST (Ton)
>10
10
8
III A
III B
Rd = 286 m
Vr = 80 km/jam
n = 2 ( Jumlah jalur lintasan )
c = 0.8 m (Kebebasan samping)
b = 2.6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)
p = 18.9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan besar)
A = 1.2 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan besar)
Secara analitis :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah lajur Lintasan (2)
b = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
c = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
Langkah perhitungan
z = 0,015 x
= 0,015 x
Vr
Rd
80
286
= 0,071 m
Td =
=
Rd 2 + A (2 p+ A )
Rd
286
= 0,082 m
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
19
Rd
2
b = Rd ( 2 p )
286
2
= 286- ( 218,9 )
= 0, 625 m
b = b + b
= 2,6 + 0,625
= 3,225 m
Lebar Perkerasan pada Tikungan I (B) :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
= 2(3,225 + 0,8) + (2 - 1) 0,082 + 0,071
= 8,203 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7 m
Ternyata B > 7 m`
8,203 m > 7 m
8,203 m 7,00 m = 1,2 m
karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1
sebesar 1,2 m
Penebasan Tingkungan I / Kebebasan Samping
V = 80 Km/jam
Ls = 72,43 m
Rd = 286 m
W = 2 3,5 m = 7 m
= 30 m
250
175
120
60
50
40
30
20
75
55
40
27
16
minimum(m)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
20
40
250
30
200
20
150
Perhitungan :
R = Rd W
= 286 7
= 282,5 m
Lt = 2 Ls
= 2 72,43 m
= 144,86 m
Jalan landai
Jh 0,228 80 2,5
Vr 2
254( fp g )
80 2
254(0,40 0.08)
124,34m
RAYA
21
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Ket : d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m)
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari
arah yang berlawanan (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari atrah yang berlawanan
yang besarnya diambil 2/3 d2 (m)
T1 = Waktu dalam (detik) 2,12 + 0,026 x Vr
T2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) 6,56+ 0,048 x Vr
a = Percepatan Rata-rata (km/jm/detik), 2,052 + 0,0036 x Vr
m = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang
disiap,(biasanya diambil 10 15 km/jam).
Langkah perhitungan
T1 = 2,12 + 0,026 x 80 = 4,2 detik
T2 = 6,56 + 0,048 x 80 = 10,4 detik
a = 2,052 + 0,0036 x 80 = 2,34 detik
RAYA
22
d1 = 0,278 x T1 x ( Vr m +
a x T1
2
0,278
x
(2,12
+
(0,026
x
( 2,052+0,0036 x 80 ) x(2,12+ 0,062 x 80)
)
2
80))
80
12
= 85,13 m
d2 = 0,278 x Vr x T2
= 0,278 x 80 x (6,56+(0,048 x 80))
= 231,3 m
d3 = antara 55 100 m
Vr, km/jm
d3 (m)
50-65
30
65-80
55
80-95
75
95-110
90
d3 = antara 55 100 m
= 55 m
d4 =
2
3
x d2
2
3
x 231,3 m
= 154,2 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 85,13 m+ 231,3 m + 55 m +154,2 m
= 525,63 m
Maka Jarak Pandang Mendahului (Jd) terbesar diambil = 525,63 m
Kebebasan samping yang tersedia (mo) :
Mo = ( lebar pengawasan minimal W )
= (30 7)
= 11,5 m
Secara analitis :
Berdasarkan jarak pandang henti :
Jh = 124,34 m
Lt = 144,86 m
Jh < Lt
Maka :
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
23
28,65 Jh
m R ' 1 cos
R'
28,65 124,34
282,5 1 cos
282,5
6,81m
Berdasarkan jarak pandang mendahului :
Jd = 525,63 m
Lt = 144,86 m Jd > Lt
Maka :
28,65 Jd Jd Lt
28,65 Jd
m R' 1 cos
sin
R'
2
R'
m 282,5 1 cos
sin
282,5
2
282,5
266,5m
Kesimpulan :
Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang henti = 6,81 < 11,5m sehingga aman
266,5 m > 11,5 m sehingga sebelum memasuki tikungan PI 1 , perlu dipasang rambu
rambu dilarang mendahului.
Hasil perhitungan :
RAYA
24
Tikungan PI1 menggunakan tipe Spiral Spiral ( S S ) dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI1 = 14311,79
Rd
= 286 m
emax = 8 %
etjd = 7,7 %
en
= 2%
= 71530,89
Ls = 72,43 m
Lc = 5,76 m
P
= 0,76 m
= 36,4 m
Ts = 73 m
Es = 3,1 m.
RAYA
25
RAYA
26
b. Tikungan II
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
27
Data jalan pada Tikungan II bermedan datar dengan kemiringan rata-rata 4,121 % (0 9,9%). Maka direncanakan (Vr) = 80 km/jam, maka akan dicoba bentuk tikungan II
dengan : Spiral Circle Spiral (S C S)
V
127 (e maks+ f m )
Rmin =
Dimana :
Rmin
V2
: Kecepatan Rencana
(km/jam)
emaks
: Miring tikungan..
(%)
fm
Langkah Perhitungan :
Karena kecepatan rencana < 80/jam maka berlaku fmaks berikut :
fmaks
= -0,000125 . V + 0,24
= -0,000125 . 60 + 0,24
= 0,140
Rmin
V2
127 . (e maks f maks )
Dmaks =
80 2
127 . (0,08 0,140)
maks+f maks
e
181913,53 x
181913,53 x (0,08+0,140)
802
=
= 229 m
= 6,252
RAYA
28
emax = 8 %
II = 28582,57
eetj
= 0,077 = 7,7%
Rd = 286 m
Menentukan superelevasi desain:
Dd
1432
Rd
Dd
1432
286
Dd 5
- e max Dd 2 2 emax Dd
Dmax
Dmax
e tjd
- 0,08 5 2 2 0,08 5
6,25
6,25 2
etjd = 0,077 %
didapat dari hasil perhitungan : etjd = 0,077 %
Menentukan panjang lengkung peraliahan ( Ls )
Vr
T
3,6
80
3
3,6
= 66,67 m
RAYA
Vr etjd
Vr 3
2,727
Rd C
C
29
0,022
80 3
80 0,077
2,727
286 0,4
0,4
56,47m
Ls
Ls
53,33m
W
m en etjd
2
etjd 3,5
0,00485
Ls
RAYA
30
m 206,2
Ls
W
m en etjd
2
Ls
Jadi :
3,5 2
206,2 0,02 0,077
2
Ls = 70 m
3600 66.67 m
Penghitungan s, c, Lc
Ls 360
x
2 R 2
s =
66,67 360
x
2.286 2.3,14
=
= 64053,58
-
c = 2 - 2s
= 28582,57 (2. 64053,58)
= 153615, 4
Lc
c
.2. .R
360
1536'15,4"
.2.3,14.286
360
RAYA
31
= 77,85 m
Syarat jenis tikungan S C S :
c > 0
Maka kita akan coba dengan jenis tikungan Spiral Circel Spiral (S C S)
Penghitungan besaran besaran tikungan
Ls 2
6. Rd
Ys
66,67 2
6. 286
2,59m 2,6m
Ls 2
Xs Ls 1
40. Rd 2
66,67 2
66,67 1
40. 286 2
66,58m
Ls 3
k Ls
Rd . sin s
40 Rd 2
66,67 3
66,67
286. sin 640'53,58"
40 286 2
33,30m
p
Ls 2
Rd .1 cos s
6 Rd
66,67 2
286.1 cos 640'53,58"
6 286
0,657 m 0,66m
RAYA
32
Ts ( Rd p ) tan
-
2
k
2
2858'2,57"
33,30
2
107,35m
Es
( Rd p )
Rd
2
cos
2
(286 0,66)
286
2858'2,57"
cos
2
10,07m
Ltotal Lc 2 Ls
77,85 2.66,67
211.19m
2 107,35m 211,19m
214,7 m 211,19m.............................................OK
2 Ts Ltotal
Sehingga tikungan S C S bias digunakan karena nilai
RAYA
33
2%
SC
Diagram Superelevasi
TS
Potongan I I
Untuk Sta z :
x = 2%
Ls (2+7,7)%
x = 2%
66,67 9,7%
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
34a=..?
2%
2%
x
13,74%
2%
x = 13,74 m
Y
= 2*13,74
= 2x
= 27,5 m
Maka Sta I :
Sta I = Sta TS + y
Ls=66,67m
= Sta TS + 27,5m
3.5m
3.5m
Landai Maksimum
1 (e en).B
m
Ls
1 (0,08 0,02).3,5
m
66,67
1
0,005249
m
m = 190,5
RAYA
35
jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi,dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dan
dengan muatan sumbu terberat rencana 10 Ton, sehingga direncanakan kendraan terberat
yang melintas adalah kendaraan besar.
RAYA
36
Fungsi
Kelas
Arteri
I
II
III A
kolektor
Muatan sumbu
terberat
MST (Ton)
>10
10
8
III A
III B
Rd = 286 m
Vr = 80 km/jam
n = 2 ( Jumlah jalur lintasan )
c = 0.8 m (Kebebasan samping)
b = 2.6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)
p = 18.9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan besar)
A = 1.2 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan besar)
Secara analitis :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah lajur Lintasan (2)
b = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
c = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
Langkah perhitungan
z = 0,015 x
= 0,015 x
Vr
Rd
80
286
= 0,071 m
Td =
=
Rd 2 + A (2 p+ A )
Rd
286
= 0,082 m
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
37
Rd
2
b = Rd ( 2 p )
286
2
= 286- ( 218,9 )
= 0, 625 m
b = b + b
= 2,6 + 0,625
= 3,225 m
Lebar Perkerasan pada Tikungan I (B) :
B = n(b+c) + (n-1) Td+z
= 2(3,225 + 0,8) + (2 - 1) 0,082 + 0,071
= 8,203 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7 m
Ternyata B > 7 m`
8,203 m > 7 m
8,203 m 7,00 m = 1,2 m
karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1I
sebesar 1,2 m
Penebasan Tingkungan II / Kebebasan Samping
V = 80 Km/jam
Lc = 77,85 m
Rd = 286 m
W = 2 3,5 m = 7 m
= 30 m
250
175
120
60
50
40
30
20
75
55
40
27
16
minimum(m)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
RAYA
38
40
250
30
200
20
150
Perhitungan :
R = Rd W
= 286 7
= 282,5 m
Lt Lc (2 Ls )
77,85 (2.66,67)
211,19m
Jalan landai
Vr 2
Jh 0,228 Vr T
254( fp g )
Jh 0,228 80 2,5
80 2
254(0,40 0.08)
124,34m
RAYA
39
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Ket : d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m)
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari
arah yang berlawanan (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari atrah yang berlawanan
yang besarnya diambil 2/3 d2 (m)
T1 = Waktu dalam (detik) 2,12 + 0,026 x Vr
T2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) 6,56+ 0,048 x Vr
a = Percepatan Rata-rata (km/jm/detik), 2,052 + 0,0036 x Vr
m = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang
didahului,(biasanya diambil 10 15 km/jam).
Langkah perhitungan
T1 = 2,12 + 0,026 x 80 = 4,2 detik
T2 = 6,56 + 0,048 x 80 = 10,4 detik
a = 2,052 + 0,0036 x 80 = 2,34 detik
d1 = 0,278 x T1 x ( Vr m +
RAYA
a x T1
2
40
0,278
x
(2,12
+
(0,026
x
( 2,052+0,0036 x 80 ) x(2,12+ 0,062 x 80)
)
2
80))
80
12
= 85,13 m
d2 = 0,278 x Vr x T2
= 0,278 x 80 x (6,56+(0,048 x 80))
= 231,3 m
d3 = antara 75 90 m
Vr, km/jm
d3 (m)
50-65
30
65-80
55
80-95
75
95-110
90
d3 = antara 75 90 m
= 75 m
d4 =
2
3
x d2
2
3
x 231,3 m
= 154,2 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 85,13 m+ 231,3 m + 75 m +154,2 m
= 545,83 m
Maka Jarak Pandang Mendahului (Jd) terbesar diambil = 545,83 m
Kebebasan samping yang tersedia (mo) :
Mo = ( lebar pengawasan minimal W )
= (30 7)
= 11,5 m
Secara analitis :
Berdasarkan jarak pandang henti :
Jh = 124,34 m
Lt = 211,19 m
Jh < Lt
Maka :
RAYA
41
28,65 Jh
m R ' 1 cos
R'
28,65 124,34
282,5 1 cos
282,5
6,81m
28,65 Jd
m R ' 1 cos
R'
28,65 545,83
m 282,5 1 cos
282,5
121,9m 122m
Kesimpulan :
Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang henti = 6,81 < 11,5m sehingga aman
122 m > 11,5 m sehingga sebelum memasuki tikungan PI II , perlu dipasang rambu
rambu dilarang mendahului.
Hasil perhitungan :
RAYA
42
= 286 m
emax = 8 %
etjd = 7,7 %
en
= 2%
= 64053,58
Ls = 66,67 m
Lc = 77,85 m
Xs = 66,58 m
Ys = 2,6 m
P
= 0,66 m
= 33,30 m
Ts = 107,35 m
Es = 10,07 m.
Ltotal = 211,19 m
RAYA
43
TS+
+ Ys
STA 60 992
STA 60 950
STA 60 900
STA 60 850
+ ST
STA 61 50
STA 61 100
RAYA
44
LS=66,67M
Menentukan Stasionering
RAYA
45
dA-I
= 355,928 m
dI-II
= 292,9116 m
dII-C
= 292,78 m
PI 1 : S S
Ls1
= 72,43 m
Lc1
= 5,76 m
Ts1 = 73 m
PI 2 : S C S
Ls2
= 66,67 m
Lc2
= 77,85 m
Ts2 = 107,35 m
a.
Stasionering Tikungan I
Sta A
= Sta 60+350
Sta PI1
= Sta A + (dA-I)
= Sta 60+350 + (355,928)
= Sta 60+705,928
Sta TS1
Sta ST1
b.
Stasionering Tikungan II
Sta TS2
RAYA
46
= 60+997,699 107,35
= 60+889,65
Sta SC 2
Sta CS2
= Sta 60+956,32+77,85
= Sta 61+34,17
Sta C
Kontrol overlapping :
Diketahui :
Vr = 80 km/jam
penghitungan Vr =
80 1000
22,22 meter / det ik
3600
n d '
syarat overlapping
diman d = Vr 3 detk
22,22 meter / det ik
=
Sehingga agar tidak overlapping
3 detik = 66,66 m
66,66m
= dA-I Ts1
= 355,928 73 = 282,928 m > 66,66 m (OK)
RAYA
47
3. PI2 dengan C
d3
5.
STASION
A
1
2
3
4
5
TS1
6
7
8
SS1
PI - 1
9
ST1
10
11
TS2
11
12
SC(YS)2
13
PI 2
14
CS(YS)2
15
16
ST2
16
17
18
C
60 + 350
60 + 400
60 + 450
60 + 500
60 + 550
60 + 600
60 + 632,928
60 + 650
60 + 700
60 + 705
60 + 705,358
60 + 705,928
60 + 750
60 + 777,788
60 + 800
60 + 850
60 + 889,65
60 + 900
60 + 950
60 + 956,36
60 + 992
60 + 997,699
61 + 000
61 + 034,17
61 + 050
61 + 100
61 + 100,89
61 + 150
61 + 200
61 + 243
61 + 286,32
RAYA
DAERAH
PENGUASAAN
KIRI
KETINGGIAN
SUMBU(AS)
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
210,750
211,820
211,269
209,587
210,823
213,388
219,157
217,720
213,960
214,110
213,918
214,112
213,800
212,546
212,440
212,000
212,199
212,590
212,530
212,496
212,080
212,354
213,430
213,269
213,460
215,020
213,334
213,460
215,070
214,230
214,230
211,600
212,000
210,370
207,800
212,080
214,650
219,277
219,060
216,450
218,000
216,601
216,987
216,040
213,901
212,920
212,170
212,566
212,820
213,710
213,657
212,940
213,939
214,170
214,341
213,910
216,260
214,218
217,680
214,030
214,250
214,250
KANAN
212,000
210,360
208,645
210,145
212,557
215,000
218,880
220,000
217,420
217,000
217,412
217,483
217,950
217,858
214,130
212,930
212,164
212,520
214,290
214,447
213,620
214,542
213,960
214,411
214,790
215,700
214,447
215,860
213,320
214,720
214,720
48